BPS Catat Terjadi Deflasi 0,04 Persen di September 2021

Pada September 2021 terjadi deflasi karena berbagai harga komoditas secara umum menunjukan adanya penurunan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Okt 2021, 09:29 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2021, 09:28 WIB
20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi 0,04 persen di September 2021. Ini terjadi karena berbagai harga komoditas secara umum menunjukan adanya penurunan.

Deflasi pada September ini merupakan yang kedua pada tahun ini. Sebelumnya juga pernah terjadi deflasi pada Juni 2021 sebesar 0,16 persen. Pada Agustus lalu, BPS mencatat adanya inflasi 0,03 persen.

"Berdasarkan hasil pantauan di 90 kota, pada September 2021 terjadi deflasi 0,04 persen. Atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,57 pada Agustus jadi 106,53 pada September," jelas Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (1/10/2021).

Dengan demikian, Margo memaparkan, tingkat inflasi tahun kalender 2021 sebesar 0,80 persen. Dan tingkat inflasi tahun ke tahun (yoy) menjadi 1,60 persen.

Margo menyebutkan, berdasarkan hasil pantauan BPS terhadap IHK di 90 kota, terdapat 56 kota mengalami deflasi, dan 34 kota mengalami inflasi.

"Dari 56 kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,90 persen," terangnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penyebab Deflasi

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penyebab di Gorontalo mengalami deflasi 0,90 persen, penyumbang utamanya adalah berasal dari komoditas cabai rawit yang memiliki andil 0,47 persen, ikan tuna 0,13 persen, ikan layang 0,11 persen.

Kemudian dari 34 kota yang alami inflasi, tertinggi tercatat di Pangkal Pinang. Pada September 2021 terjadi inflasi sebesar 0,60 persen.

"Komoditas penyumbang inflasi di Pangkal Pinang itu berasal dari daging ayam ras 0,26 persen. Kemudian ikan selar 0,18 persen, satu lagi bayam 0,08 persen," ujar Margo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya