Liputan6.com, Jakarta - Para pemimpin dari negara anggota G20 menyepakati perjanjian global tentang bisnis internasional yang akan dikenakan pajak setidaknya 15 persen.
Kesepakatan dalam KTT G20 datang menyusul kekhawatiran akan kemungkinan perusahaan multinasional, dalam mengarahkan kembali keuntungan mereka melalui yurisdiksi pajak yang rendah.
Dikutip dari BBC, Senin (1/11/2021) kesepakatan tersebut disetujui oleh semua pemimpin negara yang menghadiri KTT G-20 di Roma.
Advertisement
Kesepakatan pajak, yang diusulkan oleh Amerika Serikat, diharapkan secara resmi diadopsi pada Minggu (31/10) menurut laporan kantor berita Reuters, dan akan diberlakukan pada 2023 mendatang.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut perjanjian bersejarah itu sebagai "momen kritis" bagi ekonomi global dan akan "mengakhiri persaingan yang merusak dalam perpajakan perusahaan".
Yellen menulis di Twitter bahwa bisnis dan pekerja AS akan mendapat manfaat dari kesepakatan itu meskipun banyak perusahaan besar yang berbasis di AS harus membayar lebih banyak pajak.
Sekilas Tentang KTT G-20 2021
Perubahan iklim dan COVID-19 juga menjadi agenda KTT G-20 kali ini, yang merupakan pertemuan langsung pertama para pemimpin dunia sejak awal pandemi.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memilih untuk menghadiri pertemuan tersebut melalui tautan video.
KTT G-20 diselenggarakan menjelang KTT COP26 tentang perubahan iklim di Glasgow pada Senin (1/11/2021).
Apa yang terjadi di G20 dapat mempengaruhi pembahasan di pertemuan COP26, dengan perselisihan tajam yang tersisa di antara negara-negara pada komitmen mereka untuk mengatasi perubahan iklim.
Perdana Menteri Italia, Mario Draghi membuka KTT G-20 dengan pesan penyatuan, mengatakan kepada para pemimpin dunia bahwa "melakukannya sendiri bukanlah pilihan. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mengatasi perbedaan kita".
Saat berbicara kepada BBC, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggambarkan perubahan iklim sebagai "ancaman terbesar bagi kemanusiaan", dengan mengatakan masalah itu menimbulkan "risiko bagi peradaban yang pada dasarnya akan mundur".
Namun, dia mengakui bahwa baik pertemuan G-20 maupun COP26 tidak akan menghentikan pemanasan global, tetapi dapat, jika diambil tindakan yang tepat, "membatasi kenaikan suhu Bumi".
Advertisement