Konsumsi Minyak dan Gas Diramal Membengkak di 2030

Secara global dampak pandemi covid-19 menurunkan sisi konsumsi energi primer global sebesar 4,5 persen di tahun 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Nov 2021, 16:44 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2021, 16:44 WIB
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto,
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto.

Liputan6.com, Jakarta Konsumsi energi nasional diprediksi terus meningkat di 2030. Konsumsi minyak diramal naik 139 persen di 2030 dan konsumsi gas bahkan melonjak hingga 298 persen.

“Karena kebutuhan pasokan energi yang semakin meningkat, meskipun secara persentase menurun, namun kebutuhan pasokan dari minyak bumi dan gas secara nominal makin membesar,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto, dalam media Gathering, Rabu (10/11/2021).

Di sisi lain, transisi energi menuju era energi baru dan ramah lingkungan terlihat dari persentase bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Hal itu terlihat dari data SKK Migas, EBT tahun 2020 mencapai 14 persen, dan diperkirakan mencapai 26 persen pada 2030. Kemudian naik lagi mencapai 31 persen pada 2050.

Dwi mengatakan dalam laporan terbaru secara global dampak pandemi covid-19 menurunkan sisi konsumsi energi primer global sebesar 4,5 persen di tahun 2020.

Penurunan juga terjadi pada emisi karbon global sebesar 6,3 persen, minyak bumi turun 9,3 persen, natural gas turun 2,3 persen, batubara turun 4,2 persen. Di sisi lain, renewable energi naik 9,7 persen.

 

Dampak Pandemi ke Konsumsi Energi

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dia mengatakan penurunan konsumsi energi sepanjang 2020 merupakan yang terbesar sepanjang sejarah setelah perang dunia ke-2.

"Jadi ternyata cukup dalam juga dampak dari dampak pandemi-covid-19 ini. Kedepannya. Jadi kebutuhan minyak bumi akan mencapai angka tertinggi pada tahun 2030 menurut estimasi sekarang, kecuali ada perubahan-perubahan tertentu dalam perjalanannya,” ujarnya.

Begitupun dengan natural gas secara global diproyeksikan akan tumbuh signifikan seiring dengan pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi Asia.

“Termasuk gas masuk energi transisi. Jadi sebelum persiapan suplai dari energi baru terbarukan, maka natural gas akan terus meningkat, sampai tahun 2050 pun akan terus meningkat,” ujarnya.

Demikian untuk penggunaan batubara diproyeksikan akan pulih kembali dalam waktu dekat, dan penurunan penggunaan secara drastis akan terjadi setelah tahun 2030.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya