Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa kebakaran kembali terjadi pada area Kilang Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah pada Sabtu, 13 November 2021 pukul 19.30 WIB. Dalam insiden ini, kobaran api melalap salah satu tangki berisi BBM Pertalite.
Kebakaran ini bukan yang pertama kali terjadi di Kilang Pertamina Cilacap pada tahun ini. Sebelumnya, si jago merah juga sempat berkobar di tangki yang berisi benzene pada 11 Juni 2021 lalu.
Baca Juga
Meski insiden kebakaran yang terjadi Sabtu (13/11/2021) ini diklaim tidak menganggu pasokan BBM, namun kejadian berulang ini nampaknya patut diwaspadai. Sebab, Kilang Pertamina Cilacap jadi salah satu tulang punggung penting dalam distribusi bahan bakar minyak dan energi di lingkup nasional.
Advertisement
Mengutip informasi yang diberikan Pertamina, Sabtu (13/11/2021), Kilang Pertamina RU IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di Tanah Air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348 ribu barel per hari, dan terlengkap fasilitasnya.
Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34 persen kebutuhan BBM nasional, atau 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di Tanah Air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Spesifkasi Kilang
Adapun Kilang Pertamina RU IV Cilacap terdiri atas:
A. Kilang Minyak I
Kilang Minyak I dibangun pada 1974 dengan kapasitas semula 100 ribu barel per hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, pada 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking project sehingga menjadi 118 ribu barel per hari.
Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal.
Mengolah minyak dari Timur Tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi dimaksud.
B. Kilang Minyak II
Sedangkan Kilang Minyak II dibangun pada 1981, dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal 200 ribu barel per hari.
Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di Tanah Air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada 1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230 ribu barel per hari. Kilang ini mengolah minyak cocktail yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.
C. Kilang Paraxylene
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun pada 1988 dan beropersi setelah diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.
Pembangunan Kilang ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap.
2. Adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas.
3. Disamping terbukanya peluang pasar baik didalam maupun luar negeri.
Advertisement