3,1 Juta Masyarakat Mudik Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 Pakai Sepeda Motor

Sekitar 3,1 juta pelaku perjalanan akan menggunakan sepeda motor saat momen libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Des 2021, 18:40 WIB
Diterbitkan 26 Des 2021, 18:00 WIB
Potret Ekspresi Anak Pemudik di Pelabuhan Merak
Seorang anak duduk di atas motor saat menanti waktu masuk kapal penyebrangan di Dermaga 1 Pelabuhan Penyebrangan Merak, Banten, Sabtu (1/6/2019). Meski berbahaya, pemudik tetap nekat membawa anak berkendara sepeda motor menuju kampong halaman. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan menyebut sekitar 3,1 juta pelaku perjalanan akan menggunakan sepeda  motor saat momen libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Ini mendominasi jumlah 11 juta orang yang akan melakukan perjalanan.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan survey mobilitas saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 dilakukan secara daring (online) pada 1-15 Desember 2021.

“Moda yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor 28,5 persen atau sebanyak 3,1 juta orang akan menggunakan sepeda motor,” kata dia dalam keterangan, ditulis Minggu (26/12/2021).

Jumlah ini diikuti mobil pribadi 23,3 persen atau 2,5 juta orang akan menggunakan mobil, bus 13,2 persen atau 1,4 juta orang akan menggunakan bus. Kemudian, pesawat 9,8 persen atau 1,1 juta orang akan menggunakan pesawat, serta kereta api 9,7 persen atau 1 juta orang akan menggunakan kereta api.

Survei yang sama juga menyebut Hasil survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan menunjukkan daerah paling tinggi jadi tujuan perjalanan saat Nataru. Hasilnya, Jabodetabek masih jadi favorit tujuan perjalanan. 

Sebagai daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jawa dan Bali adalah menuju Jabodetabek 22,9 persen atau sekitar 2,5 juta orang. Kemudian menuju Jawa Tengah 19,5 persen atau sekitar 2,1 juta orang dan menuju Jawa Barat  18,5 persen atau sekitar 2 juta orang. 

"Menuju Jawa Timur 16,6 persen atau sekitar 1,8 juta orang, serta menuju DI Yogyakarta 5,8 persen atau 624 ribu orang," terang Djoko. 

Sementara itu, tingkat daerah asal pelaku perjalanan tak berbeda jauh dengan angka tujuan perjalanan. Yakni masih di dominasi pelaku perjalanan dari Jabodetabek. 

Diantaranya Jabodetabek 21.8 persen atau 2,3 juta orang, diikuti Jawa Tengah 20,2 persen atau 2,2 juta orang, dan Jawa Timur 19,7 persen atau 2,1 juta orang. 

Kemudian, Jawa Barat Non Jabodetabek 19,3 persen atau 2,1 juta orang, dan Bali 7,4 persen atau 794 ribu orang. Lalu, Banten Non Jabodetabek 6 persen atau 643 ribu orang, dan DI Yogyakarta 5,6 persen atau 605 orang. 

Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan secara acak dengan Responden sebanyak 49.074 orang dengan margin error 0,5 persen. Penentuan sampel dilakukan dengan rumus Slovin. Wilayah studi Nasional (Jawa Bali), dan Jabodetabek. 

"Wilayah Jawa dan Bali memiliki populasi penduduk 156 juta orang (BPS, 2020). Dilihat dari profil yang terbanyak melakukan perjalanan adalah laki-laki (77 persen), usia 20-30 tahun (45 persen), pendidikan SMA/sederajat (48 persen), pekerjaan karyawan swasta (27 persen), dan penghasilan di bawah Rp 3 juta (70 persen)," terangnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Puncak Pergerakan Masyarakat

Pemudik Sepeda Motor Ramaikan Jalur Kalimalang
Pemudik bersepeda motor melintasi ruas Jalan Raya Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (22/6). Pada malam hari peningkatan kendaraan pemudik terutama yang menggunakan roda dua jauh lebih tinggi dibanding siang hari. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam keterangan yang sama, Djoko menuturkan puncak pergi Natal 2021 terjadi pada 24 Desember 2021 sebesar 7,8 persen dan pada 25 Desember sebesar 7,2 persen. Sementara puncak pergi liburan tahun baru akan diprediksi terjadi pada 31 Desember 2021 sebesar 8,6 persen.

“Perlu diperhatikan masyarakat yang akan melakukan perjalanan sebelum tanggal H-7 dan setelah Senin 2 Januari 2022. Puncak pulang masyarakat pada liburan Natal dan Tahun Baru adalah pada hari Minggu 2 Januari 2022. Perlu diperhatikan masyarkat yang akan pulang setelah Senin 2 Januari 2022,” tuturnya.

Sementara itu, di sisi lain, sebagai wilayah aglomerasi paling aktif, potensi pergerakan di Jabodetabek berangsur meningkat seiring dilonggarkannya aturan perjalanan. Misalnya, pada kebijakan Pembatasan dan Pengetatan Perjalanan, potensi pergerakan sebesar 4,2 persen atau sebanyak 1,4 juta orang. Pada kebijakan Penerapan PPKM Level 3/Level 4, potensi pergerakan sebesar 3,2 persen atau sebanyak 1 juta orang.

“Pada kebijakan Larangan bepergian, potensi pergerakan sebesar 2,4 persen atau sebanyak 780 ribu orang. Pada kebijakan dibatalkannya penerapan PPKM Level 3, potensi pergerakan Jabodetabek sebesar 7,1 persen atau sebanyak 2,3 juta orang,” kata dia.Survei: 3 Juta Orang Bepergian Menggunakan Sepeda Motor Saat Nataru.

Survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan menyebut sekitar 3,1 juta pelaku perjalanan akan menggunakan sepeda  motor saat momen libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Ini mendominasi jumlah 11 juta orang yang akan melakukan perjalanan.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan survey mobilitas saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 dilakukan secara daring (online) pada 1-15 Desember 2021.

“Moda yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor 28,5 persen atau sebanyak 3,1 juta orang akan menggunakan sepeda motor,” kata dia dalam keterangan, ditulis Minggu (26/12/2021).

Jumlah ini diikuti mobil pribadi 23,3 persen atau 2,5 juta orang akan menggunakan mobil, bus 13,2 persen atau 1,4 juta orang akan menggunakan bus. Kemudian, pesawat 9,8 persen atau 1,1 juta orang akan menggunakan pesawat, serta kereta api 9,7 persen atau 1 juta orang akan menggunakan kereta api.

 

 

Tujuan Favorit

FOTO: Jelang Larangan Mudik, Terminal Bayangan Dipadati Pemudik
Pemudik memasukkan bawaan ke dalam bagasi bus di terminal bayangan di Pasar Jumat, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Jelang pemberlakuan larangan mudik 2021 pada esok hari, sejumlah terminal bayangan di wilayah Jabodetabek dipadati para pemudik tujuan Pulau Jawa dan Sumatera. (merdeka.com/Arie Basuki)

Survei yang sama juga menyebut Hasil survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan menunjukkan daerah paling tinggi jadi tujuan perjalanan saat Nataru. Hasilnya, Jabodetabek masih jadi favorit tujuan perjalanan. 

Sebagai daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jawa dan Bali adalah menuju Jabodetabek 22,9 persen atau sekitar 2,5 juta orang. Kemudian menuju Jawa Tengah 19,5 persen atau sekitar 2,1 juta orang dan menuju Jawa Barat  18,5 persen atau sekitar 2 juta orang. 

"Menuju Jawa timur 16,6 persen atau sekitar 1,8 juta orang, serta menuju DI Yogyakarta 5,8 persen atau 624 ribu orang," terang Djoko. 

Sementara itu, tingkat daerah asal pelaku perjalanan tak berbeda jauh dengan angka tujuan perjalanan. Yakni masih di dominasi pelaku perjalanan dari Jabodetabek. 

Diantaranya Jabodetabek 21.8 persen atau 2,3 juta orang, diikuti Jawa Tengah 20,2 persen atau 2,2 juta orang, dan Jawa Timur 19,7 persen atau 2,1 juta orang. 

Kemudian, Jawa Barat Non Jabodetabek 19,3 persen atau 2,1 juta orang, dan Bali 7,4 persen atau 794 ribu orang. Lalu, Banten Non Jabodetabek 6 persen atau 643 ribu orang, dan DI Yogyakarta 5,6 persen atau 605 orang. 

Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan secara acak dengan Responden sebanyak 49.074 orang dengan margin error 0,5 persen. Penentuan sampel dilakukan dengan rumus Slovin. Wilayah studi Nasional (Jawa Bali), dan Jabodetabek. 

"Wilayah Jawa dan Bali memiliki populasi penduduk 156 juta orang (BPS, 2020). Dilihat dari profil yang terbanyak melakukan perjalanan adalah laki-laki (77 persen), usia 20-30 tahun (45 persen), pendidikan SMA/sederajat (48 persen), pekerjaan karyawan swasta (27 persen), dan penghasilan di bawah Rp 3 juta (70 persen)," terangnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya