Cadangan Devisa RI per Desember 2021 Turun , Gara-Gara Bayar Utang Luar Negeri

Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2021

oleh Arief Rahman H diperbarui 07 Jan 2022, 11:28 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2022, 11:28 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2021 tetap tinggi sebesar USD 144,9 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2021 sebesar USD 145,9 miliar.

Penurunan posisi cadangan devisa pada Desember 2021 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Jumat (7/1/2022).

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," pungkasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sri Mulyani: Tak Masalah Bangun Ibu Kota Negara Baru Pakai Utang

Tangkapan layar instagram Seniman Nyoman Nuarta yang mengunggah desain Istana kepresidenan di Ibu Kota Baru.
Tangkapan layar instagram Seniman Nyoman Nuarta yang mengunggah desain Istana kepresidenan di Ibu Kota Baru.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan banyak masyarakat yang tidak paham dengan pengelolaan utang pemerintah.

Masyarakat hanya tahu jumlah utang negara yang terus bertambah tanpa mengetahui kegunaanya dan memberikan tanggapan negatif.

"Banyak masyarakat dan mahasiswa atau dosen di kampus yang tidak tahu aset keuangan negara, banyak yang tahu hanya dari headline berita," kata Sri Mulyani saat bertandang ke Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Kalimantan Timur, dikutip Kamis, (6/1/2021).

Sri Mulyani mengatakan setiap utang dan penarikan pajak dari masyarakat selalu dicatat pemerintah. Dana tersebut kemudian digunakan untuk berbagai proyek pembangunan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

Penarikan utang melalui surat berharga negara misalnya, digunakan pemerintah untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.

Dana dari utang juga bisa digunakan untuk membangun sekolah, membiayai sekolah anak-anak Indonesia ke luar negeri, menambah dosen-dosen berkualitas untuk menyiapkan sumber daya manusia unggulan.

Berbagai program tersebut nantinya akan kembali menghasilkan pendapatan negara. Kemudian akan digunakan kembali untuk membayar utang.

"Itu adalah dari kita sendiri, sebagian dari utang yang nanti kita bayar lagi," katanya.

Bila berbagai belanja negara yang dibiayai utang tersebut bisa menghasilkan tujuan yang optimal, maka pemerintah bisa kembali membayar utang. Berbagai hal tersebut telah dicatat pemerintah dalam perencanaan keuangan negara.

"Kalau belanjanya bagus, jadi infrastruktur yang bagus, jadi SDM yang berkualitas, ya pasti bisa bayar lagi utangnya. Termasuk SBSN ini pasti bisa kita bayar Insyaallah kembali dengan aman," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya