Harga Minyak Lanjutkan Penguatan, Sempat Sentuh Level Tertinggi sejak 2018

Ancaman geopolitik yang memburuk terhadap pasokan mendukung sentimen bullish harga minyak.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Jan 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada perdagangan Senin karena investor melihat pasokan masih ketat karena produsen utama menahan produksi. Sejauh ini permintaan global akan minyak tidak terganggu karena adanya varian baru Omicron.

Mengutip CNBC, Selasa (18/1/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik 9 sen atau 0,1 persen menjadi USD 86,15 per barel pada pukul 05.39 GMT. Di awal sesi, kontrak menyentuh level tertinggi sejak 3 Oktober 2018 di USD 86,71 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 29 sen atau 0,4 persen menjadi USD 84,11 per barel, setelah di awal sesi mencapai USD 84,78 per barel, tertinggi sejak 10 November 2021.

Kenaikan harga minyak ini mengikuti reli pekan lalu ketika Brent naik lebih dari 5 persen dan WTI naik lebih dari 6 persen.

Pembelian minyak yang panik, didorong oleh pemadaman pasokan dan tanda-tanda varian omicron tidak akan mengganggu seperti yang dikhawatirkan telah mendorong harga minyak mentah ke level tertinggi dalam beberapa tahun.

"Sentimen bullish terus berlanjut karena (grup produsen) OPEC+ tidak menyediakan pasokan yang cukup untuk memenuhi permintaan global yang kuat," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

“Jika investasi menambah bobot alokasi untuk minyak mentah, harga bisa mencapai level tertinggi 2014,” lanjut dia.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya, atau lebih dikenal dengan OPEC+, secara bertahap melonggarkan pengurangan produksi yang diterapkan ketika permintaan runtuh pada 2020.

Tetapi banyak produsen yang lebih kecil tidak dapat meningkatkan pasokan dan yang lain waspada memompa terlalu banyak minyak jika terjadi pelamahan ekonomi akibat Covid-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ancaman Geopolitik

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Ancaman geopolitik yang memburuk terhadap pasokan juga mendukung sentimen bullish.

Pejabat AS menyuarakan kekhawatiran pada hari Jumat bahwa Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina jika diplomasi gagal.

Rusia, yang telah mengumpulkan 100.000 tentara di perbatasan Ukraina, merilis gambar pasukannya bergerak.

Pemerintah AS telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa perusahaan energi internasional mengenai rencana darurat untuk memasok gas alam ke Eropa jika konflik antara Rusia dan Ukraina mengganggu pasokan Rusia.

Stok minyak mentah AS, sementara itu, turun lebih dari yang diharapkan ke level terendah sejak Oktober 2018, tetapi persediaan bensin melonjak karena permintaan yang lemah, Administrasi Informasi Energi mengatakan pada hari Rabu.

Kekhawatiran atas kendala pasokan melebihi berita tentang kemungkinan pelepasan minyak China dari cadangan, kata analis Fujitomi Tazawa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya