Liputan6.com, Jakarta Konsumsi minyak dan batu bara diprediksi akan meningkat pada 2022. Harga ke dua komoditas tersebut pun diperkirakan akan naik. Hal ini dipicu oleh pemulihan ekonomi global di tengah pandemi Covid-18
Praktisi energi Arcandra Tahar mengatakan, konsumsi minyak pada 2022 akan sama seperti sebelum pandemi Covid-19. Yaitu mencapai level 100 juta barel per hari (bph) kondisi ini akan mempengaruhi harga minyak dunia, dia memprediksi di kisaran US$65 sampai US$ 85 per barel.
Baca Juga
"Ini dengan catatan jika varian baru Covid-19 bisa dikendalikan dan OPEC+ tidak menaikkan produksi minyak," kata Arcandra, di Jakarta, Sabtu (15/1/2022)
Advertisement
Selain minyak, konsumsi batu bara juga akan mengalami kenaikan, dengan pulihnya perekonomian global maka kebutuhan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik akan meningkat.
Mantan Wakil Menteri ESDM tersebut mengungkapkan, China dan India yang sebagai konsumen batu bara sebanyak 65 persen dari produksi batu bara dunia akan tetap mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai sumber energi penghasil listrik murah mereka.
"Kebutuhan China terhadap batu bara akan tetap tumbuh dengan tambahan PLTU sebesar 35 GW di tahun 2020," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Permintaan Batu Bara
Menurutnya, permintaan batu bara di China dan India yang tinggi, ditambah dengan ketidakmampuan negara produser seperti Indonesia, Rusia dan Australia, untuk menaikan produksi, akan menjadikan harga batubara tetap tinggi pada tahun 2022.
"Catatan penting yang akan mempengaruhi harga batu bara ini adalah bagaimana hubungan dagang antara China dan Australia kedepan. Apakah akan kembali seperti sebelum Covid 19 atau menjadi lebih buruk dengan adanya pakta pertahanan (AUKUS) antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat. Jika hubungan membaik, maka harga batu bara kemungkinan bisa kembali melandai," tutup Arcandra.
Advertisement