Harga Minyak Terus Naik, Diprediksi Tembus USD 100 per Barel di 2022

Sejumlah bank memperkirakan harga minyak bisa tembus USD 100 per barel tahun ini.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak berjangka naik pada perdagangan Jumat. Lonjakan harga minyak didorong oleh kendala pasokan dan kekhawatiran serangan Rusia di negara tetangga Ukraina, mendorong harga minyak menuju kenaikan mingguan ke-4 meskipun sebuah sumber mengatakan China akan merilis cadangan minyak mentah sekitar Tahun Baru Imlek.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (15/1/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,59 atau 1,9 persen ke level tertinggi dalam 2,5 bulan yaitu USD 86,06 per barel. Harga minyak ini telah naik 5,4 persen dalam sepekan.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 1,70 atau 2,1 persen menjadi USD 83,82 per barel, naik 6,3 persen dalam sepekan.

Baik minyak Brent maupun berjangka AS memasuki fase overbought untuk pertama kalinya sejak akhir Oktober.

"Orang-orang yang melihat gambaran besarnya menyadari bahwa situasi penawaran versus permintaan global sangat ketat dan itu memberi pasar dorongan yang kuat," kata Analis Senior di Price Futures Group Phil Flynn.

Pejabat AS menyuarakan kekhawatiran pada hari Jumat bahwa Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina jika diplomasi gagal. Rusia, yang telah mengumpulkan 100.000 tentara di perbatasan Ukraina, merilis gambar pasukannya bergerak.

"Telah terjadi lonjakan faktor risiko geopolitik yang mendorong harga, minyak" kata John Kilduff, Mitra di Again Capital Management, New York.

Dolar AS tampaknya menuju penurunan mingguan terbesar dalam empat bulan. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Sejumlah bank memperkirakan harga minyak bisa tembus USD 100 per barel tahun ini, dengan permintaan diperkirakan melebihi pasokan, paling tidak karena kendala kapasitas di antara negara-negara OPEC+.

"Harga minyak diperkirakan akan terus naik kecuali jika fundamental pasar berubah dan investasi global meningkat," kata Ketua National Oil Corp Libya Mustafa Sanallah.

Dia menambahkan, produksi minyak dari negara itu mencapai 1,045 juta barel per hari.

"Ketika Anda mempertimbangkan bahwa OPEC+ masih jauh dari memompa kuota keseluruhan, bantalan penyempitan ini bisa berubah menjadi faktor paling bullish untuk harga minyak selama beberapa bulan mendatang," kata analis PVM Stephen Brennock.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jelang Libur Tahun Baru Imlek

Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

China berencana untuk melepaskan cadangan minyak pada liburan Tahun Baru Imlek antara 31 Januari dan 6 Februari  2022 sebagai bagian dari rencana yang dikoordinasikan oleh Amerika Serikat dengan konsumen utama lainnya untuk mengurangi harga global.

China mencatat penurunan tahunan pertama dalam impor minyak mentah dalam dua dekade, meskipun para pedagang memperkirakan impor akan pulih tahun ini.

Permintaan bahan bakar tertekan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia karena varian virus corona Omicron menyebar. Banyak kota, termasuk Beijing, telah mendesak orang untuk tidak bepergian selama liburan Tahun Baru Imlek.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya