Harga Minyak Melambung Dampak Konflik Rusia dengan Ukraina

Ancaman gangguan pasokan gas alam ke Eropa ini karena adanya konflik antara Rusia dan Ukraina.

oleh Arief Rahman H diperbarui 17 Jan 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2022, 16:10 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia bergerak menguat di awal pekan ini didukung oleh ancaman gangguan pasokan gas alam ke Eropa. Gangguan pasokan gas alam ini berpotensi memicu krisis energi.

Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama mengatakan, meski ada ancaman pasokan, sinyal pelepasan cadangan minyak oleh negara-negara konsumen utama serta aksi pembatasan yang lebih ketat di China akibat melonjaknya kasus Covid-19 varian Omicron membebani pergerakan harga minyak lebih lanjut.

Ancaman gangguan pasokan gas alam ke Eropa ini karena adanya konflik antara Rusia dan Ukraina. Saat ini, Pemerintah AS telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa perusahaan energi internasional mengenai rencana darurat untuk memasok gas alam ke Eropa jika konflik antara Rusia dan Ukraina sampai mengganggu pasokan gas.

"Kekhawatiran tersebut muncul pasca AS mengatakan bahwa Rusia telah mengumpulkan 100.000 tentara di perbatasan Ukraina untuk menyerang Ukraina," jelas Revandra dalam keterangan tertulis, Senin (17/1/2022).

Memanasnya tensi antara Rusia dan Ukraina berpotensi mengganggu pasokan gas alam dari Rusia ke Eropa yang akan memperburuk krisis energi saat ini karena Uni Eropa mengandalkan Rusia untuk sekitar sepertiga dari pasokan gasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rencana China

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sementara itu, China berencana akan melepas minyak mentah dari cadangan strategis negara sekitar liburan Tahun Baru Imlek antara 31 Januari dan 6 Februari 2022. Langkah ini sebagai bagian dari rencana yang dikoordinasikan oleh AS beserta negara konsumen minyak utama lainnya termasuk Jepang, Korea Selatan dan India, untuk mengurangi harga bahan bakar global.

Jika China akan melepaskan jumlah yang relatif lebih besar jika harga minyak di atas USD 85 per barel, dan volume yang lebih kecil jika minyak tetap di dekat level USD 75 per barel.

Turut membebani pergerakan harga lebih lanjut, China pada hari Minggu mengumumkan secara resmi aturan yang mewajibkan turis untuk melakukan tes Covid-19 dalam waktu 72 jam setelah kedatangan di Beijing.

Aturan baru yang berlaku mulai 22 Januari hingga akhir Maret tersebut dipicu oleh laporan kasus Omicron pertama di Beijing pada hari Sabtu serta ditambah dengan China yang bersiap untuk menggelar Olimpiade Musim Dingin pada bulan depan.

Pengumuman itu semakin menambah potensi penurunan permintaan bahan bakar yang didorong oleh pemberlakuan pembatasan yang lebih ketat di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran Resistance di RP 1.210.000 - 1.230.000 per barel serta kisaran Support di Rp 1.180.000 - 1.160.000 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya