Inflasi Januari 2022 Diperkirakan 0,55 Persen, Minyak Goreng dan Cabai Jadi Pendorong

Kenaikan inflasi di bulan Januari masih didorong oleh kenaikan harga minyak goreng, telur ayam, daging ayam ras dan cabai rawit.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jan 2022, 13:40 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2022, 13:40 WIB
Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) memperkirakan perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,53 persen secara month-to-month (mtm). Perkiraan tersebut hampir sama dengan beberapa ekonom salah satunya adalah ekonom CELIOS.

"Inflasi Januari 2022 diperkirakan 0,55 persen sampai dengan 0,6 persen (mtm) atau 2,1 persen (yoy)," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (31/1/2022).

Bhima menilai, meskipun secara tahunan inflasi bulan Januari hanya 2 persen, namun angka ini dinilai cukup tinggi. Mengingat pada awal tahun ini tingkat permintaan berada di fase terendah dan masuknya varian omicron ke Indonesia mengganggu kepercayaan masyarakat untuk berbelanja.

"Dari sisi permintaan Januari itu low season, dan adanya varian omicron cukup berdampak ke kepercayaan masyarakat berbelanja," kata dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pendorong Inflasi

FOTO: Kenaikan Sejumlah Bahan Pokok Picu Laju Inflasi
Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kenaikan inflasi di bulan Januari masih didorong oleh kenaikan harga minyak goreng, telur ayam, daging ayam ras dan cabai rawit. Menurut Bhima kebijakan minyak goreng satu harga yakni Rp 14.000 per liter masih belum bisa menekan kontribusi minyak goreng terhadap inflasi.

"Naiknya harga minyak goreng yang belum bisa diselesaikan dengan kebijakan subsidi karena stok minyak goreng subsidi terbatas," kata dia.

Bhima mengatakan kemungkinan kenaikan harga akan terus terjadi hingga 2-3 bulan ke depan. Inflasi akan lebih tinggi pada bulan April karena ada momentum bulan Ramadan.

"Sejauh ini volatile food atau pangan, tapi pakaian jadi juga bisa mengalami kenaikan karena biaya bahan baku tekstilnya naik akibat disrupsi rantai pasok. Ada delay pengiriman juga yang sebabkan inflasi," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya