BUMN Ikut Kena Getah Perang Rusia-Ukraina?

Usaha yang dijalani oleh BUMN Indonesia dinilai ikut terkena dampak perang Rusia-Ukraina.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2022, 17:30 WIB
FOTO: Perjuangan ke Luar Ukraina yang Perang dengan Rusia, Jalan Kaki hingga Antre dengan Mobil
Orang-orang menunggu untuk menyeberang dari wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina ke wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia di Stanytsia Luhanska, satu-satunya titik penyeberangan yang buka setiap hari, di wilayah Luhansk, Ukraina timur, pada 22 Februari 2022. (AP Photo/Vadim Ghirda )

Liputan6.com, Jakarta Perang Rusia-Ukraina diprediksi masih akan terus berlangsung dan berdampak pada kondisi ekonomi global. Salah satunya, jenis-jenis usaha yang dijalani oleh perusahaan pelat merah Indonesia.

Artinya, ada dampak yang dirasakan dalam proses bisnis yang dijalankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia. Dua sektor bisnis yang disinyalir akan terdampak adalah sektor energi dan infrastruktur.

“BUMN khususnya yang di sektor energi dan infrastruktur dampaknya lebih ke tidak langsungnya,” kata Peneliti Center of Industry Trade and Investment Indef, Ahmad Heri Firdaus dalam diskusi virtual, Rabu (2/3/2022).

Dengan begitu, BUMN besar yang menggeluti sektor energi diantaranya PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan anak usaha turunannya. Kemudian di sektor infrastruktur PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, PT Waskita Karya, hingga PT Jasa Marga.

Pria yang akrab disapa Heri itu menyampaikan dampak yang terjadi merupakan hal yang tak langsung. Ini melihat porsi ekspor-impor Indonesia ke dua negara yang berseteru tersebut terbilang kecil.

"Porsi ekspor impor kita ke Rusia dan Ukraina yang memang kecil jadi direct impactnya relatif kecil dibanding indirect impactnya," ujarnya.

Lanjutnya, dampak negatif yang disebabkan secara tidak langsung dari perang tersebut terlihat dari posisi Rusia sebagai penghasil minyak dan gas yang sebagian besar di ekspor ke China.

Kemudian, bahan mentah tersebut diolah untuk dijadikan input produksi bagi pabrik di China. Melihat besarnya porsi ekspor Indonesia ke China, maka Heri menilai, konflik Rusia-Ukraina membuat rekan dagang Indonesia terganggu.

"Rusia yang merupakan negara penghasil minyak dan gas, dimana dia mengekspor minyak dan gas ke china dan di china migas dijadikan input produksi bagi pabrik di China tapi karena itu terganggu maka pabrik di China juga nanti sedikit banyak mengalami gangguan sehingga ekspor kita atau perdagangan kita ke china baik ekspor maupun impor itu mengalami gangguan," jelasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Cari Alternatif

FOTO: Perjuangan ke Luar Ukraina yang Perang dengan Rusia, Jalan Kaki hingga Antre dengan Mobil
Orang-orang menunggu anggota keluarga tiba dari Ukraina di perbatasan Medyka, di Medyka, Polandia, Sabtu, 26 Februari 2022. Lebih dari sekitar 500.000 orang terpaksa meninggalkan Ukraina selama invasi Rusia. (AP Photo/Bernat Armangue)

Lebih lanjut, sebagai solusi yang ditawarkannya, Indonesia perlu mencari alternatif lokasi target ekspor maupun impor. Artinya, meski tak terlibat langsung, Indonesia masih mengandalkan beberapa bahan mentah yang diproduksi di Rusia.

"Kita perlu cari alternatif untuk melakukan perdagangan dengan negara yang relatif tidak rawan konflik, kan biasanya negara itu mencari mitra ekonomi yang risiko konfliknya sedikit,” kata dia.

“Yang risiko konfliknya tinggi hubunganya dikurangi atau tidak terlalu banyak baik dagang, investasi, ya memang karena Rusia ini punya peranan strategis terhadap supply energi dan pangan ya, dampak tidak langsungnya akan terlihat disitu," imbuh dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya