Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak 7 persen pada perdagangan Jumat karena adanya gangguan ekspor Rusia karena adanya sanksi dari negara Barat. Rusia merupakan salah satu pengekspor terbesar minyak bumi.
Pada analis khawatir bahwa gangguan pasokan dari Rusia ini akan lebih besar pengaruhnya dibanding dengan tambahan pasokan dari Iran. Saat ini Iran tengah menjalani perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Jika berhasil maka Iran bisa melakukan ekspor lagi.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (5/3/2022), harga minyak pada perdagangan Jumat mulai reli sesaat setelah pasukan Rusia merebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Eropa.
Advertisement
Reli semakin panjang setelah pemerintah AS mengatakan bahwa mereka tengah mencari opsi untuk memotong impor minyak dari Rusia dan mempertimbangkan tindakan yang mungkin dilakukan untuk meminimalkan dampak pada pasokan global dan dampak pada konsumen.
Harga minyak mentah berjangka telah melonjak lebih dari 20 persen sejak AS dan sekutunya memberikan sanksi kepada Rusia menyusul invasi 24 Februari ke Ukraina.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tertinggi sejak Februari 2013
Penjualan minyak Rusia telah terganggu, dengan penjual merasa sangat sulit untuk membuat kesepakatan bahkan ketika mereka menawarkan diskon besar-besaran untuk patokan minyak mentah Brent.
harga minyak Brent berjangka naik USD 7,65 atau 6,9 persen menjadi menetap di USD 118,11 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 8,01 atau 7,4 persen menjadi USD 115,68 per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak Februari 2013 dan untuk WTI sejak September 2008. Selama seminggu, Brent naik ke intraday tertinggi sejak Mei 2012 dan WTI tertinggi sejak September 2008.
Â
Advertisement