Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa pagi bergerak stabil alias stagnan. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat di hari ini seiring membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko.
Pada Selasa (29/3/2022), nilai tukar rupiah tak bergerak atau stagnan dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya, yakni 14.360 per dolar AS.
"Penurunan harga minyak mentah memperbaiki sentimen pasar menjadi lebih positif terhadap aset berisiko," kata Analis Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Advertisement
Adapun penurunan harga minyak meredakan kekhawatiran terhadap inflasi yang tidak terkendali.
Ariston menilai lockdown kota Shanghai, China karena Covid-19 membantu penurunan harga minyak mentah karena potensi penurunan permintaan komoditas tersebut.
Selain itu, pasar juga menantikan perundingan perdamaian antara Ukraina dan Rusia di Istanbul, Turki, hari Selasa ini.
"Ukraina sudah menyiapkan proposal perdamaian. Pasar menunggu penawaran dari Rusia," katanya.
Bila hasil perundingan mendekati ke arah perdamaian, ia memperkirakan harga aset berisiko bisa menguat lagi.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tekanan The Fed
Di sisi lain, nilai tukar rupiah dan emerging markets masih dalam tekanan dari prospek kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang agresif, sehingga bisa menahan penguatan mata uang Garuda terhadap dolar AS hari ini.
Hal tersebut didukung dengan belum adanya sentimen baru dari dalam negeri dan pelonggaran aktivitas ekonomi serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mendukung penguatan rupiah.
Dengan demikian, Ariston memprediksikan rupiah berpotensi menguat ke arah 14.320 per dolar AS sampai 14.330 per dolar AS hari ini, dengan potensi pelemahan ke kisaran 14.380 per dolar AS.
Advertisement