Perbandingan Harga Tes PCR, Antigen hingga Masker Dulu dan Sekarang, Bak Bumi dan Langit!

Perbandingan Harga Tes PCR, Antigen hingga Tabung Oksigen Dulu dan Sekarang, Bak Bumi dan Langit

oleh Tira Santia diperbarui 19 Mei 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2022, 11:00 WIB
FOTO: Lokasi Tes COVID-19 Mulai Ramai Akibat Varian Omicron
Petugas melakukan tes usap PCR kepada warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Kamis (3/2/2022). Terkait meningkatnya kasus harian COVID-19 di Tanah Air, tren penambahan kasus di Indonesia secara konsisten cenderung meningkat dalam sepekan terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi covid-19 telah berlangsung selama dua tahun terakhir, dan sudah mengakibatkan kemunduran ekonomi dan mengganggu belanja konsumen dan rantai pasokan global, serta menganggu kesehatan masyarakat.

Seiring meningkatnya jumlah pelanggan tes COVID-19  seperti PCR dan antigen di klinik dan laboratorium akibat lonjakan kasus, pada awal pandemi tahun 2020 alat kesehatan baik untuk memeriksa covid-19 hingga harga masker dan handsanitizer sempat mahal bahkan langka karena beberapa oknum dikabarkan menimbun persediaan masker untuk dijual dengan harga yang fantastis.

Berikut perbandingan harga alat kesehatan pada awal pandemi dan sekarang, dimana kasus covid-19 sudah turun drastis, dirangkum Liputan6.com, Kamis (19/5/2022).

1. Tes PCR

Pemerintah terus menurunkan biaya PCR di Indonesia. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan penyebab biaya PCR saat ini bisa turun berbeda dengan kondisi sebelumnya.

Dia menegaskan jika pemerintah secara berkala melakukan evaluasi tarif Swab RT-PCR. Hal ini dilakukan untuk memastikan masyarakat mendapatkan pemeriksaan sesuai dengan harga yang seharusnya dibayarkan.

Dia menuturkan jika perhitungan biaya pengambilan dan pemeriksaan RT-PCR, terdiri dari komponen – komponen jasa pelayanan/SDM, komponen reagen dan bahan habis pakai (BHP).

Kemudian komponen biaya administrasi, Overhead, dan komponen biaya lainnya yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Reagen Swab RT-PCR, dimana pada saat awal hanya terdapat kurang dari 30 produsen yang ada di Indonesia.

Namun saat ini sudah terdapat lebih dari 200 jenis reagen Swab RT-PCR yang masuk ke Indonesia dan mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan dengan harga yang bervariasi.

Artinya sudah terjadi persaingan variasi dan harga untuk komponen reagen Swab RT-PCR, tambahnya lagi. Swab RT-PCR masih menjadi gold standar dalam mendiagnosis kasus Positif COVID-19, tidak hanya di Indonesia, namun juga pada level Global.

Evaluasi terhadap tarif pemeriksaan RT-PCR oleh Kementerian Kesehatan bersama BPKP sudah dilakukan sebanyak tiga kali.

Pertama pada tanggal 5 Oktober 2020 ditetapkan pemeriksaan RT PCR Rp. 900 ribu. Kedua, pada tanggal 16 Agustus 2021 ditetapkan pemeriksaan RT PCR Rp 495 ribu untuk Pulau Jawa dan Bali serta Rp. 525 ribu untuk diluar pulau Jawa dan Bali.

Terakhir pada tanggal 27 Oktober 2021 ditetapkan Rp 275 ribu untuk pulau Jawa dan Bali dan Rp 300 ribu untuk diluar pulau Jawa dan Bali.Karena surat edaran tersebut mengatur batas tarif tertinggi, maka bisa saja harga tes PCR di bawah Rp275 ribu di Pulau Jawa dan Bali atau di bawah Rp300 ribu di luar Jawa dan Bali.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Tes antigen

FOTO: Di Terminal Pulogebang, Tiga Orang Terkonfirmasi Positif COVID-19
Petugas melakukan swab test antigen kepada pemudik saat arus balik Lebaran di Terminal Pulogebang, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Satu minggu setelah Lebaran, pemudik yang tiba di Terminal Pulogebang wajib menjalani tes COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Harga tes PCR dan rapid antigen menjadi informasi penting selama pandemi. Kedua jenis tes ini sering digunakan untuk syarat perjalanan atau mengakses layanan publik tertentu. Selama PPKM, tes PCR dan rapid antigen pun jadi syarat wajib bepergian.

Tes PCR dan rapid antigen sudah banyak ditemukan di layanan kesehatan atau pusat diagnosis. Harga tes PCR dan rapid antigen bisa berbeda di tiap tempat. Namun, Kemenkes telah menerapkan harga tertinggi kedua tes ini.

Artinya, harga tes PCR dan rapid antigen tidak akan timpang satu sama lain. Mulai 16 Agustus 2021, Kemenkes resmi menurunkan harga tes PCR. Harga rapid antigen pun menyusul turun pada 1 September 2021.

Per Rabu(1/09/2021) Kementerian Kesehatan menetapkan batas tarif tertinggi Rapid Diagnostic Test (RDT) antigen menjadi Rp 99 ribu untuk di Pulau Jawa serta Rp 109.000 untuk di luar Pulau Jawa. Ini artinya penyedia layanan tes antigen harus mematok harga tes tidak lebih dari batas harga tersebut.

Bahkan ada yang mematok harga Rp 70 ribu per test antigen, ada juga yang harganya Rp 80-85 ribu untuk test antigen. Intinya bervariasi, tergantung klinik yang bersangkutan. Namun yang pasti tidak lebih dari harga yang telah ditentukan Pemerintah yaitu Rp 99 ribu untuk pulau Jawa.

Perubahan batasan harga tes antigen ini dilakukan setelah melakukan evaluasi pada sejumlah aspek seperti komponen jasa pelayanan (sumber daya manusia), komponen reagen dan barang habis pakai, biaya administrasi dan komponen biaya lain yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Sebelumnya, pada Desember 2020, Kemenkes menetapkan batasan tarif tertinggi pemeriksaan Rapid Test Antigen-Swab sebesar Rp. 250 ribu untuk Pulau Jawa dan Rp 275 ribu untuk di luar Pulau Jawa.

 


3. Masker

Ilustrasi Masker
Ilustrasi Masker (pixabay.com)

Pandemi virus corona covid-19 dimanfaatkan bagi segelintir orang mengambil keuntungan lebih. Salah satunya masker yang sulit ditemukan sejak virus ini terjadi di China.

Penyebab masker sempat mahal salah satunya, mayoritas bahan baku hingga produk masker berasal dari luar negeri alias impor.

Sejak awal Maret lalu, sebagian besar apotek tidak lagi menjual masker, karena kehabisan stok ataupun tidak mendapat kiriman dari agen.

Kalaupun ada, harga naik berlipat-lipat. Jika biasanya satu lembar paling tinggi Rp2 ribu, waktu itu bahkan hampir Rp14 ribu per helai.

Awal pandemi masker sulit ditemukan di sejumlah apotek, masker malah mudah dicari di sejumlah supermarket ataupun minimarket. Tentu saja harganya jauh di atas normal.

Jika biasanya masker standar N-95 hanya Rp15 ribu, lalu harganya melonjak Rp60 ribu per lembar.

Mahalnya masker tak membuat warga mengurungkan niat membelinya. Lalu muncul gerakan dari Pemerintah untuk menggunakan masker dari kain sebagai upaya menekan harga masker yang mahal.

Seiring berjalannya waktu, dan kasus covid-19 semakin turun, otomatis harga masker pun sekarang sudah stabil dan normal kembali.

 


4. Hand Sanitizer

Ilustrasi Gambar Antiseptik/Hand Sanitizer
Hand Sanitizer. Sumber: Unsplash

Layaknya masker yang pernah langka dan mahal, hand sanitizer juga pada awal pandemi covid-19 mendadak hilang di pasaran. Jika pun ditemukan, harganya juga diatas harga biasanya. Bahkan, saking susah mendapatkan hand sanitizer, banyak yang menjual dalam bentuk share in jar atau kemasan kecil.

Harga jual berbagai merk hand sanitizer atau cairan pembasmi kuman melonjak tajam hingga berkali-kali lipat lebih pada sejumlah toko. Kenaikan harga hand sanitizer sendiri sejak Februari 2020 pasca maraknya pemberitaan terkait wabah virus Corona yang bermula di Wuhan China.

Misalnya, hand sanitizer kemasan 55 ml dijual Rp 5.000 per pcs menjadi 3 kali lipat. Begitupun untuk kemasan yang lebih besar dan seterusnya.

 


5. Tabung Oksigen

FOTO: Melihat Posko Rescue Oxygen DKI Jakarta
Sejumlah tabung oksigen yang akan didistribusikan bejajar di Posko Rescue Oxygen, Monas, Jakarta, Senin (5/7/2021). Posko Rescue Oxygen didirikan untuk membantu penyediaan tabung oksigen bagi rumah sakit pemerintah dan swasta khusus COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan survei ketersediaan oksigen di DKI Jakarta selama masa PPKM Darurat. Hasilnya, harga oksigen di sejumlah toko di marketplace naik hingga mencapai 900 persen.

kenaikan harga tersebut terjadi untuk oksigen portabel merek Oxycan 500 cc yang dijual oleh 11 toko. Kisaran harganya Rp 58 ribu hingga Rp 450 ribu, dengan harga rata-rata Rp 275 ribu.

Menurut Aru, terdapat perilaku toko yang memanfaatkan kesempatan tingginya permintaan untuk menaikan harga oksigen portabel.

Dari hasil survey marketplace A terhadap sample beberapa toko di Jakarta, dia menyebutkan, terdapat 11 toko yang menjual tabung oksigen ukuran 1 M3 dengan trolly dan regulator full set dengan kisaran harga Rp 800 ribu hingga Rp 1,594 juta.

 


6. Oximeter

Angka Saturasi Oksigen Normal menggunakan oximeter/dok. Unsplash Mockup
Angka Saturasi Oksigen Normal/dok. Unsplash Mockup

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui pedoman perawatan untuk pasien COVID-19, khususnya yang menjalani isolasi mandiri. Untuk memantau kondisi kesehatan mereka, pasien Corona yang isolasi mandiri wajib memiliki pulse oximeter atau oksimeter.

Menurut WHO, penggunaan alat ini bisa membuat pasien COVID-19 lebih waspada dan bisa mengurangi bahaya terlebih saat pasien mengalami happy hypoxia.

Di Indonesia sendiri, pulse oximeter sempat ramai 'diborong' setelah kasus happy hypoxia banyak terjadi pada pasien COVID-19 di awal September 2020 silam. Kala itu, harga oximeter meroket hingga nyaris sejuta. Kini harga oximeter telah kembali normal, tidak mencapai hampir Rp 1 juta.

Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Manfaat Tes Usap Rapid Antigen dan PCR. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya