Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah dunia naik ke level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan hari Senin karena pelaku pasar menunggu harus perundingan Uni Eropa. Persekutuan negara-negara di benua Eropa ini akan mengadakan pertemuan untuk bersepakat melarang impor minyak dari Rusia. Larangan ini diberikan sebagai sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutp CNBC, Selasa (31/5/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik 46 sen atau 0,4 persen menjadi USD 119,89 per barel pada pukul 01.11 GMT. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 60 sen atau 0,5 persen menjadi USD 115,67 per barel, memperpanjang kenaikan solid dari minggu lalu.
Baca Juga
Uni Eropa akan mengadakan pertemuan pada hari Senin dan Selasa untuk membahas paket sanksi keenam terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Moskow menyebut sanksi ini sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata.
Advertisement
"Saya tidak berpikir berlebihan dengan berasumsi bahwa spekulan memposisikan diri untuk pemantulan pasar minyak pasca KTT Uni Eropa," kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes.
Larangan lebih lanjut pada perdagangan minyak Rusia akan memperketat pasar minyak mentah dunia yang sudah tegang. Saat ini pasokan sangat tipis di tengah meningkatnya permintaan bensin, Solar dan bahan bakar jet menjelang puncak musim panas di Amerika Serikat dan Eropa.
Kata salah satu pejabat, Pemerintah Uni Eropa gagal menyepakati embargo minyak Rusia pada hari Minggu, tetapi akan melanjutkan pembicaraan untuk melarang pengiriman minyak Rusia melalui laut sambil mengizinkan pengiriman melalui pipa, menjelang KTT pada Senin sore.
Jika disetujui, kesepakatan akan memungkinkan Hongaria, Slovakia dan Ceko untuk terus menerima minyak Rusia mereka melalui pipa Druzhba untuk beberapa waktu sampai pasokan alternatif dapat diatur.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasokan OPEC
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia atau yang disebut dengan OPEC+, akan menolak seruan Barat untuk mempercepat penambahan produksi minyak mereka. Mereka akan tetap pada rencana awal menambah 432.000 barel per hari pada Juli, enam sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters.
Pelaku pasar juga gelisah setelah Iran pada hari Jumat mengatakan angkatan lautnya telah menangkap dua kapal tanker minyak Yunani sebagai pembalasan atas penyitaan minyak Iran oleh Amerika Serikat dari sebuah kapal tanker yang ditahan di lepas pantai Yunani.
"Ini meningkatkan momok gangguan lebih lanjut terhadap aliran minyak melalui Selat Hormuz, yang membawa sepertiga dari perdagangan dunia," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Harga minyak juga didukung oleh penurunan dolar AS karena investor mengurangi ekspektasi untuk kenaikan suku bunga AS yang agresif dan karena kekhawatiran mereda tentang resesi global. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi importir yang memegang mata uang lain.
Advertisement
Serbia Sepakati Perjanjian Gas dengan Vladimir Putin, Abaikan Sanksi Uni Eropa
Sebelumnya, Presiden populis Serbia telah mengumumkan bahwa ia telah menyepakati perjanjian gas "yang sangat menguntungkan" dengan Rusia.
Perjanjian itu disepakati dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang berlangsung pada Minggu (29/5).
Presiden Serbia Aleksandar Vucic, mantan ultranasionalis pro-Rusia yang mengklaim akan membawa Serbia masuk ke Uni Eropa, telah menolak untuk mengecam secara terbuka invasi Rusia ke Ukraina, demikian dikutip dari laan VOA Indonesia, Selasa (31/5/2022).
Meski mendapat tekanan dari Uni Eropa, Serbia belum mengikuti langkah Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Vucic telah berupaya selama bertahun-tahun untuk menjalin ikatan yang lebih erat dengan Moskow.
Serbia hampir sepenuhnya bergantung pada gas Rusia. Dan perusahaan-perusahaan energi utamanya, mayoritas dimiliki oleh Rusia.
Rusia Berniat Dialog untuk Longgarkan Blokade Ekspor Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada para pemimpin Prancis dan Jerman dalam panggilan telepon pada hari Sabtu bahwa Rusia bersedia membahas cara-cara untuk memungkinkan Ukraina melanjutkan pengiriman biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam, kata Kremlin.
Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global, sementara Rusia juga merupakan eksportir pupuk global utama dan Ukraina adalah eksportir utama jagung dan minyak bunga matahari.
"Untuk bagiannya, Rusia siap membantu menemukan opsi untuk ekspor biji-bijian tanpa hambatan, termasuk ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam," kata Kremlin sebagaimana dikutip dari MSN News, Minggu (29/5/2022).
Dikatakan dia juga memberi tahu Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa Rusia siap untuk meningkatkan ekspor pupuk dan produk pertaniannya jika sanksi terhadapnya dicabut - permintaan yang telah dia ajukan dalam percakapan dengan para pemimpin Italia dan Austria dalam beberapa hari terakhir.
Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia mempersenjatai krisis pangan yang diciptakan oleh invasinya ke Ukraina, yang telah mengirim harga biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melonjak.
Rusia telah menyalahkan situasi pada sanksi Barat terhadapnya, dan pada penambangan pelabuhan Ukraina.
Kremlin mengatakan Putin juga mengatakan Rusia bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Ukraina.
"Perhatian khusus diberikan pada status negosiasi yang dibekukan karena Kyiv. Presiden Vladimir Putin menegaskan keterbukaan pihak Rusia untuk melanjutkan dialog," katanya.
Advertisement