Jokowi Sebut Ekonomi 60 Negara Terancam Ambruk, Pengamat: Indonesia Juga Memprihantinkan

Jokowi mengutip data, International Monetary Fund (IMF), ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan bakal ambruk.

oleh Tira Santia diperbarui 17 Jun 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 10:30 WIB
FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan bakal ambruk. Bahkan ekonomi dari 40 negara diantaranya telah dipastikan merosot.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta jajaran pembantunya di kementerian untuk bisa peka terhadap kondisi ini. Tujuannya, guna bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan dari ketidakpastian global.

Pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, menilai kondisi Indonesia sebenarnya juga sangat memprihatinkan. Lantaran ketahanan energi Indonesia juga masih lemah.

“Kondisi saat ini di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan kita ini sangat tergantung dengan subsidi dan kompensasi yang diberikan oleh negara,” kata Mamit kepada Liputan6.com, Jumat (17/6/2022).

Menurutnya, jika pemerintah mengurangi beban subsidi dan kompensasi maka akan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Kenaikan harga barang tidak bisa dihindari sehingga akan inflasi akan naik juga.

“Selain itu, kita sangat tergantung akan impor terutama BBM. Hal ini dikarenakan produksi kita lebih kecil dari konsumsi. Dengan demikian,ketahanan energi kita sangat rentan sekali,” ujarnya.

Kendati begitu, Mamit menilai batu bara Indonesia sebenarnya sudah cukup mapan, hanya saja skema saat ini dimana PLN harus membayar TOP ditengah belum tumbuhnya konsumsi listrik membuat beban keuangan negara dan juga bumn semakin berat. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ekonomi 60 Negara Bakal Ambruk, Jokowi Minta Para Menteri Peka

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan bakal ambruk. Bahkan ekonomi dari 40 negara diantaranya telah dipastikan merosot.

Dengan demikian, Jokowi meminta jajaran pembantunya di kementerian untuk bisa peka terhadap kondisi ini. Tujuannya, guna bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan dari ketidakpastian global.

"IMF menyampaikan bahwa akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Jokowi, dalam pembukaan Rakornaswasin BPKP, Selasa (14/6/2022).

Ia menyampaikan, dunia saat ini tengah mengalami ketidakpastian utamanya di sektor pangan dan energi. Sehingga, akan berdampak pada kondisi ekonomi di dalam negeri.

Buktinya, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di sektor energi pun mengalami peningkatan yang sangat besar dibanding prediksi.

"Inilah ketidakpastian yang saya sampaikan dan kita semua harus punya kepekaan, harus punya sense of crisis semuanya. Kerja sekarang ini tak bisa hanya makronya, tidak, bisa mikronya, detailnya harus tahu," paparnya.

Guna mendukung hal itu, ia meminta Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh untuk melakukan pengawasan. Utamanya menyoroti detail.

"Inilah yang sering saya sampaikan ke Pak Ateh, pak Kepala BPKP, pak detail ini di cek pak. Untuk apa? Policy-nya (aturan kebijakan) jangan sampai keliru," tegasnya.

Diminta Kirim Minyak Goreng

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah mendapatkan telepon dari perdana menteri satu negara. Kepala negara tersebut meminta Indonesia kembali mengekspor minyak goreng ke negaranya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pembukaan Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022 di Istana, Selasa (14/6/2022). Seorang perdana menteri menelepon Jokowi untuk meminta dikirimkan minyak goreng.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku ditelepon perdana menteri salah satu negara untuk mengirim minyak goreng. Alasannya, guna mengantisipasi krisis. Jokowi mengisahkan pasokan minyak goreng di negara itu semakin menipis. Jika tak segera dipenuhi, akan menimbulkan krisis di negara tersebut.

"Dua hari yang lalu saya dapat telepon dari seorang perdana menteri, tidak usah saya sebutkan beliau meminta-minta betul, Presiden Jokowi tolong dalam sehari dua hari ini kirim yang namanya minyak goreng. Stok kami betul-betul sudah habis dan kalau barang ini tidak datang akan terjadi krisis sosial, krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik," katanya dalam pembukaan Rakornaswasin BPKP, Selasa (14/6/2022).

"Dan ini sudah terjadi di negara yang namanya Sri Lanka," tambah Jokowi.

Kejadian ini, kata dia, mendasari adanya bayangan krisis yang dihadapi berbagai negara di dunia. Ia menekankan seluruh dunia sedang dihadapkan dengan ketidakpastian di berbagai aspek.

"Sering syaa sampaikan bahwa situasi saat ini adalah situasi yang tak mudah, situasi yang tak gampang karena ketidakpastian global, ancaman krisis pangan, ancaman krisis energi, ancaman kenaikan inflasi semua negara mengalami dan sampai saat ini, ini baru awal-awal," paparnya.

Bersiap

Atas dasar itu, ia meminta para pembantunya di kabinet untuk menyiapkan berbagai kemungkinannya. Khususnya mengenai antisipasi terhadap krisis pangan dan krisis energi.

"Oleh sebab itu, kita semuanya betul-betul harus menyiapkan diri mengenai ini, pangan harus betul-betul disiapkan, energi dikalkulasi betul, katena separuh energi kita impor," kata dia.

Alasannya, dengan kondisi negara Indonesia yang cukup besar, maka kebutuhan atas pangan dan energi di dalam negeri sangat besar. Di sisi energi, kebutuhan itu melingkupi kebutuhan untuk kendaraan, industri hingga rumah tangga.

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya