Apa itu Konsumtif: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampaknya

Pelajari apa itu konsumtif, ciri-ciri perilaku konsumtif, penyebab, dampak, serta cara menghindarinya. Ketahui risiko gaya hidup konsumtif bagi keuangan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra Diperbarui 21 Feb 2025, 15:21 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 15:21 WIB
apa itu konsumtif
apa itu konsumtif ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Di era modern yang serba instan ini, perilaku konsumtif semakin marak terjadi di masyarakat. Mulai dari generasi muda hingga orang dewasa, banyak yang terjebak dalam gaya hidup boros tanpa disadari. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan perilaku konsumtif? Bagaimana ciri-cirinya dan apa saja dampak buruk yang ditimbulkan? Mari kita bahas secara lengkap dalam artikel berikut ini.

Pengertian Konsumtif

Konsumtif adalah kecenderungan seseorang untuk berperilaku boros dan menghamburkan uang tanpa pertimbangan yang matang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumtif diartikan sebagai pola perilaku yang bersifat konsumsi, hanya memakai atau menggunakan sesuatu tanpa menghasilkan sendiri.

Secara lebih luas, perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan membeli atau menggunakan barang dan jasa secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan manfaat jangka panjangnya. Orang yang konsumtif cenderung membeli sesuatu hanya untuk memuaskan keinginan sesaat, bukan karena benar-benar membutuhkannya.

Beberapa ahli juga memberikan definisi mengenai perilaku konsumtif, di antaranya:

  • Menurut Sumartono, perilaku konsumtif adalah tindakan menggunakan produk yang belum habis secara berulang-ulang, padahal produk tersebut sebenarnya tidak terlalu diperlukan.
  • Lubis berpendapat bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional lagi.
  • Sementara itu, Setiaji mendefinisikan konsumtif sebagai kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah pola hidup boros yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Orang yang konsumtif cenderung membeli barang-barang secara berlebihan tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang.

Ciri-ciri Perilaku Konsumtif

Untuk dapat mengidentifikasi apakah seseorang memiliki perilaku konsumtif atau tidak, kita perlu mengetahui ciri-cirinya. Berikut adalah beberapa karakteristik yang umumnya dimiliki oleh orang dengan gaya hidup konsumtif:

1. Membeli Produk karena Iming-Iming Hadiah

Orang yang konsumtif seringkali tergoda untuk membeli suatu produk hanya karena iming-iming hadiah yang ditawarkan. Mereka cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, hanya karena tergiur dengan bonus atau hadiah yang menyertainya. Misalnya membeli produk makanan dalam jumlah besar padahal tidak akan habis dikonsumsi, hanya karena ada hadiah piring cantik.

2. Membeli Produk karena Kemasannya Menarik

Kemasan atau tampilan luar suatu produk menjadi daya tarik utama bagi orang yang berperilaku konsumtif. Mereka cenderung membeli barang bukan karena fungsi atau kegunaannya, melainkan karena kemasan yang menarik atau terlihat bagus. Padahal belum tentu isi atau kualitas produknya sesuai dengan yang diharapkan.

3. Membeli Produk demi Menjaga Penampilan dan Gengsi

Gengsi dan keinginan untuk menjaga penampilan menjadi salah satu pemicu utama perilaku konsumtif. Orang-orang ini rela membeli barang-barang mahal dan bermerek terkenal, meskipun sebenarnya tidak mampu secara finansial. Tujuannya hanya untuk meningkatkan status sosial dan dianggap keren di mata orang lain.

4. Membeli Produk atas Pertimbangan Harga

Bagi orang yang konsumtif, harga menjadi patokan utama dalam membeli suatu produk. Mereka beranggapan bahwa harga yang mahal pasti mencerminkan kualitas yang bagus. Akibatnya, mereka cenderung membeli barang-barang mahal tanpa mempertimbangkan apakah benar-benar membutuhkannya atau tidak.

5. Membeli Produk hanya Sekedar Menjaga Simbol Status

Keinginan untuk dianggap berada di kelas sosial tertentu mendorong orang berperilaku konsumtif untuk membeli barang-barang mewah. Mereka rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar hanya untuk memiliki barang-barang yang dianggap dapat meningkatkan status sosialnya, meskipun sebenarnya tidak terlalu bermanfaat.

6. Memakai Produk karena Unsur Konformitas terhadap Model yang Mengiklankan

Orang yang konsumtif mudah terpengaruh oleh iklan atau promosi yang dilakukan oleh selebriti atau tokoh terkenal. Mereka cenderung membeli dan menggunakan produk yang diiklankan oleh idolanya, tanpa mempertimbangkan apakah produk tersebut cocok dan bermanfaat bagi dirinya.

7. Munculnya Penilaian bahwa Membeli Produk dengan Harga Mahal akan Menimbulkan Rasa Percaya Diri yang Tinggi

Ada anggapan bahwa dengan membeli barang-barang mahal, seseorang akan merasa lebih percaya diri. Hal ini mendorong orang berperilaku konsumtif untuk terus membeli produk-produk bermerek dan mahal, meskipun sebenarnya tidak mampu secara finansial.

8. Mencoba Lebih dari Dua Produk Sejenis

Orang yang konsumtif cenderung tidak puas hanya dengan satu produk. Mereka suka mencoba berbagai merek atau jenis produk yang sejenis, meskipun fungsinya sama. Misalnya memiliki banyak sepatu dengan model yang hampir sama atau membeli berbagai merek kosmetik padahal belum habis dipakai.

Penyebab Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif tidak muncul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besar, penyebab seseorang berperilaku konsumtif dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Beberapa faktor internal yang dapat memicu perilaku konsumtif antara lain:

  • Motivasi dan Harga Diri - Keinginan untuk diterima dan diakui dalam lingkungan sosial mendorong seseorang untuk membeli barang-barang yang dianggap dapat meningkatkan status sosialnya.
  • Kepribadian - Orang dengan kepribadian yang cenderung perfeksionis atau selalu ingin tampil sempurna lebih rentan berperilaku konsumtif.
  • Konsep Diri - Pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri mempengaruhi pola konsumsinya. Orang yang merasa kurang percaya diri cenderung membeli barang-barang mahal untuk menutupi kekurangannya.
  • Gaya Hidup - Pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya turut mempengaruhi perilaku konsumtif.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah penyebab yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor eksternal yang dapat memicu perilaku konsumtif meliputi:

  • Kebudayaan - Nilai-nilai dan kebiasaan dalam suatu masyarakat dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang.
  • Kelas Sosial - Keinginan untuk dianggap berada di kelas sosial tertentu mendorong orang untuk membeli barang-barang mewah.
  • Kelompok Referensi - Pengaruh dari teman sebaya atau kelompok acuan dapat mendorong seseorang untuk mengikuti gaya hidup tertentu.
  • Keluarga - Pola konsumsi yang diterapkan dalam keluarga sejak kecil akan mempengaruhi perilaku konsumtif seseorang di masa dewasa.
  • Situasi - Kondisi lingkungan seperti suasana toko yang nyaman atau adanya diskon besar-besaran dapat memicu pembelian impulsif.

Dampak Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif yang dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat secara luas. Berikut adalah beberapa dampak buruk dari gaya hidup konsumtif:

1. Masalah Keuangan

Dampak paling nyata dari perilaku konsumtif adalah timbulnya masalah keuangan. Kebiasaan berbelanja secara berlebihan tanpa perencanaan yang matang dapat mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkendali. Akibatnya, seseorang bisa terjebak dalam hutang atau kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya.

Orang yang berperilaku konsumtif cenderung menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk berbelanja. Akibatnya, mereka kesulitan menyisihkan uang untuk ditabung atau diinvestasikan. Hal ini tentu berdampak buruk bagi kesiapan finansial di masa depan.

3. Stres dan Kecemasan

Perilaku konsumtif yang tidak terkendali dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Ketika seseorang sadar bahwa pengeluarannya melebihi pendapatan, muncul rasa cemas akan kondisi keuangan. Belum lagi jika sudah terjerat hutang, tentu akan semakin menambah beban pikiran.

4. Ketergantungan pada Barang Material

Gaya hidup konsumtif membuat seseorang terlalu bergantung pada barang-barang material untuk mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan. Padahal, kebahagiaan sejati tidak bisa didapatkan hanya dari kepemilikan barang semata.

5. Kerusakan Lingkungan

Secara tidak langsung, perilaku konsumtif juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Produksi barang-barang konsumsi yang berlebihan mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam dan meningkatnya limbah yang sulit terurai.

6. Kesenjangan Sosial

Gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan secara berlebihan dapat memicu kesenjangan sosial di masyarakat. Perbedaan yang mencolok antara orang yang mampu membeli barang-barang mewah dengan yang tidak, dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Contoh Perilaku Konsumtif

Untuk lebih memahami apa itu perilaku konsumtif, berikut beberapa contoh nyata yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

1. Membeli Gadget Terbaru

Seseorang yang selalu ingin memiliki gadget keluaran terbaru, padahal gadget lamanya masih berfungsi dengan baik. Misalnya membeli smartphone baru setiap kali ada model terbaru yang diluncurkan, meskipun fitur-fiturnya tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki sebelumnya.

2. Berbelanja Pakaian Berlebihan

Membeli baju, tas, atau sepatu dalam jumlah banyak meskipun sudah memiliki koleksi yang cukup di rumah. Barang-barang tersebut seringkali hanya dipakai sekali atau bahkan tidak pernah digunakan sama sekali.

3. Nongkrong di Kafe Mahal

Kebiasaan nongkrong di kafe atau restoran mahal secara rutin, padahal sebenarnya bisa menghemat dengan memasak sendiri di rumah. Hal ini sering dilakukan hanya untuk gengsi atau agar bisa update di media sosial.

4. Membeli Barang Bermerek

Selalu membeli barang-barang bermerek terkenal dengan harga mahal, meskipun ada alternatif produk lain yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan harga yang lebih terjangkau.

5. Berlangganan Layanan yang Tidak Digunakan

Berlangganan berbagai layanan streaming atau aplikasi berbayar, padahal jarang digunakan atau bahkan lupa pernah berlangganan.

6. Impulsive Buying saat Ada Diskon

Membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya karena ada promo atau diskon besar-besaran. Misalnya saat ada flash sale di e-commerce atau midnight sale di mall.

7. Mengikuti Tren Kuliner

Rela mengantri berjam-jam atau membayar mahal hanya untuk mencoba makanan yang sedang viral di media sosial, padahal belum tentu sesuai dengan selera sendiri.

Cara Menghindari Perilaku Konsumtif

Menyadari dampak buruk dari perilaku konsumtif, penting bagi kita untuk berusaha menghindari gaya hidup boros tersebut. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menghindari perilaku konsumtif:

1. Membuat Anggaran dan Perencanaan Keuangan

Langkah pertama untuk menghindari perilaku konsumtif adalah dengan membuat anggaran dan perencanaan keuangan yang jelas. Tentukan berapa pendapatan dan pengeluaran bulanan, lalu alokasikan dana untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan investasi. Sisanya baru bisa digunakan untuk kebutuhan tersier atau hiburan.

2. Membedakan Antara Kebutuhan dan Keinginan

Penting untuk bisa membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya keinginan semata. Prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu sebelum memenuhi keinginan. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang yang ingin dibeli benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan sesaat.

3. Menerapkan Prinsip 30 Hari

Sebelum membeli barang-barang yang tidak termasuk kebutuhan pokok, terapkan prinsip 30 hari. Artinya, tunggu selama 30 hari sebelum memutuskan untuk membeli. Jika setelah 30 hari keinginan untuk membeli masih ada dan dirasa memang diperlukan, barulah membeli barang tersebut.

4. Membuat Daftar Belanja

Sebelum pergi berbelanja, buatlah daftar barang-barang yang memang dibutuhkan. Usahakan untuk tidak membeli di luar daftar tersebut. Hal ini akan membantu menghindari pembelian impulsif yang tidak direncanakan.

5. Menghindari Godaan Iklan dan Promosi

Kurangi paparan terhadap iklan dan promosi yang dapat memicu keinginan untuk berbelanja. Misalnya dengan mengurangi waktu scrolling di media sosial atau unsubscribe dari newsletter toko online.

6. Mencari Alternatif Hiburan yang Lebih Murah

Cari alternatif hiburan yang lebih murah atau bahkan gratis. Misalnya dengan membaca buku, berolahraga di taman, atau menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah. Hal ini dapat menghemat pengeluaran sekaligus memberikan kebahagiaan yang lebih bermakna.

7. Belajar Menabung dan Berinvestasi

Alihkan fokus dari kebiasaan berbelanja menjadi kebiasaan menabung dan berinvestasi. Tetapkan target tabungan bulanan dan pelajari berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan jangka panjang.

Pentingnya Investasi vs Konsumtif

Mengubah pola pikir dari konsumtif menjadi lebih produktif sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan finansial. Salah satu cara terbaik untuk mengelola keuangan dengan bijak adalah dengan berinvestasi. Berikut beberapa alasan mengapa investasi lebih penting daripada gaya hidup konsumtif:

1. Membangun Kekayaan Jangka Panjang

Investasi memungkinkan uang yang kita miliki untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan di masa depan. Berbeda dengan perilaku konsumtif yang hanya memberikan kepuasan sesaat, investasi dapat membantu membangun kekayaan jangka panjang.

2. Mencapai Tujuan Keuangan

Dengan berinvestasi, kita dapat merencanakan dan mencapai berbagai tujuan keuangan seperti membeli rumah, mempersiapkan dana pendidikan anak, atau memiliki dana pensiun yang cukup. Hal ini sulit dicapai jika terus terjebak dalam gaya hidup konsumtif.

3. Melindungi Nilai Uang dari Inflasi

Investasi dapat membantu melindungi nilai uang dari penurunan akibat inflasi. Sementara itu, perilaku konsumtif justru membuat nilai uang kita semakin berkurang tanpa ada imbal hasil yang berarti.

4. Menciptakan Passive Income

Beberapa jenis investasi seperti saham, obligasi, atau properti dapat menghasilkan passive income berupa dividen atau bunga. Hal ini tentu lebih menguntungkan dibandingkan hanya menghabiskan uang untuk berbelanja barang-barang konsumtif.

5. Meningkatkan Literasi Keuangan

Dengan mulai berinvestasi, kita akan terdorong untuk mempelajari lebih banyak tentang pengelolaan keuangan dan berbagai instrumen investasi. Hal ini akan meningkatkan literasi keuangan kita secara keseluruhan.

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa investasi juga memiliki risiko. Oleh karena itu, sebelum memulai investasi, pastikan untuk mempelajari dengan baik jenis-jenis investasi yang ada beserta profil risikonya. Mulailah dari instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.

FAQ Seputar Perilaku Konsumtif

1. Apakah perilaku konsumtif selalu buruk?

Tidak selalu. Sesekali memanjakan diri dengan membeli barang yang diinginkan sebagai bentuk self-reward tidak masalah, asalkan masih dalam batas wajar dan tidak mengganggu kestabilan keuangan. Yang menjadi masalah adalah ketika perilaku konsumtif menjadi kebiasaan dan tidak terkendali.

2. Bagaimana cara mengatasi kecanduan belanja online?

Beberapa tips untuk mengatasi kecanduan belanja online antara lain: hapus aplikasi e-commerce dari smartphone, unsubscribe dari newsletter promo, batasi akses ke situs belanja online, dan alihkan fokus ke aktivitas lain yang lebih produktif.

3. Apakah ada hubungan antara perilaku konsumtif dengan kesehatan mental?

Ya, ada hubungannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumtif dapat menjadi bentuk pelarian dari masalah emosional atau stress. Di sisi lain, perilaku konsumtif yang tidak terkendali juga dapat memicu stress dan kecemasan akibat masalah keuangan yang ditimbulkannya.

4. Bagaimana cara mengajarkan anak untuk tidak konsumtif?

Orang tua dapat mengajarkan anak untuk tidak konsumtif dengan cara: memberikan contoh gaya hidup sederhana, mengajarkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, membiasakan anak menabung sejak dini, dan mendiskusikan nilai uang serta pentingnya mengelola keuangan dengan bijak.

5. Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara pria dan wanita?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih konsumtif dibandingkan pria, terutama dalam hal berbelanja pakaian dan aksesoris. Namun, hal ini tidak bisa digeneralisasi karena perilaku konsumtif lebih dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, bukan semata-mata karena gender.

Kesimpulan

Perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang dapat membawa dampak negatif bagi kondisi keuangan dan kesejahteraan seseorang. Meski sulit dihindari sepenuhnya di era konsumerisme seperti sekarang, kita tetap perlu berusaha untuk mengendalikan diri dan mengelola keuangan dengan lebih bijak. Dengan memahami apa itu konsumtif, ciri-cirinya, serta dampak buruknya, diharapkan kita dapat lebih waspada dan mampu menghindari jebakan gaya hidup boros tersebut.

Mengubah pola pikir dari konsumtif menjadi lebih produktif memang butuh proses dan komitmen. Namun, hal ini sangat penting dilakukan demi mencapai kestabilan dan kesejahteraan finansial di masa depan. Mulailah dengan langkah-langkah kecil seperti membuat anggaran, menabung rutin, dan belajar berinvestasi. Dengan disiplin dan konsisten, kita dapat terhindar dari perangkap perilaku konsumtif dan meraih kebebasan finansial yang sesungguhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya