Menengok Perkembangan Industri Kendaraan Listrik di Dunia, Siapa Terdepan?

Amerika Serikat (AS) yang kerap menggaungkan narasi transisi energi, capaian transisi pada kendaraan listrik hanya sekitar 5 persen dari total yang terjual.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2022, 18:34 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2022, 18:31 WIB
FOTO: Mobil Listrik Toyota Kijang Innova EV Concept Hadir di IIMS 2022
Mobil Toyota Kijang Innova EV Concept dihadirkan di area Indonesia International Motor Show (IIMS) 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (31/3/2022). Kijang Innova berbasis Battery Electric Vehicle (BEV) ini jadi kendaraan full electric pertama Toyota berbasis MPV. (Liputan6.com/Johan Oktavianus)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara memulai ekosistem kendaraan listrik. Hal ini guna mewujudkan target net zero carbon pada 2060. Dalam hitungannya, setidaknya 1 dari 6 mobil di dunia harus menggunakan kendaraan berbasis listrik. Namun saat ini perbandingannya masih 1:70 antara kendaraan listrik dan kendaraan berbahan bakar fosil.

"Secara global dari 2 miliar mobil yang ada di dunia 1 dari 70 merupakan kendaraan listrik. Kita punya target net zero carbon jadi harusnya 1 dari 6 mobil itu kendaraan listrik. Ini target global," kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi/BKPM, Indra Darmawan dalam Webinar: Ambisi Indonesia Kebangkitan Ekosistem Baterai Kendaraan, Jakarta, Rabu (29/6/2022).

Demi mencapai tujuan tersebut masing-masing negara tengah berupaya melakukan transisi penggunaan energi pada alat transportasinya. Norwegia, Swedia, Jerman dan Prancis menjadi negara-negara dunia yang sudah mengejar target tersebut.

"Yang paling maju ini Norwegia, 8 dari 9 mobil yang terjual ini kendaraan elektrik. Selanjutnya Swedia, Jerman dan Prancis," katanya.

Di Asia, China menjadi negara yang serius melakukan transisi energi pada kendaraan yang digunakan. Tidak kurang dari 16 persen mobil yang terjual merupakan kendaraan berbasis elektrik. "Kelihatannya kecil tapi kalau angkanya ini bisa setengah dari penjualan dunia," kata dia.

Sementara itu, Amerika Serikat yang kerap menggaungkan narasi transisi energi, nyatanya capaian transisi pada kendaraannya hanya sekitar 5 persen dari total kendaraan yang terjual. Itu pun setengah dari produksi mobil elektrik dibuat Tesla.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perkembangan Indonesia

PT PLN (Persero) sudah membangun 27 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 5 destinasi wisata unggulan. Salah satunya di Kawasan Candi Borobudur. (Dok PLN)
PT PLN (Persero) sudah membangun 27 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 5 destinasi wisata unggulan. Salah satunya di Kawasan Candi Borobudur. (Dok PLN)

Beda cerita dengan Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, ada 16 ribu unit kendaraan berbahan bakar fosil yang terjual Tanah Air. Namun dalam waktu 3 bulan terakhir, sebanyak 3.000 kendaraan elektrik mengaspal di Jakarta. Pemerintah pun berambisi produksi kendaraan listrik pada tahun 2030 mencapai 25 persen dari total produksi saat ini.

"Dengan adanya komitmen akhir tahun depan kita sudah bisa produksi baterainya di Jawa Tengah," kata dia.

Dari berbagai gambaran tersebut, hingga kini Eropa menjadi wilayah yang paling serius menggarap ini. Pertumbuhan penjualan kendaraan elektrik di Eropa menjadi yang paling cepat Tak kurang dari 61 persen pertumbuhannya di setiap tahun.

"Jadi setiap negara memiliki gambarannya tersendiri," kata dia.

 

Tantangan

Namun, kata Indra harus diakui banyak tantangan harus dihadapi negara-negara dunia untuk mencapai tujuan karbon netral. Mengingat saat ini terjadi gangguan rantai pasok global. Rusia sebagai negara penghasil komponen utama kendaraan listrik tengah berkonflik dengan Ukraina. Akibatnya, Rusia dikenakan sanksi oleh Eropa.

"Disrupsi rantai pasok ini sangat mengganggu produksinya, ini akan berat kalau distrupasi masih terjadi," pungkasnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

infografis motor listrik
motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai (liputan6.com/abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya