Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog terus melakukan inovasi dalam menghasilkan produksi beras berkualitas. Salah satunya melalui pabrik pengolahan beras Rice to Rice (RTR) Sukoharjo, Jawa Tengah.
RTR Sukoharjo sendiri tidak hanya melayani pesanan beras berkualitas di sekitar kawasan, tapi juga hingga ke Papua seperti yang dipesan oleh PT Freeport Indonesia.
Baca Juga
"Kita tidak membatasi layanan penjualan. Bahkan kemarin ada pesanan beras yang (merek) Kota Radja dari Freeport," ujar Operation Manager RTR Sukoharjo Wisnu Sancoyo di RTR Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2022).
Advertisement
Selain RTR, Perum Bulog juga memiliki infrastruktur penggilingan beras modern atau Modern Rice Milling Plant (MRMP) yang tersebar di berbagai wilayah. Salah satunya MRMP berskala kecil yang ada di Kabupaten Merauke, Papua.
Namun, Wisnu menyangkal beras hasil penggilingan dari Merauke memiliki mutu lebih rendah dibanding Sukoharjo. Adapun pesanan Freeport yang datang padanya lebih kepada urusan selera.
"Bukan (karena secara kualitas lebih rendah), lebih karena kecocokan saja. Beras yang dari sana kan lebih keras, mungkin mereka lebih sesuai dengan yang ada di sini," ungkapnya.
Untuk RTR Sukoharjo, Wisnu menjelaskan, itu memiliki kapasitas produksi antara 6-7 ton per jam. Sehingga produksi beras yang bisa dihasilkan dalam sehari bisa mencapai 48 ton.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sarana Penggilingan Modern
Menurut dia, target tersebut berlaku untuk seluruh pabrikan RTR yang dimiliki Bulog. Tak hanya hasil produksi, Bulog juga mematok target omzet dari masing-masing RTR sekitar Rp 2 miliar per bulan.
"Target ini sama dengan RTR lainnya. Kita lebih target kepada omzet sih, minimal Rp 2 miliar per bulan," kata Wisnu.
Rice to Rice (RTR) sendiri merupakan sarana penggilingan modern untuk mengolah ulang beras asalan menjadi beras sesuai permintaan pasar. Fungsinya berbeda dengan MRMP, yang memfasilitasi proses penggilingan dari gabah petani hingga menjadi beras.
Total, Bulog saat ini memiliki 7 RTR yang tersebar di DKI Jakarta, Indramayu, Sukoharjo, Sidoarjo, Lombok Timur, Makassar, dan Sidrap.
Sementara Bulog mempunyai total 10 MRMP yang berlokasi di Kendal dan Sragen (Jawa Tengah), Bojonegoro, Magetan, Jember, dan Banyuwangi (Jawa Timur), Subang dan Karawang (Jawa Barat), Bandar Lampung (Lampung), serta Sumbawa (NTB).
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Jualan Online, Bulog Raup Omzet Rp 8 Miliar per Tahun
Perum Bulog sukses meraup omzet Rp 8 miliar lebih dari transaksi pada toko online miliknya, iPangananDotCom. Selain menjual beras sebagai komoditas utamanya, platform yang dibangun Bulog tersebut juga menjajakan produk lain semisal minyak goreng sampai gula.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, jumlah transaksi terbesar via iPangananDotCom berasal dari wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta.
"Kalau secara nasional per bulan sekitar Rp 700 juta, kalau setahun Rp 8 miliar. (Transaksi) di Jakarta lebih banyak. Kalau Jabodetabek transaksi jumlahnya 500-1.000 transaksi per hari," terang Iqbal di Gudang Bulog Tambak Aji, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2022).
iPangananDotCom sendiri merupakan toko online hasil kerjasama Perum Bulog dengan SSI (StoreSend Indonesia). Platform ini hadir di 11 kota besar, meliputi Jakarta,Tangerang, Bogor, Karawang, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Medan,dan Makasar.
Konsep yang ditawarkan adalah hyperlocal, yakni menyediakan stok bahan pangan di titik lokasi gudang, sehingga tercipta efisiensi waktu proses pengiriman. Konsep ini menjadi nilai tambah dalam menjamin kelancaran berbelanja menjadi praktis dan cepat.
Wakil Pimpinan Wilayah Bulog Jawa Tengah Sri Muniati menyampaikan, iPangananDotCom di Semarang menempatkan pusat distribusinya pada salah satu unit gudang di Komplek pergudangan Tambak Aji Semarang.
"Omzet penjualan rata-rata Rp 450 juta per tahun, atau Rp 1,4 juta per hari. Produk paling laris adalah beras, khususnya kualitas medium merk Nanas Madu. Sedangkan beras kualitas premium merk Cap Tanak, produk non beras paling laris adalah gula Maniskita," bebernya.
Secara keseluruhan, ia menambahkan, iPangananDotCom menyediakan sekitar 19 jenis komoditas. Termasuk 104 merk non-Bulog yang terdaftar.
"Khusus di iPangananDotCom Semarang, saat ini kami menawarkan beras kualitas premium diantaranya merk Tanak, Eunak, Befood Slyp Super, Befood Setra Ramos dan Pulen Wangi," tuturnya.
Stok Melimpah, Bulog Bakal Ekspor Beras hingga Singkong
Direktur Utama Badan Umum Logistik (Bulog) Budi Waseso menegaskan selama 4 tahun berturut-turut Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Dia memastikan sampai akhir tahun tidak akan melakukan impor beras karena telah menyerap hasil panen raya beberapa waktu lalu.
"Tahun ini prediksi saya dengan direksi kita tidak akan impor beras sampai akhir tahun depan," kata Budi Waseso di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).
Pada panen raya sebelumnya Bulog telah menyerap 226 ribu ton beras dari petani. Sehingga saat ini stok beras yang tersimpan di gudang-gudang BULOG seluruh Indonesia sebanyak mencapai 1 juta ton.
Stok ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen raya yang masih berlangsung di sejumlah wilayah. Bahkan kata Budi Waseso bila stok beras berlebih, Indonesia akan mengekspor beras ke negara lain. Mengingat dari data Kementerian Pertanian stok beras akan berlebih.
"Data Kementan ini bisa surplus jadi kita bisa ekspor beras," kata dia.
Salah satunya beras hasil panen di Merauke yang akan diekspor ke Timor Leste. Saat ini pemerintah sedang melakukan penjajakan untuk mengekspor kelebihan beras produksi dalam negeri.
"Dengan tol laut ini juga beras produksi Merauke bisa didistribusi ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke Timor Leste," kata dia.
Advertisement