Pemerintah Proyeksi Inflasi 2022 Maksimal 4,8 Persen, Masih Aman?

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memperkirakan inflasi tahun ini berada dalam rentang 4,5 persen sampai 4,8 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 15:30 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memperkirakan inflasi tahun ini berada dalam rentang 4,5 persen sampai 4,8 persen. (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memproyeksikan inflasi sepanjang tahun akan dijaga dibawah 5 persen. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memperkirakan inflasi tahun ini berada dalam rentang 4,5 persen sampai 4,8 persen.

"Kami berharap tahun ini ya antara 4,5 persen sampai 4,8 persen," kata Suahasil pada Sidang Pleno ISEI XXII dan Seminar Nasional 2022 di Semarang, Rabu (24/8).

Suahasil mengatakan kenaikan inflasi tidak lagi bisa terhindarkan. Namun pemerintah memastikan, kenaikannya tetap bisa dikontrol.

"Inflasi, dia naik juga, tetapi kenaikan inflasi kita itu terkontrol, masih di bawah 5 persen," kata dia.

Maka salah satu upaya yang dilakukan dengan menjaga agar harga energi tidak naik dengan cepat. Caranya menggunakan instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai syok absorber.

"Saat ini APBN menjaga inflasi dengan menjaga agar harga energi jangan naik terlalu cepat. Caranya, APBN yang bayar harga energi yang harusnya naik tapi sekarang belum naik," kata dia.

Setidaknya tahun ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran subsidi energi sebesar Rp 502,4 triliun dari sebelumnya yang hanya Rp 152,5 triliun. Artinya ada kenaikan anggaran 3 kali lipat yang direncanakan dalam APBN 2022.

Untuk itu pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa tumbuh di atas 5 persen. Dia pun optimis target tersebut bisa dicapai karena dalam dua kuartal pertama tahun ini mampu tumbuh di atas 5 persen.

"Kita sudah punya modalnya, 5,01 persen kemarin, kuartal I/2022 dan 5,4 persen kuartal II/2022," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

BI Ramal Inflasi Terus Melambung Jauh di Atas Sasaran

Selama PPKM, Inflasi Agustus 2021 Diperkirakan 0,04 Persen
Pedagang melayani pembeli kebutuhan pokok di kiosnya di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi akan berlanjut pada bulan Agustus 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi bakal terus bergejolak pada tahun ini hingga 2023. Hal itu tercermin dari inflasi terhadap indeks harga konsumen (IHK) per Juli 2022 yang terus melambung hingga mencapai level 4,94 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

"Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan meningkat, didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global, serta kesenjangan pasokan," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia per Agustus 2022, Selasa (23/8/2022).

Perry melanjutkan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi juga diperkirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

"Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3 plus minus 1 persen," ungkapnya.

"Karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia untuk langkah-langkah pengendaliannya," dia menambahkan.

Berkaca ke belakang, ia mengatakan, tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi global. Inflasi IHK Juli 2022 tercatat sebesar 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy).

Sedangkan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sangat tinggi mencapai 11,47 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan.

Di sisi lain, inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) juga meningkat menjadi 6,51 persen (yoy) sejalan dengan kenaikan angkutan udara dan harga BBM nonsubsidi.

"Sementara itu, inflasi inti masih relatif rendah sebesar 2,86 persen (yoy) didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi," ujar Perry.

Tekan Inflasi Indonesia, Luhut Usul ke Jokowi Semua Desa Tanam Cabai dan Bawang Merah

FOTO: Inflasi Indonesia Diklaim Terendah di Dunia
Aktivitas perdagangan di Pasar Senin, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Inflasi Indonesia disebut masih termasuk paling rendah di dunia, karena ada 20 negara lebih yang memboikot, tidak boleh jual pangannya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan kenaikan inflasi yang dicatatkan Indonesia dipicu oleh kenaikan harga aneka cabai dan bawang merah.

Per Juli 2022, tingkat inflasi Indonesia telah mencapai 4,94 persen (yoy). Tingginya angka tersebut disumbang dari inflasi bahan pokok yang mencapai 2,84 persen.

"Kita ini kampungan juga ini. Kalau dilihat inflasi pokok kita hanya 2,84 persen karena harga cabai dan bawang merah ini mempengaruhi inflasi," ungkap Luhut saat mengisi Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (19/8/2022).

Luhut pun mengaku telah memberikan usulan kepada Presiden Joko Widodo untuk menekan kenaikan inflasi di sektor pangan.

Salah satunya meminta semua desa menanam sendiri cabai dan bawang merah agar inflasi bisa dikendalikan di kisaran 4 persen.

"Saya lapor ke Pak Presiden, 'Pak semua desa ini suruh saja tanam cabai dan bawang supaya inflasi kita bisa dikendalikan sekitar 4 persen," cerita Luhut.

Meski begitu, Luhut menilai inflasi 4,94 persen yang terjadi di Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara lain.

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya