KLHK Ajak Generasi Muda Gaungkan Hari Udara Bersih

Upaya mencapai kualitas udara yang lebih baik, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja tetapi butuh keterlibatan masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Sep 2022, 22:09 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2022, 22:08 WIB
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Upaya mencapai kualitas udara yang lebih baik, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja tetapi butuh keterlibatan masyarakat.

Hal itu dikatakan Sesditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Tulus Laksono memperingati Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru.

"Kita harus lebih memasyarakatkan Hari Udara Bersih, supaya semua masyarakat merasa bertanggung jawab dan menjaga kualitas udara," kata Tulus di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Ia menyatakan dengan melihat semakin tingginya kepedulian masyarakat, seharusnya target mencapai kualitas udara, seharusnya lebih mudah dicapai.

"Tentunya dengan animo dan kepedulian masyarakat yang lebih tinggi, terutama para generasi muda, targetnya akan lebih mudah dicapai. Karena sejatinya, udara dan semua lingkungan ini merupakan Pinjaman dari generasi setelah kita. Sehingga perlu jaga kualitasnya dengan baik," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara, Luckmi Purwandari mengharapkan Hari Udara Bersih Internasional ini dapat menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang udara bersih.

"Saya mengharapkan warga Indonesia menyadari bahwa udara bersih adalah hak kita bersama dan sekaligus menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya," kata Luckmi.

Dan untuk mewujudkannya, Luckmi menyatakan dibutuhkan sinergi, kolaborasi dan kerjasama semua pihak.

"Semua pihak harus terlibat. Baik itu pemerintah, masyarakat atau komunitas, pelaku usaha, civitas academica, dan media sosial. Harus bersinergi dan bersama sama, terus menerus dan tidak berhenti untuk mewujudkan udara yang lebih bersih. Sehingga betul betul menjadi budaya bangsa Indonesia," tuturnya.

Ia mengharapkan untuk kedepannya, semakin banyak praktik-praktik perbaikan kualitas udara yang dilakukan oleh masyarakat.

Misal, siswa siswi SD SMP SMA bersepeda ke sekolah karena ada zonasi sekolah jadi jaraknya tidak terlalu jauh, sekolah yanh ramah pesepeda, kab/kota ramah pesepeda, banyak warga yang lebih senang menggunakan transportasi publik, bertambahnya ruang terbuka hijau, dan zona low emision.

"Usaha atau kegiatan yang menghasilkan emisi baik gas maupun debu dapat konsisten mengendalikan dan mengurangi beban emisi yang dihasilkannya," tandasnya.

Generasi Muda Perlu Berperan dalam Tingkatkan Kesadaran Udara Bersih

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kualitas udara yang bersih memiliki dampak yang baik bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Untuk itu, diperlukan sinergi dari semua pihak untuk mewujudkannya.

CEO IDN Media, Winston Utomo mengatakan, generasi muda merupakan salah satu pihak yang berperan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kualitas udara.  

“Karena kita mengetahui potensi negatif dari polusi udara sangat besar buat masa depan anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda perlu terus menjaga kesadaran pentingnya hak udara bersih,” ujar Winston dalam video yang diunggah akun Instagram Bicara Udara, diakses Selasa (2/11/2021).

Menurut Winston, kesadaran masyarakat dan media terkait dengan isu udara bersih masih minim. Ia menambahkan, banyak orang yang belum mengetahui konsekuensi jangka panjang akibat dari udara yang kotor.

“Kalau kita ngomong, mengenai polusi udara, mengenai udara kotor, kita lebih banyak melihat mengenai warna langit. Padahal, langit biru belum tentu juga bebas polusi,” lanjutnya.

Masih banyak masyarakat yang belum menghargai pentingnya udara bersih

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Winston mengutarakan, udara bersih adalah hak mutlak semua masyarakat. Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang belum menghargai pentingnya udara bersih untuk kehidupan.

Seringkali, ia menuturkan, pembicaraan mengenai polusi udara disepelekan dan tidak menjadi prioritas dalam kebijakan pemerintah.

“(Untuk) mengatasi permasalahan polusi udara, sebenarnya semua harus dimulai dari pemerintah, karena menyangkut dengan regulasi. Tetapi untuk menyadarkan ini semua agar menjadi prioritas utama justru sebaliknya, harus dari masyarakat secara luas,” kata dia.

  

Infografis Penyebab Buruknya Kualitas Udara di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Penyebab Buruknya Kualitas Udara di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya