Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat agar tidak hanya bergantung pada sumber pangan utama berbasis komoditas beras, di tengah ancaman krisis pangan akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Terlebih, perang Rusia dan Ukraina diproyeksikan akan berlangsung dalam kurun waktu lama. "Yang namanya urusan pangan ini kan tidak hanya urusan beras saja. Komoditas yang lainnya banyak sekali. Pangan tidak hanya beras. Hati-hati," kata Jokowi dalam acara pembukaan BUMN Startup Day 2022 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/92)
Baca Juga
Dikatakan masih banyak sumber pangan pengganti beras yang tersedia di berbagai wilayah namun belum dimanfaatkan secara baik.
Advertisement
Sebagai contoh porang yang justru digandtungi di luar negeri sebagai sumber karbohidrat pengganti beras."Ada sorgum, ada kasava (singkong), ada sagu, dan lain-lain," imbuh Jokowi.
Jokowi meminta sejumlah pihak terkait untuk kembali menggalakkan program diversifikasi pangan berbasis ketersediaan lokal.
Hal ini sekaligus untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengonsumsi sumber karbohidrat pengganti beras yang lebih sehat.
"Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga," tandasnya.
Perang Tak akan Segera Selesai, Ancaman Krisis Pangan Hingga Finansial di Depan Mata
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi bocoran, konflik perang yang terjadi di beberapa negara belum akan segera berakhir.
Kesimpulan itu didapat Jokowi pasca dirinya beberapa waktu lalu melawat ke Ukraina dan Rusia, untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Dunia saat ini pada posisi yang semua negara sulit. Lembaga-lembaga internasional menyampaikan, tahun 2022 sangat sulit. Tahun depan mereka sampaikan akan lebih gelap," kata Jokowi dalam acara pembukaan BUMN Startup Day di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/9/2022).
Dia memprediksi, segala kesulitan yang kini tengah terjadi masih akan terus berlanjut. Bukan sekadar krisis pangan dan energi saja, namun negara dunia berpotensi terbebani kesulitan finansial.
"Itu berarti akan ada kesulitan-kesulitan yang lain. Krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, covid yang belum pulih. Dan akibatnya kita tahu, sekarang ini saya baru saja dapat angka 19.600 ribu orang mati kelaparan karena krisis pangan," beber dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement