Bank Syariah Indonesia Catat 4,44 Juta Pengguna Baru Mobile Banking

Hery menyebut perbankan saat ini harus memiliki kemampuan digital yang mumpuni.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Okt 2022, 20:24 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2022, 20:24 WIB
FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau disebut BSI (BRIS) berhasil membukukan kinerja positif pada kuartal tiga 2022. Hasil positif ini bisa diraih BSI karena telah melakukan efisiensi melalui berbagai akselerasi digital. 

Efisiensi ini mendorong kinerja perseroan pun didukung oleh akselerasi digital. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 4,44 juta pengguna pada September 2022, atau naik sebesar 43 persen secara tahunan. 

Jumlah pengguna yang semakin meningkat ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat yang semakin banyak beralih ke e-channel BSI Mobile, ATM maupun Internet Banking

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan. 

“Transaksi kumulatif BSI Mobile per September 2022 mencapai 187,20 juta transaksi dan berkontribusi memberikan fee based income sebesar Rp 173 miliar,” ujar Hery, dalam paparan publik BSI, Kamis (27/10/2022).

Hery menambahkan, perbankan saat ini harus memiliki kemampuan digital yang mumpuni. Maka dari itu, BSI akan perkuat akselerasi digital.

“Kita perbaiki fitur dan performance Mobile Banking, kita juga terus tingkatkan front end mid end, dan back end. Selain itu kerja sama dengan pihak lain, kerja sama dgn e commerce, dan payment system terus dilakukan,” lanjut Hery.

Direktur IT BSI, Achmad Syafii mengatakan BSI terus meningkatkan layanan digitalnya untuk mempermudah dan memberikan keamanan pada para nasabah. 

“Kita akan memberikan User Experience yang baru untuk nasabah. Ke depannya kita akan terus fokus pada layanan digital,” jelas Achmad. 

BSI juga menyiapkan berbagai fitur yang terus dikembangkan untuk mendorong masyarakat mengaktivasi BSI Mobile. Di antaranya buka rekening online, top up e-wallet, pembiayaan multiguna online bagi ASN, layanan ZISWAF, Tarik tunai dan layanan emas. 

BSI berhasil membukukan laba bersih yang meningkat 42 persen secara tahunan (YoY) mencapai Rp 3,21 triliun pada September 2022.

BSI juga membukukan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 245,18 triliun, atau tumbuh 11,86 persen pada periode yang sama. Kinerja positif ini didukung oleh kepercayaan masyarakat melalui penempatan DPK. 

Kinerja solid juga didukung oleh total pembiayaan yang tumbuh 22,35 persen, yaitu menjadi Rp 199,82 triliun. Kontribusi pembiayaan terbesar berasal dari bisnis mikro yang tumbuh 37,32 persen, disusul pembiayaan kartu yang meningkat 35,81 persen dan pembiayaan gadai naik 30,15 persen. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi. 


Alasan Bank Syariah Indonesia Perkuat Modal Melalui Rights Issue pada 2022

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau disebut BSI (BRIS) dinilai memiliki urgensi perkuat modal pada 2022 melalui rights issue. Hal ini untuk memperdalam penetrasi bisnis perseroan seiring perkembangan ekonomi ke depan.

Sementara itu, hingga akhir Juni 2022, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang dimiliki Bank Syariah Indonesia baru mencapai 17,31 persen atau di bawah rata-rata industri perbankan Tanah Air.

Ekonomi dan perbankan dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Doddy Ariefianto menuturkan, rasio CAR pada level 17 persen tergolong kecil.

Lantaran bank harus mempertebal rasio permodalan seiring dengan kondisi ekonomi saat ini. “Permodalan itu penting sebagai safety. Bank beda dengan bisnis restoran. Itu restoran segede apapun tidak ada risiko sistemik,” ujar dia, belum lama ini dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (12/10/2022).

Doddy mengingatkan saat ini rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) industri perbankan tengah naik. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan NPL Juli 2022 sebesar 2,9 persen, lebih tinggi dibandingkan posisi Juni 2022 yakni 2,86 persen.

Kendati demikian rasio NPL Juli masih lebih baik dibandingkan posisi akhir tahun 2021 yang mencapai 3 persen.

Selain itu, meningkatkan rasio CAR juga akan meningkatkan kemampuan bank dalam ekspansi kredit. Sebagaimana diketahui, BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia didorong menjadi lokomotif ekonomi syariah Tanah Air.

"Bank syariah sebesar BSI memang dituntut untuk berkiprah. Sebagai motor ekonomi syariah, akan sulit bergerak kalau rasio CAR minim,” ujar dia.


Rights Issue Dongkrak CAR

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Doddy menambahkan rasio CAR pada level 17 persen sebenarnya dapat diterima. Akan tetapi bank akan kesulitan untuk bergerak lincah. Adapun belum lama ini, BSI telah mendapatkan dukungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk menambah permodalan.

Komisi VI DPR meminta BSI mempercepat aksi korporasi menerbitkan saham baru atau rights issue untuk meningkatkan rasio CAR menjadi lebih dari 22 persen.

“Komisi VI DPR RI meminta PT Bank Syariah Indonesia Tbk. untuk mempercepat aksi korporasi dalam rangka peningkatan capital adequacy ratio [CAR] agar dapat meningkatkan fungsi intermediasi dan mampu bersaing dengan bank lainnya,” tutur Ketua Komisi VI DPR M. Sarmuji.

Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengakui, rasio kecukupan modal perseroan berada di bawah rata-rata industri. Oleh sebab itu, BSI berencana untuk melaksanakan rights issue pada kuartal IV/2022.


Ekspansi Bisnis

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Hery menyampaikan perseroan akan melakukan rights issue senilai Rp5 triliun yang digunakan untuk ekspansi bisnis. Nilai tersebut seiring dengan target pertumbuhan pembiayaan perseroan yang cukup tinggi. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) lebih dari 15 persen sampai 2025.

Mengutip laporan keuangan publikasi bank per semester I/2022, pembiayaan BSI tumbuh 18,55 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp191,29 triliun.

Secara rinci, pembiayaan mikro tumbuh 31,13 persen yoy, konsumer naik 21,66 persen yoy, wholesale 20,34 persen yoy, pembiayaan kartu 22,87 persen yoy dan gadai emas bertumbuh 20,07 persen yoy.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya