BI Prediksi Ekonomi Global Cuma Bisa Sentuh 2,6 Persen

Bank Indonesia memperkirakan inflasi global tembus di angka 9,2 persen pada tahun 2022. Namun, menjelang awal tahun 2023 diproyeksikan akan turun ke kisaran 5,2 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 05 Des 2022, 17:45 WIB
Diterbitkan 05 Des 2022, 17:45 WIB
Guangzhou Alami Lonjakan Kasus COVID-19
Seorang wanita menjalani swab tenggorokan untuk tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (9/11/2022). Lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong penguncian di pusat manufaktur China selatan Guangzhou, menambah keuangan tekanan yang telah mengganggu rantai pasokan global dan secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. (Foto AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario terburuk pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 hanya di kisaran 2,6 persen. Bahkan bisa kurang dari angka tersebut, karena inflasi global diprediksi masih tinggi dan suku bunga tinggi juga berlanjut.

Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).

“Proyeksi 2,6 persen di 2023 ini pun masih punya potensi akan terkoreksi ke bawah oleh beberapa lembaga internasional, meskipun nanti 2024 perekonomiannya sudah akan membaik,” kata Dody Budi Waluyo.

Di sisi lain, Bank Indonesia memperkirakan inflasi global tembus di angka 9,2 persen pada tahun 2022. Namun, menjelang awal tahun 2023 diproyeksikan akan turun ke kisaran 5,2 persen.

Penurunan tersebut bakal terjadi, lantaran sebagian inflasi negara maju yang tinggi saat ini sudah mulai mengalami penurunan. Namun, untuk suku bunga globalnya masih diprediksi akan tetap berlanjut dan tinggi di tahun 2023.

“Kalau kita melihat dari perkembangannya, diperkirakan inflasi yang sebagian besar yang didorong oleh kelangkaan pasokan pangan dan energi, akan mencapai di tahun 2022 ini sebesar 9,2 persen (inflasi) secara global dan itu akan menurun di tahun 2023 ke angka 5,2 persen,” ujarnya.

Adapun suku bunga global yang diprediksi masih berlanjut tinggi, karena kebijakan ini ditempuh berbagai bank sentral di seluruh dunia guna memastikan inflasi kembali turun ke dalam tren jangka panjangnya.

Bank Indonesia memperkirakan The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga dengan terminal rate di sekitar 4,75 persen hingga 5 persen pada kuartal I-2023.

“Dalam bacaan kami Fed sendiri terminal ratenya masih di sekitaran 4,75 persen – 5 persen pada triwulan I-2023 sebelum nanti bergerak landai. Kita tahu inflasi di berbagai negara sudah mulai pada tahapan menurun,” pungkasnya.

 

Jokowi: Indonesia Titik Terang di Tengah Kesuraman Ekonomi Global

Jokowi Dialog Ekonomi dengan Para Pelaku Pasar Modal
Presiden Joko Widodo saat dialog ekonomi dengan para pelaku pasar modal di BEI, Jakarta, Selasa (4/7). Dalam dialog tersebut, Jokowi meyakinkan para pelaku pasar modal akan investasi di Indonesia yang tumbuh sangat bagus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, Indonesia titik terang di tengah kesuraman ekonomi global. Hal itu merujuk dari pernyataan Managing IMF, karena mereka menilai perekonomian Indonesia masih tumbuh positif di tengah gempuran gejolak ekonomi dunia.

“Managing IMF sendiri menyampaikan bahwa Indonesia ini adalah titik terang di kesuraman ekonomi global. Hati-hati di tengah kesuraman ekonomi global Indonesia adalah titik terangnya,” kata Jokowi dalam Rapimnas KADIN 2022, Jumat (2/12/2022).

Jokowi mengungkapkan alasan IMF menyebut ‘Indonesia titik terang di tengah kesuraman ekonomi global’, karena dilihat dari angka-angka pertumbuhan ekonominya, Indonesia relatif stabil dan positif dibanding negara lain.

“Apa alasannya dia berbicara seperti itu? karena dia baca angka-angka, coba dilihat inflasi kita terjaga 5,7 persen Dunia sudah di atas 10-12 persen bahkan ada yang sudah lebih dari 80 persen. Kenapa kita harus pesimis kalau angkanya terjaga seperti itu, kita harus optimis,” ujarnya.

Kemudian pada kuartal III pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia direvisi menjadi 3,2 persen, justru Indonesia masih tumbuh positif. Artinya, tidak ada alasan untuk pesimis di tahun depan.

“Kuartal ketiga kita tumbuh 5,72 persen. Proyeksi untuk dunia di Tahun 2022 3,2 persen, kita tumbuh 5,72 persen. Kenapa kita tidak optimis dengan angka-angka itu harus optimis,” ungkap Jokowi.

Disisi lain, Purchasing Manager's index (PMI) Indonesia berada di level yang ekspansif, sedangkan semua negara PMI nya terkontraksi. Rata-rata dunia sudah di bawah level 50, tapi Indonesia PMI-nya di level 51,8.

“Masih di atas level 50 (PMI), kenapa kita tidak optimis dengan angka-angka level ekspansif seperti itu harus optimis ini kita baca angka terus,” ujarnya.

 

Neraca Perdagangan Indonesia

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal menarik lainnya, yaitu neraca perdagangan Indonesia juga surplus 30 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Artinya porsi ekspor Indonesia lebih besar daripada impor.

“Kenapa kita tidak optimis kalau angka-angkanya menunjukkan seperti ini, harus optimis jangan sampai ada yang menyampaikan pesimisme baca angka-angka tadi harus optimis,” ujar Jokowi.

Oleh karena itu, dalam sambutan pembukaan Rapimnas KADIN 2022 ini, dirinya tidak ingin menyampaikan hal-hal yang membuat Indonesia pesimis di tahun depan. Menurutnya, penting untuk optimis.

“Saya tidak ingin menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kita pesimis, artinya saya tidak  ingin cerita lagi kalau dunia baru kena ini, baru kena itu. Memang itu betul, faktanya seperti itu. Tapi saya tidak akan cerita lagi, saya ingin cerita yang optimis-optimis,” pungkasnya. 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya