Logistik LNG Lancar, GTS Internasional Raup Laba Rp 84 Miliar Usai Merugi

Salah satu penopang pertumbuhan pendapatan PT GTS Internasional yang mendorong berbaliknya rugi menjadi laba bersih adalah segmen bisnis pengantaran gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 28 Des 2022, 19:30 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan transportasi pelayaran PT GTS Internasional Tbk (GTSI) berhasil membukukan kinerja ciamik dengan menorehkan pendapatan dan laba bersih yang melejit sepanjang periode 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Direktur GTS Internasional Dandun Widodo mengatakan kinerja Perseroan tahun 2022 yang belum diaudit itu diperoleh dari perolehan kontrak dan sewa kapal yang meningkat signifikan. Selain itu, perseroan juga melakukan efisiensi dengan pengontrolan anggaran yang ketat.

"Kami bersyukur dapat mencapai kinerja yang cemerlang berkat kerja keras semua pihak di dalam perusahaan saat dunia baru mulai bangkit dari pandemi," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (28/12/2022).

Emiten bersandi saham GTSI tersebut mengumpulkan pendapatan unaudited senilai USD 41,65 juta setara Rp 649,85 miliar (asumsi kurs Rp15.601 per dolar Amerika Serikat). Capaian pendapatan ini melonjak 35,4 persen jika dibandingkan dengan perolehan sama tahun sebelumnya senilai USD 30,76 juta. 

GTS Internasional berhasil mengejar target pendapatan sepanjang tahun ini senilai USD 43,45 juta. Perkembangan ini didukung oleh pendapatan Perseoran yang terus mengalami kenaikan secara konsisten. 

Pada kuartal I-2022, GTSI mencatat pendapatan sebesar USD 10,45 juta (Rp163,03 miliar) sebelum naik 102 persen quarter-on-quarter (qoq) menjadi USD 21,14 juta (Rp329,8 miliar) pada kuartal II, dan terdongkrak lagi 47,1 persen qoq menjadi USUSD 31,1 juta (Rp485,32 miliar) pada kuartal III-2022.

Jika ditinjau secara nominal, GTSI mencatat rata-rata kenaikan pendapatan sebesar US$10,33 juta (Rp161 miliar) dari kuartal ke kuartal. GTSI merupakan anak usaha dari Humpuss Maritim Internasional (HUMI) yang berencana akan melakukan IPO dalam waktu dekat.

Moncernya pendapatan GTSI, membuat Perseroan berhasil membalikkan pencapaian tahun ini menjadi laba dibandingkan dengan sebelumnya rugi. Tahun ini, GTSI meraup laba bersih USD 5,38 juta setara dengan Rp84,03 miliar. Hal itu berbanding terbalik dari tahun sebelumnya yang rugi USD 11,9 juta.

 

Bisnis Pengantaran Gas Alam Cair

Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Salah satu penopang pertumbuhan pendapatan GTSI yang mendorong berbaliknya rugi menjadi laba bersih adalah segmen bisnis pengantaran gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).

Pendapatan dari segmen ini tercatat naik 23,4 persen dari USD 17,79 juta (Rp277,54 miliar) pada kuartal III-2021 menjadi USD 21,95 juta (Rp342,44 miliar) pada kuartal III-2022.

Selanjutnya, walaupun terjadi penurunan aset sebesar 4,39 persen  dari USD 128,68 juta (Rp2,01 triliun) menjadi USD 123,04 juta (Rp1,92 triliun) secara tahunan, namun liabilitas Perseroan pun mengalami penurunan 15,79 persen dari USD 0,63 juta (Rp1,26 triliun) menjadi USD 67,9 juta (Rp1,06 triliun) pada kuartal III-2022.

 

Ekuitas GTSI

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dengan demikian, ekuitas GTSI per kuartal III-2022 tercatat pada angka USD 55,14 juta (Rp860,24 miliar), meningkat dari USD 50,95 juta (Rp794,87 miliar) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Masih pada periode yang sama, GTSI mencatat marjin bersih sebesar 14,68 persen, berbalik dari negatif 52,72 persen pada laporan keuangan akhir tahun sebelumnya.

Selanjutnya, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) GTSI menuju positif dari negatif 12,6 persen menjadi 3,71 persen, dan tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) pun turut menghijau dari negatif 33,75 persen menjadi 8,28 persen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya