Survei BI: Inflasi Minggu II Januari 2023 di Angka 0,41 Persen

Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu kedua yaitu cabai rawit sebesar 0,07 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Jan 2023, 14:30 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2023, 14:30 WIB
BI Prediksi Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) memperkirakan tingkat inflasi hingga minggu ketiga Oktober 2022 mencapai 0,05% secara bulanan (month-to-month/mtm). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada Minggu II Januari 2023 menunjutkan bahwa perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Januari 2023 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41 persen (mtm).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu kedua yaitu cabai rawit sebesar 0,07 persen (mtm).

Setelah itu disusul cabai merah 0,06 persen (mtm), bawang merah 0,05 persen (mtm), beras 0,04 persen (mtm), rokok kretek dengan filter 0,03 persen (mtm), emas perhiasan 0,02 persen (mtm).

Untuk komoditas bawang putih, kangkung, tahu mentah, daging ayam ras, bayam, nasi dengan lauk, rokok kretek dan tarif air minum PAM masing-masing jugamengalami inflasi sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin -0,06 persen (mtm), telur ayam ras, angkutan udara masing-masing sebesar -0,03 persen (mtm) dan tomat -0,01 persen (mtm).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Kemendagri: Jangan Bikin Rakyat Panik karena Inflasi

Selama PPKM, Inflasi Agustus 2021 Diperkirakan 0,04 Persen
Pedagang melayani pembeli kebutuhan pokok di kiosnya di Pasar Lembang, Tangerang, Selasa (24/8/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi akan berlanjut pada bulan Agustus 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemulihan ekonomi global dan tekanan geopolitik mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi di berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia yang sepanjang tahun 2022 tingkat inflasinya mencapai 5,1 persen.

Plt. Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Ekonomi dan Pembangunan, La Ode Ahmad Pidana Bolombo menilai potensi kenaikan inflasi tahun ini harus bisa dikomunikasikan dengan baik kepada publik.

Dia tak ingin kenaikan inflasi membuat masyarakat menjadi panik atau bahkan fobia. "Jadi kita berdayakan supaya publik atau masyarakat ini tidak panik. Jangan sampai orang ini merasa horor atau fobia dengan inflasi," kata La Ode dalam Seminar Nasional: Strategi Menjaga Inflasi dan Ketahanan Pangan Ekonomi Daerah 2023 di Gumaya Tower Hotel, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/1/2023).

Kepada masyarakat dia menjelaskan inflasi bukan sesuatu yang baru. Setiap bulan Badan Pusat Statistik (BPS) selalu merilis perkembangan tingkat inflasi secara nasional maupun per daerah.

"Inflasi ini info tentang kondisi dan kebutuhan, harganya gimana, perlu ada penyesuaian atau tidak dari sisi harga atau ketersediaan pangan," kata dia.

 

Seharusnya Menyejukan

Menurut La Ode, seharusnya inflasi ini sesuatu yang menyejukan namun tetap dalam ukuran tertentu. Namun tetap inflasi harus dijaga rendah.

Makanya, masalah kenaikan inflasi harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah. Tidak boleh ada pihak yang angkat tangan dari penyelesaian inflasi hanya karena tidak membidangi masalah ini.

"Inflasi harus ditangani bersama, harus semua melek inflasi. Sehingga ekosistem inflasi iniharus dipetakan," kata dia.

 

Infografis Harga Cabai
Di balik harga cabai Jakarta yang melambung (liputan6.com/Deisy)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya