Liputan6.com, Jakarta - Inflasi di Pakistan telah melonjak ke 35,37 persen pada Maret 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini mencetak rekor tertinggi.
Melansir Channel News Asia, Senin (3/4/2023) angka inflasi di Pakistan sudah melampaui 31,5 persen Februari, karena harga makanan, minuman, dan transportasi melonjak hingga 50 persen year on year.
Baca Juga
Dilaporkan ada ribuan orang yang berkumpul di pusat distribusi makanan yang didirikan di seluruh negeri, sebagian sebagai bagian dari program yang didukung pemerintah untuk mengurangi dampak inflasi.
Advertisement
Ribuan kantong tepung juga telah dijarah dari truk dan titik distribusi, menurut catatan resmi.
Seorang juru bicara di biro statistik mengatakan angka inflasi di Pakistan merupakan kenaikan tertinggi yang pernah dicatat oleh biro statistik negara itu sejak pencatatan bulanan dimulai pada tahun 1970-an.
"Ini adalah inflasi tertinggi yang pernah tercatat dalam data yang kami miliki," kata biro statistik Pakistan.
Setidaknya 16 orang, termasuk lima peremuan dan tiga anak, dikabarkan telah tewas dalam penyerbuan di pusat-pusat makanan di Pakistan dalam beberapa hari terakhir, kata polisi dan pejabat setempat.
Indeks harga konsumen Pakistan naik 3,72 persen pada Maret dari bulan sebelumnya, kata biro itu.
Harga makanan, minyak goreng dan listrik yang tinggi mendorong indeks inflasi negara itu, menurut Biro Statistik.
Inflasi PanganÂ
Inflasi pangan tahunan Pakistan pada bulan Maret masing-masing mencapai 47,1 persen dan 50,2 persen untuk daerah perkotaan dan pedesaan, kata biro tersebut. Adapun inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, mencapai 18,6 persen di daerah perkotaan dan 23,1 persen di daerah pedesaan.
Diketahui, negara Asia Selatan itu telah mengalami gejolak ekonomi selama berbulan-bulan dengan krisis neraca pembayaran yang akut, sementara pembicaraan dengan IMF untuk mengamankan pendanaan USD 1,1 miliar sebagai bagian dari bailout USD 6,5 miliar yang disepakati pada 2019 belum membuahkan hasil.
Laporan prospek ekonomi bulanan yang dikeluarkan oleh kementerian keuangan negara itu memproyeksikan inflasi akan tetap tinggi.
Krisis Pangan dan Inflasi Diduga Jadi Penyebab 20 Orang Tewas Berdesakan dalam Pembagian Makanan di Pakistan
Korban tewas insiden desak-desakan dalam pembagian makanan Ramadan di Pakistan diperkirakan mencapai 20 orang, menurut laporan media India. Kini ditengarai, peristiwa tersebut dipicu oleh sebab-musabab yang lebih besar: inflasi ekonomi dan krisis pangan di negara itu.
Inflasi di Pakistan mencapai 35,37 persen pada Maret 2023, tertinggi sejak tahun 1965, membuat warga setempat kesulitan mendapatkan makanan karena harga bahan pangan yang melonjak.Â
Pakistan terlilit utang dan pemerintah terpaksa memberlakukan reformasi pajak sebagai persyaratan agar Dana Moneter Internasional (IMF) memperluas program pendanaannya untuk negara tersebut. Langkah tersebut mengakibatkan inflasi meroket hingga memicu krisis pangan di negara tersebut.
Dilansir Times of India, Minggu (2/4/2023), dengan ekonomi yang terpukul akibat rendahnya cadangan devisa, pihak berwenang Pakistan merasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan dasar warganya.Â
Ini membuat warga miskin Pakistan, yang merasakan pukulan ekonomi terberat, membuat mereka berdesakan di pusat-pusat distribusi makanan selama bulan Ramadhan hingga menewaskan 20 orang.Â
Negara ini menghadapi krisis pangan terburuk dalam sejarahnya, membuat tepung jadi kian langka.Â
Laporan media lokal menunjukkan bahwa harga tepung menjadi 3.000 pakistan rupee atau sekitar Rp158.000. Hal ini membuat perkelahian antar warga karena tepung biasa terjadi di Pakistan. Bahkan, truk bermuatan gandum dan tepung pun harus dikawal penjaga bersenjata.
Advertisement
Inflasi Terus Berlanjut
Kementerian Keuangan Pakistan memperingatkan soal kemungkinan inflasi berlanjut karena efek dari keputusan kebijakan yang dibuat sebelumnya dalam menaikkan harga energi dan bahan bakar hingga derpresiasi mata uang guna mengamankan pendanaan IMF.Â
Akibat kesalahan dalam urusan keuangan dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, membuat ekonomi Pakistan ke ambang kehancuran. Hal ini juga diperburuk oleh krisis energi global dan banjir yang dahsyat tahun 2022.Â
 Â