Nilai Tukar Rupiah Nyaris Tembus 15.000 per Dolar AS, Investor Takut Ekonomi China Anjlok

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi China dan prospek suku bunga bank sentral AS, The Fed.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Jun 2023, 10:45 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2023, 10:45 WIB
Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Pada Selasa (20/6/2023), nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,36 persen atau 54 poin menjadi 14.994 per dolar AS dari sebelumnya 14.940 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lagi-lagi bergerak melemah pada perdagangan Selasa pagi ini. Rupiah mengalami tekanan karena sentimen eksternal yaitu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

Pada Selasa (20/6/2023), nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,36 persen atau 54 poin menjadi 14.994 per dolar AS dari sebelumnya 14.940 per dolar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi China dan prospek suku bunga bank sentral AS, The Fed.

“Seperti yang diperkirakan, China tadi pagi menurunkan suku bunga pinjaman sebesar 10 bps untuk merespons perlambatan ekonomi,” ujar dia dikutip dari Antara.

Menurut dia, perlambatan ekonomi China disebabkan permintaan domestik dan global yang masih lemah (ekspor dan impor). Pada Minggu 18 Juni 2023, Goldman Sach menurunkan cukup besar proyeksi pertumbuhan China.

“Sentimen ini bisa bertahan cukup lama mengingat China adalah ekonomi terbesar di Asia dan kedua di dunia. (Namun), pasar tentunya telah mengantisipasinya, kecuali memburuk. Hal ini akan terus menjadi perhatian investor,” ucapnya.

Sentimen dari AS

Meninjau sentimen dari Amerika Serikat (AS), investor masih menantikan penjelasan Ketua The Fed Jerome Powell di depan kongres AS pada Kamis 22 Juni 2023.

“Powell diharapkan memberikan penjelasan kebijakan suku bunga The Fed ke depan, mengingat pada FOMC (Federal Open Market Committee) minggu lalu mengisyaratkan akan ada dua kali kenaikan suku bunga hingga akhir tahun,” ungkap Lukman.

Jika ada kenaikan suku bunga, menjadi berat bagi rupiah mengingat Bank Indonesia sudah mulai berencana menurunkan suku bunga.

”Apabila ini terjadi maka divergensi kebijakan suku bunga antara BI dan The Fed akan menekan rupiah. Tanpa menurunkan suku bunga pun, suku bunga BI akan sama dengan The Fed yang apabila menaikkannya dua kali,” Katanya.

 

Sri Mulyani Patok Nilai Tukar Rupiah 14.700-15.300 per Dolar AS di APBN 2024

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok nilai tukar rupiah berkisar antara Rp 14.700-15.300 per Dolar Amerika Serikat (AS). Menyusul posisi rupiah sendiri yang tengah menguat hingga Mei 2023.

Hal ini disampaikan Menkeu usai mengikuti Rapat Paripurna di DPR RI membahas tentang Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024.

"Untuk APBN 2024 kisaran nilai tukar tadi adalah 14.700 hingga Rp 15.300 dalam kondisi 2022 dan hingga bulan Mei ini rupiah kita relatif tadi yang saya Sebutkan High performance," ujarnya usai Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jumat (19/5/2023).

Menkeu Sri Mulyani bilang, penguatan nilai tukar rupiah ini juga sejalan dengan kondisi ekspor-inpor yang cukup baik. Terbukti dari catatan surplus yang masih dibukukan.

Selain itu, mulai kembali masuknya arus pendanaan (capital inflow) ke Indonesia juga dinilai jadi satu pertanda baik di mata Sri Mulyani.

"Karena secara eksternal kita cukup baik di mana tadi saya Sebutkan neraca perdagangan ekspor impor kita membaik dan sudah terjadi Capital inflow lagi, Ini menimbulkan dukungan fondasi bagi rupiah kita untuk tetap terjaga stabil," terang Sri Mulyani.

Informasi, pemerintah sendiri mematok ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,7 persen di 2024 mendatang. Pada saat yang sama, inflasi juga diprediksi bisa stabil di tahun depan.

 

Upaya Stabilitas

Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih lanjut, Bendahara Negara ini mengungkap Bank Indonesia turut berperan dalam menghadirkan kebijakan untuk menjaga stabilitas. Baik itu dari sisi stabilitas inflasi maupun nilai tukar.

"Kita semuanya tahu bahwa bank Indonesia terus melakukan kebijakan di dalam menjaga stabilitas baik itu stabilitas dari sisi inflasi, harga maupun nilai tukar," kata dia.

"Jadi dari sisi asumsi untuk tahun depan sesuai dengan pembahasan bersama kita tetap menggunakan range namun dengan kinerja eksternal kita yang cukup baik dan capital inflow yang juga meningkat ini juga memberikan fondasi yang baik bagi pembahasan menyangkut asumsi nilai tukar," sambung Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya