Bos The Fed Akui Bank di AS Butuh Pengawasan Lebih Ketat Usai Banyak Krisis

Ketua The Fed Jerome Powell mengakui bahwa AS masih memerlukan regulasi dan ketangkasan yang lebih kuat menyusul kolapsnya sejumlah bank awal tahun ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Jun 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2023, 19:00 WIB
Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengakui bahwa dibutuhkan regulasi yang lebih kuat dan ketangkasan yang lebih besar untuk mengawasi sektor perbankan di Amerika Serikat, menyusul kolapsnya sejumlah bank awal tahun ini.

"Kita perlu memperkuat regulasi dan pengawasan," ujar Powell dalam konferensi perbankan di Madrid, mengacu pada gejolak yang melanda sektor perbankan AS, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (30/6/2023).

Pada 10 Maret 2023, pemberi pinjaman yang berbasis di California, Silicon Valley Bank (SVB) kolpas diikuti oleh kegagalan pemberi pinjaman regional AS lainnya dan merger di bawah tekanan Credit Suisse Swiss dengan pesaing domestik UBS.

"Peristiwa ini menunjukkan perlunya memperkuat pengawasan dan regulasi kami terhadap institusi yang seukuran Silicon Valley Bank," jelas Powell.

Dia menyebut, ketika SVB kolaps, sejumlah asumsi standar dari sudut pandang peraturan masih belum tepat terutama tentang bank run di zaman modern.

"Dulu bank run terlihat seperti orang-orang yang mengantri di ATM tetapi yang terjadi di SVB bukan tentang ATM, ini tentang orang-orang di ponsel mereka ... dapat memindahkan uang dengan sangat cepat", pungkas Powell.

"Jadi larinya jauh lebih cepat dari apapun, dan itu perlu tercermin dalam regulasi dan juga pengawasan kita," tambahnya.

Dalam laporan bulan April tentang keruntuhan SVB, The Fed menyerukan pengawasan perbankan yang lebih besar sementara mengakui pengawasnya sendiri telah gagal dalam mengambil tindakan yang cukup kuat setelah mengidentifikasi masalah di pemberi pinjaman teknologi tinggi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pedoman Standar

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Powell mengatakan bahwa, meskipun pengawas The Fed mengalami masalah, mereka beroperasi di bawah pedoman standar dengan cukup hati-hati. 

"Jadi idenya adalah untuk mengembangkan praktik pengawasan yang lebih gesit dan jika sesuai, lebih kuat," katanya.

Menurut Powell, bank-bank yang runtuh memiliki dua karakteristik umum, yaitu manajemen risiko suku bunga yang sangat buruk dan model pendanaan yang melibatkan sejumlah besar simpanan yang tidak diasuransikan.

"Kami mengawasi banyak institusi dan kami ... bekerja dengan mereka untuk meningkatkan manajemen risiko suku bunga dan model pendanaan mereka," terang Powell.


Waspada, Krisis Perbankan AS Berpotensi Jadi Resesi Ekonomi

Nasabah Ramai-ramai Tarik Dana Usai Silicon Valley Bank Bangkrut
Seorang penjaga keamanan memantau barisan orang yang mencoba mengambil kembali dana mereka di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Silicon Valley Bank (SVB) tengah menjadi sorotan karena mengalami kebangkrutan bank terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 2008. ( Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Krisis perbankan yang disebabkan oleh ambruknya Silicon Valley Bank dan Signature Bank telah meningkatkan kemungkinan resesi di Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan oleh CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon. 

Mengutip CNN Business, Sabtu (8/4/2023) Dimon mengatakan bahwa sementara sistem perbankan kuat dan sehat, gejolak baru-baru ini di sekitar sistem keuangan mendorong kemungkinan resesi.

"Kami melihat orang-orang mengurangi sedikit pinjaman, mengurangi sedikit, dan menarik sedikit," ungkap Dimon dalam sebuah wawancara eksklusif  dengan CNN.

"Itu adalah (tanda) resesi," sebutnya.

Kenaikan suku bunga Federal Reserve saat ini, ditambah inflasi yang tinggi serta perang Rusia Ukraina menjadi risiko terbesar yang Dimoo lihat untuk perekonomian AS.

Terapi Dimon mengatakan dia masih optimis dengan kekuatan sumber daya manusia di Amerika Serikat.

"Saya pikir kita harus memuji usaha bebas dan kita harus mendorong keuntungansementara kita memperbaiki yang negatif, bukan merendahkan semuanya," ujarnya.

Namun, Dimon belum yakin apakah ekonomi AS sudah berhasil melalui krisis perbankan.

"Saya berharap ini akan selesai, Anda tahu, semoga tidak lama lagi," katanya.

Dimon mengatakan dia tidak bisa memprediksi apakah akan ada bank lain di AS yang akan bangkrut tahun ini, mengatakan bahwa krisis perbankan saat ini berbeda dengan krisis keuangan tahun 2008.

"Kegagalan tidak apa-apa, asal tidak ada efek domino," imbuhnya.

Dimon tetap memperingatkan bahwa bank regional dan konsumen di Amerika harus "bersiap untuk tingkat (bunga) yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Saya tidak tahu apakah itu akan terjadi, tetapi bersiaplah untuk gelombang itu".

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya