2 Jembatan di Jalan Tol Binjai-Pangkalan Brandan Rampung, Uji Dinamik Pekan Depan

Dua jembatan di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Binjai-Pangkalan Brandan sudah rampung dikerjakan

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Agu 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2023, 20:00 WIB
Project Director Jalan Tol untuk Binjai Pangkalan Brandan PT Hutama Karya, Hestu Budi
Project Director Jalan Tol untuk Binjai Pangkalan Brandan PT Hutama Karya, Hestu Budi (dok: Arief)

Liputan6.com, Medan Dua jembatan di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Binjai-Pangkalan Brandan sudah rampung dikerjakan. Salah satu jembatan rencananya akan mulai uji dinamik atau uji beban pada pekan depan.

Diketahui, 2 jembatan itu yakni jembatan Sei Batang Serangan dan jembatan Sei Wampu. Jembatan Sei Batang Serangan yang memiliki bentang sekitar 178 meter disebut telah rampung.

Project Director Jalan Tol untuk Binjai Pangkalan Brandan PT Hutama Karya, Hestu Budi menilai jembatan itu tidak menghadapi kendala tertentu. Sehingga proyek pembangunannya pun berjalan lancar.

"Sei Batang Serangan sudah selesai. Tidak perlu penanganan khusus karena tidak bentangnya tidak sampai 100, hanya 90 meter jadi dianggap jembatan biasa jadi proses biasa, normal," ujar dia saat meninjau Ruas Tol Binjai-Pangkalan Brandan, Medan, Sumatera Utara, ditulis Minggu (13/8/2023).

Sementara itu, untuk jembatan Sei Wampu sendiri sudah masuk tahap final pengerjaan. Misalnya, mengecor sambungan jembatan dan pengecatan di sekitar jembatan.

Melihat progres itu, rencananya Hutama Karya selaku penggarap proyek akan mulai melakukan uji dinamik atau uji beban pada pekan depan. Jika uji dinamik selesai dan sesuai, maka jembatan sudah layak untuk dioperasikan sejalan dengan beroperasinya Jalan Tol Binjai-Pangkalan Brandan.

"Saat ini diharaokan tanggal 18 (Agustus) besok ada uji dinamik, artinya dibebani jembatan ini sudah sesuai atau tidak. Ini ya, ini harus. Sebelum akhir tahun ini sudah harus buka," ungkap dia.

 

Enam Ruas Tol Rampung Tahun Ini

Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)
Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)

Diberitakan sebelumnya, Sebanyak enam ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) garapan PT Hutama Karya (Persero) akan rampung tahun ini. Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto menyebut hal itu sesuai dengan rencana perusahaan.

Budi mengatakan rampungnya 6 ruas tol tahun ini akan melengkapi jaringan Jalan Tol Trans Sumatera yang juga telah rampung dan beroperasi sebelumnya. Keenam ruas tol itu diantaranya, Sigli-Banda Aceh, Kuala Tanjung-Pematang Siantar, Pekanbaru-Bangkinang, Bangkinang-Pangkalan, Binjai-Pangkalan Brandan, dan Kisaran-Indrapura.

Meski begitu, ada satu ruas yang belum bisa rampung tahun ini. Yakni, jalan tol Sicincin-Padang yang ditarget rampung tahun depan.

"Pekanbaru-Bangkinang sudah 100 persen, Bangkinang-Pangkalan juga tahun ini. Ini Sicincin-Padang belum selesai tahun ini, tahun depan," ujarnya di Jakarta, ditulis Jumat (11/8/2023).

 

Progres Pembangunan Tol

Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)
Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)

Secara rinci, progres pembangunan tol Sigli-Banda Aceh sepanjang 74 km sudah mencapai 82,07 persen dengan pembebasan lahan 87,72 persen. Pembangunan ruas ini memakan sana Rp 14,05 triliun.

Kemudian, ruas Kuala Tanjung-Pematang Siantar sepanjang 93 km sudah mencapai 85,5 persen dengan pembebasan lahan 94,9 persen. Biaya investasi pembangunannya mencapai Rp 13,7 triliun. Selanjutnya, ruas Pekanbaru-Bangkinang sepanjang 40 km dengan pengerjaan mencapai 93,2 persen dan pembebasan lahan 10p persen. Biaya yang dihabiskan ruas ini sebesar Rp 5,2 triliun.

Selanjutnya, Bangkinang-Pangkalan sepanjang 24,7 km dengan proses pengerjaan 76,6 persen dan pembebasan lahan 93,8 persen. Nilai investasinya mencapai Rp 4,9 triliun. Jalan tol Binjai-Pangkalan Brandan sepanjanh 58 km dengan pembangunan mencapai 82,6 persen dan pembebasan lahan 96,5 persen. Biaya yang diserap mencapai Rp 11,3 triliun.

Lalu, Kisaran-Indrapura sepanjang 48 km dengan progres 88,2 persen dan pembebasan lahan 99,5 persen. Biaya investasi pembangunannya mencapai Rp 6,7 triliun.

Adapun ruas yang sudah beroperasi meliputi ruas tol Medan-Binjai, Bakauheni-Terbanggi Besar, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung tahap I dan tahap II. Lalu, Palembang-Simpang Indralaya, Pekanbaru-Dumai, serta Lubuk Linggau-Curup-Bengkulu.

 

Tak Terganggu Masalah Lahan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan dua hambatan dalam pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Binjai-Pangkalan Brandan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan dua hambatan dalam pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Binjai-Pangkalan Brandan. (dok: Arief)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan dua hambatan dalam pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Binjai-Pangkalan Brandan. Namun, kendala itu disebut tak mengganggu target penyelesaiannya pada akhir 2023 mendatang.

Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman Salamat Simanullang mengatakan dua kendala itu adalah pembebasan lahan dan kondisi geologi.

"Isu yang menonjol mungkin ada dua ya, yang pertama adalah isu sosial itu oembebasan lahan yang sampai saat ini ada 4 lokasi, tapi sejauh ini sudah akan selesai," ujarnya saat meninjau JTTS ruas Binjai-Pangkalan Brandan, Medan, Sumatera Utara, ditulis Minggu (12/8/2023).

Sementara itu, isu kedua adalah masalah teknis dari kondisi geologi tanah. Salah satu temuannya adalah kondisi tanah yang cenderung basah, sehingga memerlukan tambahan upaya dari sisi konstruksi.

"Sehingga ini membuat proses pelaksanaannya sedikir terkendala sehingga perlu perpanjangan waktu untuk konstruksinya," kata dia.

Salamat menyebut, salah satu kondisi diketahui seiring dengan berjalannya proses konstruksi. Sehingga, membutuhkan waktu tambahan untuk pengerjaan dari rencana awal.

"Ini yang membuat kondisinya menjadi dari sisi waktu terpaksa ada penambahan waktu pelaksanaan pekerjaannya," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya