Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Penerbangan asal Amerika Serikat, Delta Airline melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada beberapa karyawannya dalam upaya memangkas biaya.
Pemangkasan itu terjadi ketika bisnis maskapai Amerika bergulat dengan pengeluaran yang lebih tinggi seperti bahan bakar dan tenaga kerja.
Baca Juga
"Meskipun kami belum kembali ke kapasitas penuh, sekaranglah waktunya untuk melakukan penyesuaian terhadap program, anggaran, dan struktur organisasi di seluruh Delta untuk mencapai tujuan yang kami tetapkan. Saah satu bagian dari upaya ini mencakup penyesuaian pada staf perusahaan untuk mendukung perubahan ini," kata Delta dalam keterangannya, dikutip dari CNBC International, Kamis (2/11/2023).
Advertisement
"Keputusan ini tidak pernah diambil dengan mudah, namun selalu dengan hati-hati dan menghormati anggota tim kami yang terkena dampak di keluarga Delta," demikian keterangan maskapai.
Tak Merinci Jumlah Karyawan yang Kena PHK
Delta Airlines tidak merinci berapa jumlah karyawan yang terkena PHK, namun juru bicaranya mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan penyesuaian kecil terhadap posisi perusahaan dan manajemen.
Pekerja garis depan seperti pilot, pramugari, dan mekanik tidak terpengaruh oleh PHK tersebut, kata juru bicara itu.
Para eksekutif baru-baru ini melaporkan permintaan perjalanan yang kuat membantu mereka lebih dari sekadar menutupi biaya.
Delta membukukan laba kuartal ketiga sebesar USD 1,1 miliar, naik hampir 60 persen dari tahun sebelumnya, namun memperingatkan biaya yang lebih tinggi telah mengurangi keuntungannya.
"Pertumbuhan menjadi normal tahun depan, dan kami memperkirakan keandalan operasional akan terus meningkat," kata CFO Delta Airlines Dan Janki saat memberikan laporan pendapatan bulan lalu.
"Hal ini akan memungkinkan kami untuk mengoptimalkan cara kami menjalankan maskapai penerbangan, mengurangi hambatan operasional dan menghilangkan inefisiensi yang diakibatkan oleh intensitas pembangunan kembali," ungkapnya.
Â
Permintaan Menurun
Diketahui, Delta Airlines yang berbasis di Atlanta memiliki sekitar 100,000 karyawan, naik dari sekitar 83,000 pada akhir tahun 2021.
Maskapai ini telah berhasil mendorong ribuan karyawannya untuk melakukan pembelian selama pandemi ketika permintaan berkurang.
Dilaporkan, maskapai penerbangan di Amerika baru-baru ini meningkatkan kapasitasnya, sementara permintaan menurun.
Masalah ini menyebabkan harga tiket pesawat lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Beberapa maskapai lain, termasuk Southwest, kini berupaya memperlambat pertumbuhan kapasitas mereka karena pemesanan kembali ke pola yang lebih tradisional.
Â
Advertisement
Rupiah Hampir Tembus Rp 16.000 per Dolar AS, Maskapai Mulai Kembang Kempis
Asoasiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) mengungkapkan dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap industri maskapai penerbangan domestik.
"Nilai tukar rupiah sudah mendekati Rp 16.000 per dolar AS. Padahal biaya operasi maskapai penerbangan ini tidak lepas dari nilai tukar Rupiah," kata Ketua APJAPI Alvin Lie dalam Seminar Hari Penerbangan Nasional pada Jumat (27/10/2023).
Lebih lanjut Alvin menjelaskan, tiga unsur utama dalam biaya operasi maskapai penerbangan adalah bahan bakar pesawat atau avtur sekitar 36 persen, pemeliharaan sekitar 16 persen, dan sewa pesawat atau penyusutan sebesar 14 persen.
"Jadi totalnya adalah 66 persen," jelasnya.
Dijelaskannya, pemeliharaan pesawat maskapai tidak lepas dari suku cadang, dengan harganya yang dipatok dalam dolar atau euro.
"Jadi ketika rupiah melemah, ini menjadi beban yang cukup serius bagi maskapai penerbangan, terutama maskapai penerbangan di Indonesia ini hidupnya dari rute domestik," ujar Alvin.
Â
Tiket Harga Rupiah
Tak hanya itu, tiket rute penerbangan domestik juga dijual dalam rupiah. Sementara biaya-biaya yang dikeluarkan maskapai banyak yang dalam dolar AS.
"Jadi di atas kertas kelihatannya laba, tapi prakteknya belum tentu laba. Ini menjadi tantangan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan sehari-hari," pungkas Alvin.
Advertisement