Harga Minyak Dunia Diramal Anjlok 10 Persen di Akhir Tahun Ini

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,2 persen menjadi USD 77,33 per barel. Acuan tersebut berada di jalur tepat untuk ditutup pada level terendah pada akhir tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 29 Des 2023, 11:56 WIB
Diterbitkan 29 Des 2023, 11:56 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia diperkirakan akan turun sekitar 10 persen pada akhir tahun 2023.

Ini akan menandai penurunan harga minyak tahunan pertama dalam dua tahun, imbas kekhawatiran geopolitik, pengurangan produksi, dan langkah-langkah bank sentral negara maju untuk mengendalikan inflasi memicu fluktuasi harga komoditas.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (29/12/2023) harga minyak mentah berjangka Brent naik 18 sen atau 0,2 persen, menjadi USD 77,33 per barel pada hari Jumat, hari perdagangan terakhir tahun 2023.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 11 sen lebih tinggi pada USD 71,88 per barel di awal perdagangan Asia.

Pada level ini, kedua harga acuan tersebut berada di jalur yang tepat untuk ditutup pada level terendah pada akhir tahun sejak tahun 2020, ketika pandemi melemahkan permintaan dan menyebabkan harga merosot tajam.

Pada Jumat (29/12), harga minyak stabil setelah turun 3 persen dari hari sebelumnya karena semakin banyak perusahaan pelayaran bersiap untuk kembalibtransit di rute Laut Merah, setelah terhambat serangan Houthi di kawasan tersebut.

Harga minyak juga berada di jalur penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut karena kekhawatiran terhadap permintaan yang lebih besar dibandingkan risiko pasokan akibat konflik Israel-Hamas, dan karena pengurangan produksi tidak cukup untuk menopang harga, dengan penurunan harga minyak acuan hampir 20 persen dari harga tertingginya.

Pernah Sentuh Level Tertinggi

Sebelumnya, pada September 2023 harga minyak dunia sempat naik ke level tertinggi tahun ini setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya sepakat untuk memangkas produksi, sehingga memicu kekhawatiran bahwa permintaan berpotensi lebih tinggi daripada pasokan.

Langkah-langkah pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia untuk menahan inflasi yang tinggi juga membatasi harga minyak dan dengan cepat mengimbangi lonjakan harga.

Namun, perkiraan penurunan suku bunga di wilayah-wilayah konsumen utama pada tahun 2024 dan melemahnya dolar terlihat meningkatkan permintaan minyak, menurut para investor dan analis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Minyak Cuma Naik Tipis, Terpengaruh Aksi Militer Houthi di Laut Merah

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

Harga minyak naik tipis pada hari Rabu karena para pedagang mempertimbangkan rekor produksi minyak AS terhadap ancaman pengiriman di Laut Merah dari para militan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (21/12/2023), harga minyak mentah AS naik 28 sen atau 0,38% menjadi USD 74,22 per barel. Sementara harga minyak Brent naik 47 sen atau 0,59% menjadi USD 79,70 per barel.

Harga minyak naik lebih dari 1% sebelumnya karena para pedagang terus khawatir akan gangguan pengiriman di Laut Merah ketika militan menyerang kapal-kapal. Namun kekhawatiran pasokan dan permintaan kembali muncul hari ini karena data AS menunjukkan rekor produksi AS dan meningkatnya persediaan.

Persediaan minyak mentah naik 2,9 juta barel dalam sepekan hingga 15 Desember menjadi 443,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 2,3 juta barel.

EIA juga mengatakan produksi minyak mentah AS naik ke rekor 13,3 juta barel per hari pada pekan lalu, naik dari rekor tertinggi sebelumnya sebesar 13,2 juta barel per hari.


Stok BBM AS

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio

Stok bensin AS naik 2,7 juta barel dalam seminggu menjadi 226,7 juta barel, kata EIA, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 1,2 juta barel.​

Washington pada hari Selasa meluncurkan satuan tugas untuk menjaga perdagangan Laut Merah ketika serangan militan Yaman yang didukung Iran memaksa perusahaan pelayaran besar untuk mengubah rute, sehingga memicu kekhawatiran akan gangguan berkelanjutan terhadap perdagangan global.

    

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya