Indonesia Termasuk Negara dengan Suhu Tertinggi, Sri Mulyani: Bukan karena Politik

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan saat ini kondisi Indonesia semakin panas. Hal itu disebabkan perubahan iklim.

oleh Tira Santia diperbarui 29 Jan 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2024, 16:15 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Anniversary Dialogue di St Regis Hotel, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024). (Sulaeman/Merdeka.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Anniversary Dialogue di St Regis Hotel, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024). (Sulaeman/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan saat ini kondisi Indonesia semakin panas. Hal itu disebabkan perubahan iklim yang membuat kenaikan suhu menjadi panas, bukan karena politik menjelang pemilihan umum (Pemilu) Presiden 2024.

Bendahara negara ini menyampaikan candaannya saat menyampaikan sambutan dalam acara Indonesia Infrastructure Finance (IFF) Anniversary's Dialogue di St Regis, Jakarta, Senin (29/1/2024).

Sri Mulyani mengakui bahwa perubahan iklim telah berdampak terhadap bumi, dimana suhu bumi pada 2023 semakin naik alias panas jika dibandingkan dengan kondisi tahun 1991-2020.

"Dunia menghadapi tantangan besar yaitu dalam bentuk perubahan iklim sejak tahun 2023 suhu rata-rata dunia atau bumi telah meningkat 0,6 derajat Celcius dibandingkan dengan 1991 dan 2020," kata Sri Mulyani.

Di samping itu, Indonesia juga terdampak oleh perubahan iklim. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki suhu tertinggi yakni sebesar 27,2 derajat Celcius.

"Indonesia terlihat sebagai salah satu negara dengan suhu tertinggi yaitu 27,2 derajat Celcius dan ini bukan karena situasi politik tapi benar-benar panas, dalam hal ini dibandingkan dengan yang terpanas kedua di tahun 2016 yaitu 27,3 derajat Celcius," ujarnya.

Lebih lanjut, Menkeu menyebut Indonesia memiliki emisi per kapita diurutan ketiga terendah di antara negara G20. Diposisi pertama, ada India sebesar 2 ton CO2e, dan posisi kedua ada Brazil 2,2 ton CO2e emisi per kapita pada tahun 2022. Sedangkan Indonesia 2,6 CO2e.

"Jika anda bandingkan dengan negara lain itu masih berada di antara yang terendah, tidak berarti kita bisa mengeluarkan polusi lebih tinggi, tapi Indonesia memproduksi emisi lebih rendah," pungkas Sri Mulyani.

Indonesia Jadi Negara ke-2 di Dunia dengan Tingkat Deforestasi Terparah pada 2024

Ilustrasi
Ilustrasi deforestasi hutan. (dok. unsplash.com/Annie Spratt)

Sebelumnya, Indonesia jadi negara ke-2 di dunia dengan tingkat deforestasiterparah pada 2024 setelah Brasil, menurut World Population Review, sebuah lembaga yang menyediakan data populasi dan demografi global, berdasarkan hitungan luas deforestasi sejak 1990. Di laporan deforestasi tahunan mereka, ada 10 negara yang jadi "tersangka utama, karena sebagian besar deforestasi terjadi di hutan hujan dan hutan."

Mengutip situs webnya, Senin (22/1/2024), ini mencakup hutan hujan Amazon, yang berada di Brasil dan di sebagian wilayah Amerika Selatan, dan kumpulan hutan hujan yang ditemukan di Asia, terutama di dekat Myanmar. "Meski banyak inisiatif yang dimulai untuk mengurangi dampak deforestasi, kondisi sosio-ekonomi negara-negara tersebut mempersulit penghentian perburuan liar dan aktivitas ilegal, seperti pengambilan kayu dan hewan liar dari habitatnya," catat pihaknya.

"Negara-negara maju" jarang masuk dalam daftar tersebut karena dua alasan. Pertama, negara-negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara bekas persemakmuran tidak mempunyai hutan yang luas di wilayah mereka.

Kedua, negara-negara maju dapat berinvestasi dalam program-program tertentu yang mendiversifikasi pendapatan mereka, sehingga kurang dapat diandalkan untuk mengeksplorasi sumber daya alam atau investasi eksternal yang memengaruhi keberlanjutan.

Misalnya, mereka mencontohkan, Kanada selama bertahun-tahun sudah terkenal dengan bahan-bahan penebangan kayunya, namun negara itu beralih memusatkan keuntungannya pada aliran pendapatan lebih modern, seperti teknologi dan investasi keuangan dalam perekonomian kapitalis.

Meski semua negara bertanggung jawab menjaga sumber daya utama mereka dan melakukannya dengan cara yang terbarukan, sebagian besar perhatian tertuju pada Brasil dan pemerintahnya. Amazon sejauh ini merupakan daratan terluas yang memiliki pepohonan, hutan, dan beragam habitat, termasuk suku yang telah tinggal di sana selama puluhan ribu tahun.

10 Negara dengan Tingkat Deforestasi Terparah pada 2024

Kerusakan Hutan Amazon Akibat Penambangan Ilegal
Pandangan udara kawasan Hutan Amazon yang terdeforestasi (penurunan luas area hutan secara kualitas dan kuantitas) di wilayah Sungai Madre de Dios, Peru, Jumat (17/5/2019). Penambangan ilegal merusak ekologis yang tak dapat dipulihkan pada lebih dari 11.000 hektare Hutan Amazon. (CRIS BOURONCLE/AFP)

Sebagian besar, yakni 80 persen wilayah hutan Amazon yang mengalami deforestasi telah digantikan peternakan sapi dibandingkan menanam pohon dan tanaman yang telah ditebang di wilayah tersebut. Meski daging sapi dapat diekspor untuk mendapat lebih banyak uang, ini adalah salah satu metode pertanian terburuk yang digunakan untuk memanfaatkan lahan, karena emisi karbon dan gas rumah kaca meningkat akibat peternakan sapi.

Secara lengkap, berikut 10 negara dengan tingkat deforestasi terparah tahun 2024, menurut World Population Review:

  1. Brasil
  2. Indonesia
  3. Kongo
  4. Angola
  5. Tazmania
  6. Myanmar
  7. Paraguay
  8. Bolivia
  9. Mozambik
  10. Argentina

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menguak luas kawasan hutan Indonesia pada 2023, menurut data mereka. Ditanya sejauh mana kebijakan berhasil menahan laju deforestasi di Indonesia dan mewujudkan FOLU Net Sink 2030, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, Hanif Faisol Nurofiq, menjawab bahwa itu tidak lepas dari penetapan kawasan hutan.

Di paparan hybrid "Refleksi KLHK Tahun 2023 : Harmoni Alam," 28 Desember 2023, Hanif menyebut bahwa total luas kawasan hutan di Indonesia ditetapkan mencapai 125,7 juta hektare atau 65,5 persen dari luas daratan. "Ini semua harus kita jaga dalam kondisi legal dan legitimate (sah)," sebut dia.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim
INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya