Beras Langka di Supermarket tapi Mahal di Pasar Tradisional, Apa Penyebabnya?

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, banyak penggilingan besar dan pengusaha ritel yang kini merugi dalam menjual beras.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 22 Feb 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024, 09:30 WIB
Beras Langka di Supermarket tapi Mahal di Pasar Tradisional, Apa Penyebabnya?
Stok beras terpantau masih langka di sejumlah gerai ritel modern seperti supermarket. Bahkan, beberapa di antaranya tidak memiliki stok sama sekali (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Stok beras terpantau masih langka di sejumlah gerai ritel modern seperti supermarket. Bahkan, beberapa di antaranya tidak memiliki stok sama sekali. Di sisi lain, ketersediaan beras di pasar tradisional ada tetapi dengan harga yang terus naik. 

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, banyak penggilingan besar dan pengusaha ritel yang kini merugi dalam menjual beras. Lantaran, mereka terpentok oleh aturan harga eceran tertinggi (HET) kepada konsumen akhir. Seperti di Pulau Jawa, yakni Rp 10.900 untuk beras medium dan Rp 13.900 untuk beras premium. 

"Sebetulnya kelangkaan itu hanya terjadi di ritel modern. Karena problem tadi itu, peritel tidak mau merugi. Mereka sudah berbulan-bulan enggak mau merugi, enggak kuat lagi," ujar Khudori kepada Liputan6.com, Kamis (22/2/2024).

"Selama ini mereka membeli dengan harga di bawah HET, Rp 13.900. Katakanlah kalau mereka ambil margin Rp 200, berarti Rp 13.700 (dapatnya). Tapi pedagang dan penggilingan sudah berbulan-bulan rugi, sudah enggak kuat," ungkapnya. 

Kondisi berbeda justru terjadi di pasar tradisional, Khudori menambahkan. Stok beras di sana mencukupi, tetapi harga beras melambung lantaran pedagang di sana tidak mau mengikuti aturan HET.

"Tapi kalau Anda pergi ke pasar tradisional, beras-beras aneka merek yang tidak ditemukan, yang biasa ditemukan di pasar modern dan sekarang tidak ditemukan, itu ada, tapi harganya tinggi. Karena di pasar tradisional sejak HET diberlakukan September 2017, mereka enggak patuh terhadap HET itu," ucapnya.  

 

Tak Setuju Kebijakan HET

Pemprov DKI Jakarta Distribusikan 15 Juta Kilogram ke Retail Modern
Pendistribusian untuk mengatasi kelangkaan beras premium di sejumlah gerai ritel modern di Jabodetabek. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Khudori lantas mengaku tidak setuju dengan kebijakan HET beras yang mulai digulirkan per 1 September 2017. Menurut dia, aturan itu cenderung berat sebelah lantaran pemerintah hanya berlaku pada sisi hilir, sementara di sisi hulu dibiarkan begitu saja.

"Sebetulnya HET itu enggak adil. Input produksi pertanian padi kan enggak pernah dipatok harganya, tenaga kerja, harga lahan, harga pupuk, pengairan, pestisida. Itu kan enggak dipatok, enggak ada HET-nya," tegas Khudori. 

"Kalau input produksi itu naik, otomatis membuat harga gabah tinggi. Nah, kalau gabah sebagai input produksi gabah tidak ada HET-nya, tapi di hilir, di produk akhir ada HET-nya, itu enggak adil. Wong input produksinya tidak dibatasi harganya, tapi di hilir dibatasi harganya," tuturnya.

 

 

Survei BI: Harga Beras di Kalteng Nyaris Rp19.000 per Kg

Harga Sejumlah Bahan Pangan Mulai Merangkak Naik
Mengutip panel harga pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB, harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Survei Pantauan Biaya Bank Indonesia (BI) mencatat, harga beras mengalami kenaikan di berbagai wilayah Indonesia. Adapun, kenaikan harga beras tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Tengah yang hampir mencapai Rp19.000 per kilogram (kg).

"Dari survei biaya pantauan biaya, itu memang kisarannya terlalu besar ya (kenaikan harga beras) Rp 12.947 kilogram, kalau di kalimantan tengah itu mencapai Rp18.800 per kilogram," kata Deputi Gubernur BI, Aida S Budiman dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2).

Aida mengungkap, kenaikan harga beras tersebut dipengaruhi oleh El Nino yang berdampak pada mundurnya musim tanam padi. Akibatnya produksi beras di dalam negeri menjadi terganggu.

"Akibatnya tentunya ada pergeseran periode tanam beras," ungkapnya.

Untuk menekan kenaikan harga beras, pemerintah melakukan impor guna memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP). Saat ini, pasokan CBP mencapai 1,2 juta ton.

"Artinya kecukupan pasokan (CBP) itu ada," ujar dia menekankan.

Selain itu, pemerintah juga terus menyalurkan 

program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Pangan (SPHP) yang berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP). Penyaluran program beras milik Bulog ini bertujuan untuk mengendalikan laju inflasi.

"Kemudian juga menyalurkan bantuan beras tahap 1 kan Januari-Maret (2024) dilanjutkan nanti April hingga Juni (2024)," pungkas Aida. 

 

Ngerinya Dampak Kenaikan Harga Beras Jika Tak Segera Diatasi

Harga Sejumlah Bahan Pangan Mulai Merangkak Naik
Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia mengakui harga beras hingga kini terus meroket. Berdasarkan survei pantauan harga yang dilakukan BI, harga beras tercatat naik signifikan di beberapa daerah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S Budiman, mencontohkan, harga beras di Nusa Tenggara Barat sudah tembus Rp 12.946 per kilogram, bahkan di Kalimantan Tengah harga beras mencapai Rp 18.800 per kilogram.

Aida pun memaparkan dampak kenaikan beras ke inflasi. Untuk Januari saja kontribusi beras terhadap inflasi sebesar 0,64 persen,.sehingga komponen inflasi volatile food meningkat menjadi 7,22 persen.

"Saya sampaikan tiga hal pertama dampak beras ke inflasi, pada bulan Januari kemarin inflasi dia (beras) berdampak 0,64 persen month to month, ini dia bobotnya 3,43 persen kalau pakai SBH 2022 yang baru dikeluarkan BPS. Itulah yang menyebabkan volatile food kita mencapai 7,22 persen inflasinya," kata Aida dalam konferensi pers di RDG Februari 2024, di Jakarta, Rabu (21/2/2024). 

Aida menyebut penyebab kenaikan harga beras dipengaruhi oleh kondisi cuaca yakni adanya El Nino yang menganggu musim tanam padi petani. Walaupun saat ini sudah ada beberapa daerah yang sudah memasuki musim hujan, namun intensitasnya belum merata di seluruh Indonesia. Tidak meratanya intensitas hujan inilah yang turut berpengaruh terhadap pergeseran musim tanam padi.

"Saat ini sudah ada masuk musim hujan di Indonesia tapi baru 70 persen, kalau di-compare tahun lalu Januari itu 77 persen. Ini lah yang membuat adanya pergeseran periode penanaman beras," ujarnya.

 

Penguatan Cadangan Beras

Pemprov DKI Jakarta Distribusikan 15 Juta Kilogram ke Retail Modern
Menurut Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Harton, stok beras di Food Station dan Pasar Induk Beras Cipinang cukup untuk memenuhi kebutuhan retail-retail modern se-Jabodetabek. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Adapun antisipasi untuk menangani permasalahan beras tersebut, Pemerintah melakukan penguatan cadang beras pemerintah (CBP). Tercatat CBP untuk Januari sebanyak 1,2 juta ton. Stok tersebut sejauh ini dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.

"Kemudian pemerintah memastikan hal tersebut dilakukan impor melalui kecukupan CBP-nya. CBP itu bulan Januari hampir 1,2 juta ton, artinya kecukupan pasokan itu ada," ujar Aida.

Tak hanya itu saja, Pemerintah juga menyalurkan beras murah Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar, serta memberikan bantuan pangan beras untuk masyarakat miskin.

"Maka pemerintah melakukan SPHP dan juga operasi pasar stabilitas pasokan dan harga pangan dan penyaluran bantuan pangan beras, tahap 1 Januari sampai Maret. Dilanjutkan April sampai Juni," pungkas Aida.

 

Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya