Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Eropa (ECB) mengakui ketegangan Iran-Israel di Timur Tengah menjadi ancaman terhadap prospek penurunan suku bunganya.
"Pada tahap ini, saya pikir ancaman terbesar adalah geopolitik, karena kita telah melihat apa yang terjadi di Timur Tengah," kata Gubernur bank sentral Austria Holzmann, dikutip dari CNBC International, Kamis (18/4/2024).
"Seperti yang dapat Anda bayangkan, hanya ketika sebuah kapal tenggelam di (Selat) Hormuz dan Anda mungkin memiliki harga minyak yang berbeda, dan ini tentu saja mengharuskan kami memikirkan kembali strategi kami,” lanjutnya, di sela-sela Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional (IMF).
Advertisement
Holzmann mengatakan, dampak geopolitik terhadap harga energi merupakan satu-satunya faktor terpenting dalam upaya Eropa mengendalikan inflasi.
Komentarnya sejalan dengan pandangan pembuat kebijakan ECB Olli Rehn, yang mengatakan kemungkinan penurunan suku bunga pada Juni mendatang bergantung pada penurunan inflasi, dan risiko terbesar terhadap kebijakan moneter berasal dari ketegangan Iran-Israel serta perang Rusia-Ukraina.
"Risiko terbesar berasal dari geopolitik, baik memburuknya situasi di Ukraina dan kemungkinan meningkatnya konflik di Timur Tengah, dengan segala konsekuensinya," kata Rehn, yang menjabat sebagai gubernur Bank Finlandia.
"Menjelang musim panas, kita dapat mulai mengurangi tingkat pembatasan kebijakan moneter, asalkan inflasi terus turun seperti yang diproyeksikan," bebernya.
Sebelumnya, Presiden ECB Christine Lagarde pada Selasa, 16 April 2024 mengatakan bank sentral hampir mencapai penurunan suku bunga, kecuali ada kejutan besar. "Kami mengamati proses disinflasi yang berjalan sesuai ekspektasi kami," kata Lagarde kepada CNBC.
ECB Semakin Dekat ke Penurunan Suku Bunga
"Kita hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri terhadap proses disinflasi ini, namun jika hal ini berjalan sesuai ekspektasi kita, jika kita tidak mengalami guncangan besar dalam pembangunan, kita sedang menuju momen di mana kita harus melunakkan kebijakan moneter yang restriktif," jelas Lagarde.
Jika tidak ada kejutan, Lagarde mengatakan sudah waktunya bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga dalam waktu yang relatif singkat.
Seperti diketahui, ECB pada hari Kamis mempertahankan suku bunga tidak berubah untuk pertemuan kelima berturut-turut, namun mengisyaratkan bahwa dengan mendinginkan inflasi berarti bank sentral dapat segera mulai menurunkan suku bunganya.
Advertisement
IMF: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Risiko Global
Sebelumnya diberitakan, Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi seluruh dunia dan bisa menjadi kekhawatiran jika berlanjut dalam jangka waktu lama.
Namun, IMF juga mencatat, Federal Reserve AS sudah bertindak hati-hati dalammengambil kebijakan moneternya.
Mengutip US News, Senin (15/4/2024) Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pemerintah AS juga dapat mengambil langkah-langkah lain untuk memastikan kinerja perekonomian AS tidak terlalu menurun. Namun, ia tidak memberikan rinciannya.
"Suku bunga yang lebih tinggi bagi negara-negara lain di dunia bukanlah berita bagus. Suku bunga yang lebih tinggi membuat AS lebih menarik sehingga aliran keuangan datang ke sini dan membuat seluruh dunia agak kesulitan," katanya.
Suku bunga yang lebih tinggi juga mendorong nilai dolar Amerika Serikat (USD) lebih tinggi, yang berarti mata uang negara-negara lain melemah.
"Jika hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menimbulkan sedikit kekhawatiran dalam hal stabilitas keuangan," ujar Georgiva.
Data inflasi tingkat konsumen AS untuk Maret yang dirilis pekan lalu secara tak terduga menunjukkan penguatan, menambah keraguan terhadap perkiraan penurunan suku bunga The Fed saat ini pada akhir tahun.
Data tekanan harga yang tidak menguntungkan ini muncul ketika laporan lain juga menunjukkan peningkatan inflasi pada awal tahun ini, sehingga menantang proyeksi terbaru The Fed yang memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga untuk 2024
Siklus Pelonggaran Suku Bunga The Fed Diperkirakan Mulai September 2024
Sebelumnya diberitakan, investor yang sebelumnya memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan Juni sekarang melihat bulan September sebagai waktu yang lebih tepat untuk memulai siklus pelonggaran, menyusul pembacaan inflasi konsumen yang lebih kuat dari perkiraan untuk ketiga kalinya.
Georgieva mengatakan perekonomian AS berhasil karena lebih inovatif, membuka ruang bagi kewirausahaan di tengah percepatan perubahan teknologi.
Pasar tenaga kerja AS juga bertahan dengan baik, dengan pasokan tenaga kerja didorong oleh imigrasi, yang pada gilirannya membantu menjaga pertumbuhan upah tetap terkendali, katanya.
"Jadi kencangkan ikat pinggangmu," katanya, seraya menambahkan; “Suatu saat kita akan mendarat".
Advertisement