Liputan6.com, Jakarta - Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde meminta Eripa untuk bersiap dan mengantisipasi potensi tarif perdagangan dari Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump.
"(Tarif) merupakan pendekatan yang sangat cerdas, karena tarif menyeluruh tidak selalu memberikan hasil yang Anda harapkan,” ujar Lagarde saat diwawancarai di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dikutip dari CNBC International, Rabu (22/1/2025).
Advertisement
“(Tarif impor Trump) tampaknya akan lebih selektif dan terfokus.Yang perlu kita lakukan di sini di Eropa adalah bersiap, dan mengantisipasi apa yang akan terjadi untuk merespons,” ungkapnya.
Advertisement
Seperti diketahui, Trump telah mengumumkan potensi pengenaan tarif impor sebesar 11% terhadap barang dari China. Tarif impor tersebut terkait dengan kekhawatiran AS terhadap peredaran obat fentanil ke wilayah negara tersebut.
Trump juga mengumumkan tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari mendatang.
Beberapa waktu sebelum dilantik, Trump juga mengungkapkan berencana mengenakan bea atas barang-barang yang diimpor ke AS dari Eropa.
"Jika Anda melihat pasar tenaga kerja (AS), Anda memiliki tingkat pengangguran yang sangat rendah. Jika Anda melihat kapasitasnya, pasar tersebut sudah berjalan hampir pada kapasitas penuh. Jadi gagasan bahwa Anda dapat memproduksi apa yang tidak akan Anda impor lagi, atau bahwa Anda akan mengimpor dengan harga yang jauh lebih tinggi, adalah... adalah sesuatu yang akan memakan sedikit waktu," kata Lagarde.
“Importir kemungkinan juga tidak dapat menjalankan bisnis dengan margin rendah untuk jangka waktu yang lama, yang berarti bahwa pada akhirnya tanggung jawab beralih ke konsumen," tambahnya.
Bagaimana Eropa Tanggapi Kebijakan Tarif Dagang AS?
Lagarde secara terpisah juga menyerukan penghapusan hambatan perdagangan di Eropa, dengan mencatat bahwa meskipun ada aspirasi untuk menciptakan pasar tunggal, masih ada hambatan yang terkadang mencegah barang dan jasa Eropa untuk diekspor tanpa gangguan.
“Saya pikir itu salah satu poin yang disampaikan Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, kemarin — mari kita pastikan bahwa kita menghapus hambatan yang dapat kita kendalikan,” kata Lagarde, tanpa mengungkapkan rinciannya.
Menanti Perang Tarif Trump, Indonesia Ternyata Bisa Ambil Untung
Kebijakan tarif impor yang direncanakan Presiden AS Donald Trump turut diwaspadai oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti.
Pemerintah Indonesia terus siaga dengan kemungkinan soal pengenaan tarif impor oleh Trump untuk beberapa negara.
Di sisi lain, ia justru melihat adanya peluang bagi Indonesia, seandainya kebijakan itu jadi diterapkan.
"Namun, Indonesia bisa melihat bahwasanya ini bisa jadi peluang juga sebetulnya. Misalnya dengan tarif yang diterapkan, mungkin untuk negara seperti China, Indonesia bisa hadir untuk mensubstitusi," ujar Wamendag di Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Kendati begitu, ia belum mau bicara lebih banyak soal probabilitas ke depan. Pemerintah bakal pasang sikap menunggu, sembari melihat perkembangannya ke depan seperti apa.
"Tentu kami Kementerian Perdagangan akan selalu melakukan planning ahead, strategi ke depannya, agar negara Indonesia juga tetap bisa hidup," imbuh Wamendag.
Advertisement
Perkuat Bilateral
Dyah pun meyakinkan bahwa Pemerintah Indonesia akan selalu mendorong agar hubungan bilateral antara Indonesia-Amerika Serikat tetap berjalan baik. Lantaran hubungan perdagangan kedua negara sejauh ini dinilai masih sangat baik.
"Amerika Serikat juga jadi salah satu negara terbesar ketika bicara mengenai perdagangan. Selebihnya, salah satu program pemerintah, dalam hal ini pak Mendag dan jajarannya, kami mempunyai tekad untuk perluas pasar ekspor," bebernya.
"Itu harus beriringan dengan beberapa perjanjian internasional yang sedang berjalan ataupun yang sudah ada," dia mendengarkan.