Liputan6.com, Jakarta - Elizabeth (36) dan Jon (38) berada dalam posisi keuangan yang sulit. Mereka menikah 13 tahun yang lalu dan “sangat miskin” pada saat itu. Meskipun begitu, mereka belum mengalami banyak peningkatan kondisi keuangan sejak saat itu, seperti yang mereka ceritakan kepada seorang miliarder bernama Ramit Sethi dalam podcast “I Will Teach You to be Rich”. Nama belakang mereka tidak digunakan.
“Jika dilihat secara singkat, kami memang menghasilkan uang lebih banyak dibandingkan ketika kami pertama kali menikah, tetapi secara keseluruhan hal itu tidak cukup untuk meningkatkan keadaan ekonomi kami,” kata Elizabeth dalam podcast tersebut sebagaimana yang dikutip dari CNBC, kamis (13/06/2024).
Baca Juga
“Kami masih berada di tempat yang sama seperti 13 tahun yang lalu. Malah lebih buruk karena kami memiliki banyak utang.”
Advertisement
Pasangan ini memiliki utang sekitar USD 152.000 (Rp 2,4 miliar) antara cicilan rumah, kredit mobil, pinjaman mahasiswa, kartu kredit dan utang medis.
Ini bukanlah situasi utang terburuk yang pernah dilihat Sethi di acara ini. Namun Elizabeth dan Jon hanya berpenghasilan di bawah USD 89.000 (Rp 1,4 miliar) per tahun, sehingga sulit untuk mengikuti pembayaran utang mereka di atas biaya hidup normal untuk diri mereka sendiri dan putri mereka.
Biaya tetap mereka, termasuk pembayaran utang, bahan makanan, gas, dan kebutuhan lainnya sama dengan, atau bahkan lebih tinggi, dari pendapatan bulanan mereka.
Sebulan sebelum rekaman podcast, mereka menghabiskan sekitar USD 350 (Rp 5,6 juta) untuk pakaian dan USD 920 (Rp1 4,9 juta) untuk bahan makanan.
Impulsivitas Jadi Masalah Keuangan
Meskipun pakaian dan bahan makanan merupakan kebutuhan pokok, pasangan ini mengakui bahwa banyak pengeluaran mereka yang bersifat impulsif. Mereka berniat pergi ke Walmart atau Target untuk membeli beberapa barang yang mereka butuhkan, namun justru pulang dengan membawa banyak barang yang mereka inginkan namun tidak terlalu dibutuhkan.
Sethi menekankan bahwa ada masalah emosional yang mendasari masalah belanja tersebut, dan mendorong Elizabeth untuk datang ke seorang terapis.
Mengenai kebiasaan belanja mereka, ia memberikan tiga tips yang dapat digunakan siapa saja untuk mulai mengendalikan pengeluaran mereka.
Selaraskan Tujuan Anda
Jika Anda ingin menggunakan uang untuk sesuatu yang spesifik, seperti memberi jaminan untuk keadaan darurat atau membantu mempersiapkan diri untuk masa pensiun, pilihan belanja harus selaras dengan tujuan tersebut.
Dia meminta Elizabeth dan Jon untuk memikirkan apa yang ingin mereka lakukan dengan uang mereka jika mereka tidak khawatir dengan tagihan dan utang yang menumpuk.
Elizabeth langsung menjawab bahwa ia ingin mengumpulkan tabungan mereka, yang saat itu masih berjumlah $0 dan berinvestasi lebih banyak untuk masa depan. Namun, itu berarti mengurangi belanja.
Advertisement
Pengeluaran dan Pemasukan Harus Stabil
“Apa yang dilakukan tidak selaras dengan tujuannya,” kata Sethi.
Pasangan ini ingin berhenti mengkhawatirkan uang, tapi kebiasaan belanja mereka saat ini tidak akan membantu mereka mencapainya. Meskipun pembelian impulsif mungkin membuat Elizabeth merasa lebih baik pada saat itu, namun hal tersebut tidak selaras dengan visi yang lebih besar yang ia miliki untuk keluarganya, yaitu untuk stabil secara finansial dan mampu berbelanja banyak sesekali.
Gunakan Otomatisasi untuk Mengatur Keuangan Anda
Otomatisasi tugas-tugas keuangan seperti pensiun dan kontribusi rekening tabungan akan membuat Anda lebih sulit untuk menghabiskan uang tersebut untuk pembelian impulsif. Hal ini cukup mudah diatur, baik melalui pemotongan gaji atau penarikan otomatis dari bank Anda.
“Jika Anda ingin uang Anda pergi ke suatu tempat, Anda harus membuatnya otomatis,” kata Sethi. “Berapa pun yang tersisa, Anda akan membelanjakannya.”
Pentingnya Otomatisasi Pembayaran Tagihan Bulanan
Jon dan Elizabeth mengatakan bahwa mereka telah berjuang keras untuk mengumpulkan tabungan karena selalu ada saja yang muncul. Mereka akan menabung $100 (Rp1,6 juta) dan kemudian memiliki pengeluaran sebesar jumlah yang sama, entah itu kebutuhan atau keinginan, dan uang tersebut akan hilang lagi.
Namun, meskipun tidak memiliki tabungan tunai, pasangan ini memiliki sekitar $38.000 (Rp618 juta) yang diinvestasikan untuk masa pensiun, berkat kontribusi otomatis ke rekening setelah dipotong pajak.
“Itulah satu-satunya alasan kami memiliki investasi,” kata Elizabeth.
Berhenti Berlangganan
Anda mungkin bisa mengurangi biaya bulanan dengan berhenti berlangganan layanan streaming yang tidak terpakai, keanggotaan yang tidak digunakan, atau komitmen lainnya. Namun, ada jenis langganan lain yang juga dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan: mailing list.
Sethi meminta Elizabeth untuk melihat kotak masuk emailnya dan memberitahunya siapa yang mengirim lima pesan pertama. Ia menyebutkan beberapa peritel.
“Pada dasarnya Anda telah memberi tahu setiap perusahaan di luar sana, ‘Saya memberi Anda izin untuk membanjiri saya dengan konten yang sarat dengan rekayasa agar saya membeli barang tersebut,’” katanya.
Advertisement
Lawan Godaan Checkout di Situs Belanja
Anda mungkin tidak akan membeli sesuatu setiap kali Anda melihat iklan, tapi membiarkan godaan terus mengganggu Anda berarti Anda sedang mempersiapkan diri untuk gagal, kata Sethi.
Jika setiap kali memeriksa kotak masuk atau menelusuri Instagram, seseorang melihat iklan dan influencer yang mempromosikan gadget atau pakaian baru sesuai dengan tren, kemungkinan besar orang tersebut akan jatuh ke dalam jebakan belanja.
"Berhenti berlangganan. Lakukan sekarang juga,” kata Sethi. “Membeli barang random yang ditawarkan oleh salesman kepada Anda bukanlah kehidupan orang kaya.”