Liputan6.com, Jakarta - “Pos Bloc Jakarta ini adalah hasil dari konsep inno-collab,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoema dalam Book Talk dan Ngopi Sore bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi, di Pos Bloc, Pasar Baru, Jakarta.
Book Talk ini membedah secara mendalam buku terbaru karya Faizal, sebagaimana ia biasa disapa, yakni: Thriving on Turbulence: Agile Leadership untuk Sukses Melewati Disrupsi. Buku ini adalah hasil refleksi dan pengalamannya memimpin Pos Indonesia di tengah pandemi.
Baca Juga
Faizal bercerita tentang situasi yang ia hadapi pada 2020, selepas ia ditunjuk sebagai Direktur Utama Pos Indonesia. Saat itu perusahaan mengalami double crisis: lingkup eksternal dan internal.
Advertisement
Dari sisi eksternal, industri sedang dihantam pandemi Covid-19. “Banyak mitra yang mengalami kesulitan. Berbagai macam industri juga mengalami chaos,” kata Faizal dikutip Kamis (13/6/2024).
Sementara itu, di internal perusahaan, Pos Indonesia juga mengalami permasalahan yang kompleks. Ada tiga hal yang ia soroti sebagai faktor-faktor yang jadi penyebab merosotnya performa Pos Indonesia. Pertama, performansi finansial. Pos Indonesia mengalami pelemahan finansial. Revenue perusahaan berada di angka yang tidak baik.
Kedua, performansi bisnis. Pos Indonesia kalah bersaing dengan para kompetitornya. Utamanya yang paling kentara adalah portfolio bisnis di bidang jasa kurir dan logistik. Perusahaan ini tidak menjadi top of mind. Banyak konsumen yang merasa tidak puas dengan pelayanannya.
Akibatnya market share Pos Indonesia turun.
Krisis ketiga yang dialami Perusahaan tertua di Indonesia ini adalah masalah kedisiplinan.
“Disiplin operasional hancur. Bagaimana kita mau memuaskan konsumen?” ucapnya.
Agilitas
Dalam tulisannya, Faizal strategi memimpin di tengah krisis adalah agilitas: kemampuan untuk bertindak lincah, cepat, dan tepat. Agilitas itu harus diamplifikasikan ke dalam lima aspek yakni; agile leadership, agile culture, agile digitalization, agile inno-collab, dan agile execution.
Hal yang menarik adalah terkait dengan agile inno-collabs, Ini adalah terminologi yang Faizal perkenalkan dalam bukunya. Gagasannya adalah bahwa inovasi tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kolaborasi.
Ada tiga mantra yang mungkin dapat merangkum bagian inno-collab ini. Pertama, innovation without collaboration is impossible. Kedua, collaboration accelarate culture, dan ketiga from craftmanship to partnership. Oleh karenanya, Faizal percaya bahwa inovasi dan kolaborasi adalah sesuatu yang saling terikat satu sama lain.
“Kami sebagai perusahaan tidak mungkin dapat menyediakan semua sumber daya, kalau pun ada maka akan sangat memakan biaya. Oleh karenanya, kolaborasi adalah jalan pintas untuk mengakselerasi inovasi,” jelasnya.
Strategi kepemimpinan Faizal di tengah krisis terbukti sukses mengantarkan Pos Indonesia berhasil melalui krisis. Tidak hanya selamat melewati krisis, tetapi mampu bersaing dengan kompetitor, bahkan memenangkan persaingan pasar industri logistik.
Advertisement
Rekam Jejak
Faizal punya rekam jejak sangat baik dalam memimpin korporasi. Sebelum memimpin Pos Indonesia ia berpengalaman menangani perusahaan di berbagai industri.
Ia adalah President Director TELIN Group dan BOD Chairman (2016-2019), BoC Telkom Sigma (2019-2020), Chief of Digital Business & Innovation Officer Telkom Indonesia (2019-2020).
Inovasi yang berkelanjutan bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan mutlak dalam menghadapi ancaman disrupsi. Perusahaan yang mampu berinovasi secara terus-menerus memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan dan bahkan memimpin dalam lingkungan yang berubah dengan cepat.
Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci penting bagi kami untuk dapat terus signifikan terhadap pertumbuhan, daya saing, dan keberlangsungan bisnis dalam lingkungan yang terus berubah.
“Tujuan dari program transformasi dan inno-collab yang dilakukan Pos Indonesia, tak lain adalah supaya perusahaan bisa terus menjadi relevan: tak hanya di masa kini, tetapi juga masa depan,” pungkasnya.