Rupiah Hampir Tembus 16.500 per Dolar AS, Apa Kabar Perajin Tahu dan Tempe?

Biasanya jika rupiah melemah pada pengrajin tempe dan tahu berteriak. Alasannya, bahan baku tempe dan tahu adalah kedelai yang merupakan barang baku impor.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Jun 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2024, 15:45 WIB
Perajin Tempe Mogok Produksi Imbas Kedelai Mahal
Aktivitas perajin tempe saat mogok produksi di kawasan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Senin (21/2/2022). Mulai hari ini perajin tempe dan tahu se-Pulau Jawa mogok produksi selama tiga hari ke depan sebagai respon mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp11.000 per kg. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) mengaku hingga saat ini harga kedelai masih stabil, meskipun rupiah terus mengelami tekanan di tahun ini. Bahkan saat ini rupiah sudah berada di kisaran 16.400 per dolar AS.

Sekjen Puskopti DKI Jakarta Hedy Kuswanto, mengatakan perajin Tahu Tempe belum merasakan dampak dari melemahnya rupiah terhadap bahan baku kedelai. Sejauh ini harga kedelai masih normal.

 

“Sampai saat ini belum ada, harga masih stabil,” kata Hedy kepada Liputan6.com, Jumat (21/6/2024).

 

Harga kedelai yang dibeli perajin paling mahal masih dikisaran Rp 10.500 per kg. Artinya, belum ada kenaikan harga kedelai, sehingga produksi masih berjalan.

“Pengrajin paling mahal terima di dapur produksi Rp10.500 per kg,” ujarnya.

Biasanya jika rupiah melemah pada pengrajin tempe dan tahu berteriak. Alasannya, bahan baku tempe dan tahu adalah kedelai yang merupakan barang baku impor. Perajin tempe dan tahu tidak menggunakan kedelai lokal karena dari sisi ukuran tidak sesuai untuk dibuat tempe dan tahu.  

Adapun sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global. Terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga antarbank oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

Kondisi ini berdampak pada tingginya ketidakpastian pasar global akibat menanti kebijakan suku bunga oleh The Fed. Hal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.

Dari faktor domestik, tekanan pada Rupiah juga disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen. Kemudian, persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Bisa Tembus 16.500 per Dolar AS Hari Ini

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan. Dalam beberapa bulan terakhir nilai tukar rupiah telah tembus level psikologis di 16.000 per dolar AS. bahkan Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjandra mengatakan bahwa mata uang garuda berpotensi terus melemah menuju 16.500 per dolar AS pada hari ini.

"Potensi pelemahan ke arah 16.500 per dolar AS dengan support di sekitar 16.380 per dolar AS," ujar Ariston di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Tren pelemahan rupiah ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, tren penguatan indeks dolar AS masih akan berlanjut di kisaran 105,60 pada hari ini.

"Potensi pelemahan rupiah masih terbuka terhadap dolar AS hari ini melihat indeks dolar AS yang masih bergerak naik pagi ini," ungkapnya.

Kedua, kebijakan bank sentral AS The Fed yang masih enggan menurunkan suku bunga acuan juga akan mendorong pergerakan mata uang dollar AS ke level yang lebih tinggi. Alhasil, sejumlah mata uang dunia termasuk Rupiah berpotensi mengalami pelemahan lebih dalam.

"Sentimen pelemahan rupiah masih sama, soal The Fed yang kelihatan enggan terburu-buru menaikan suku bunga acuannya," bebernya.

Dari sisi internal, Ariston menyoroti langkah intervensi Bank Indonesia (BI) yang tidak melakukan perubahan kebijakan suku bunga. Meski demikian, optimalisasi instrumen seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI dapat menarik dolar AS masuk ke Indonesia untuk mengurangi pelemahan Rupiah.

"Kemarin BI juga tidak melakukan perubahan kebijakan suku bunga. Tapi BI bisa memakai instrumen lain untuk menarik dolar masuk ke Indonesia seperti SRBI," ujarnya. 


Makin Amblas, Berapa Kurs Rupiah Hari Ini?

Akhir Pekan, Rupiah Melemah Terhadap Dolar
Teler menunjukan mata uang rupiah di Jakarta, Jumat (3/3/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.311 pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 30,5 poin ke Rp15.311 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat dibuka melemah. Pelemahan rupiah setelah pernyataan hawkish pejabat The Fed di Amerika Serikat (AS).

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah merosot 41 poin atau 0,25 persen menjadi 16.471 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.430 per USD. 

"Rupiah diperkirakan kembali melemah terhadap dolar AS yang rebound setelah pernyataan 'hawkish' dari pejabat The Fed Minneapolis Kashkari," kata analis mata uang Lukman Leong dikutip dari Antara, Jumat (21/6/2024).

Pejabat The Fed Minneapolis Kashkari mengatakan AS butuh waktu lama atau 2 tahun untuk inflasi kembali ke target 2 persen. Pernyataan tersebut memperkecil potensi penurunan suku bunga AS pada 2024.

Menurut Lukman, bila pelemahan rupiah terus berlangsung maka akan berat, walaupun pertumbuhan ekonomi domestik masih berkisar 5 persen, namun secara umum permintaan lemah, seperti penjualan ritel, dan mobil yang masih turun.

Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp16.400 per dolar AS sampai dengan Rp16.550 per dolar AS.


Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia.

Stabilitas nilai tukar rupiah ke depan akan didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Juni 2024 di Jakarta, Kamis (20/6).

BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).

Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023. 

  

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya