Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat catat kenaikan dalam dua minggu berturut-turut. Hal ini seiring permintaan bensin yang melonjak ke level tertinggi usai pandemi COVID-19.
Mengutip CNBC, Sabtu (22/6/2024), harga minyak dunia turun pada Jumat, 21 Juni 2024, tetapi naik hampir 2,9 persen pada pekan ini. Reli harga minyak juga telah mengangkat saham-saham energi seiring sektor saham ini naik 2,4 persen. Sektor saham energi juga memimpin di indeks S&P 500 pekan ini.
Baca Juga
Di sisi lain, konsumsi bensin di Amerika Serikat melonjak menjadi 9,4 juta barel per hari atau bph pada pekan lalu yang merupakan level tertinggi sepanjang tahun ini sejak pandemi COVID-19 berakhir, menurut JPMorgan.
Advertisement
Berikut pergerakan harga energi pada Jumat, 21 Juni 2024:
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus tercatat USD 80,73 per barel, turun 56 sen atau 0,69 persen. Sejak awal tahun, harga minyak WTI sudah melambung 12,6 persen.
- Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus tercatat USD 85,24 per barel, merosot 47 sen atau 0,55 persen. Sejak awal tahun, harga minyak acuan global ini melambung 10,6 persen.
- Harga bensin RBOB untuk kontrak Juli tercatat USD 2,51 per gallon, atau naik 0,52 persen. Year to date, harga bensin terbang 19,5 persen.
- Harga gas alam untuk kontrak Juli tercatat USD 2,70 per ribuan kaki kubik, turun 1,31 persen. Secara year to date, harga gas alam meningkat 7,6 persen.
“Permintaan bensin di Amerika Serikat terus meningkat sejak akhir pekan Memorial Day. Kami memperkirakan ada peningkatan lebih lanjut karena 71 juta orang Amerika Serikat akan melakukan perjalanan selama liburan pada 4 Juli 2024,” ujar Analis JPMorgan, Prateek Kedia dalam catatannya.
Analis GasBuddy, Patrick De Haan menuturkan, harga bensin bisa naik setelah stok minyak, bensin dan sulingan AS turun untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu yang mengindikasikan permintaan yang lebih kuat.
“Harga minyak mentah terus terbukti tangguh, dengan penarikan persediaan menawarkan sedikit dukungan,” ujar Analis TD Securities, Ryan McKay.
Reli Harga Minyak Berpeluang Memudar
Ia menambahkan, pihaknya menilai reli harga minyak dapat memudar. Hal ini seiring ada potensi pengurangan pembelian jika harga minyak WTI turun di bawah USD 81,73 per barel dan Brent susut di bawah USD 85,46 per barel.
Adapun permintaan minyak global telah meningkat 1,4 juta barel per hari sepanjang bulan ini karena konsumsi gas Amerika Serikat dan kuatnya perjalanan musim panas di Eropa dan Asia, menurut JPMorgan.
Persediaan minyak naik sebesar 15 juta barel pada minggu kedua Juni 2024 seiring China kembali memasok meski bank investasi prediksi penurunan pada akhir musim panas ini.
JPMorgan prediksi harga minyak Brent sebesar USD 90 per barel pada September seiring pasar yang semakin ketat karena berkurangnya stok akibat permintaan bahan bakar di musim panas.
Advertisement
Harga Minyak Melaju 2 Pekan Berturut-turut, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, harga minyak dunia kembali naik pada perdagangan Kamis dan di perdagangkan di atas USD 82 per barel. Harga minyak menuju kenaikan dua pekan berturut-turut. Pendorong kenaikan harga minyak dunia ini karena adanya menyusutan persediaan minyak mentah maupun minyak olahan.
Mengutip CNBC, Jumat (21/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah naik 4,7% minggu ini, sementara harga minyak patokan global Brent naik 3,7%. Harga mendapat dukungan sehingga melonjak pada perdagangan Kamis karena stok minyak mentah dan stok bensin AS turun untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, menunjukkan adanya peningkatan permintaan.
Harga minyak WTI untuk kontrak Juli dipatok USD 82,17 per barel, naik 60 sen atau 0,74%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak AS telah naik 14,6%.
Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus dipatok USD 85,71 per barel, naik 64 sen, atau 0,75%. Dari awal tahun sampai saat ini acuan global ini naik sebesar 11,2%.
Sedangkan untuk harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,74 per seribu kaki kubik, turun 5,78%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas naik sekitar 9%.
Persediaan Minyak Mentah
Dalam data yang dirilis oleh Administrasi Informasi Energi menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah turun 2,5 juta barel pada minggu lalu. Data ini melampaui ekspektasi analis yang disurvei yang dijalankan oleh salah satu kantor berita internasional.
Sedangkan stok minyak olahan atau bensin turun 2,3 juta barel. Analis sebelumnya memperkirakan penambahan 620.000 barel.
kepala analisis minyak bumi di GasBuddy Patrick de Haan menjelaskan, penarikan tersebut sebagai trifecta yang salah. Ia pun memperingatkan bahwa harga di pompa bensin kemungkinan besar akan naik sebagai konsekuensinya.
Analis JPMorgan mengatakan kepada kliennya dalam catatan hari Kamis bahwa kenaikan musiman dalam permintaan minyak, pengoperasian kilang, risiko cuaca, dan perpanjangan pengurangan produksi OPEC+ hingga kuartal III akan menyebabkan pasar menjadi lebih ketat karena persediaan berkurang.
Bank investasi ini memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai USD 90 per barel pada September karena pasar semakin ketat karena penurunan persediaan.
Advertisement
Perang Israel
Analis senior TD Securities Ryan McKay mengatakan kepada kliennya dalam sebuah catatan penelitian pada hari Rabu bahwa minyak mentah telah terbukti tangguh dengan momentum kenaikan. Namun, dia memperingatkan bahwa reli tersebut bisa memudar.
"Pelaku pasar dapat mengurangi pembelian dan melikuidasi sebagian pembelian mereka jika minyak AS turun di bawah USD 80,33 dan Brent turun di bawah USD 84,92," kata McKay.
Ketegangan juga kembali meningkat di Timur Tengah, dengan Israel dan kelompok milisi Hizbullah yang didukung Iran mengancam kembali melanjutkan perang.
Militer Israel mengatakan pada hari Selasa dalam sebuah pernyataan di media sosial bahwa rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi.
Pada hari Rabu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Israel dalam pidatonya di televisi bahwa kelompok militan tersebut akan berperang “tanpa aturan dan tanpa garis merah jika perang pecah.
Faktor Fundamental
Harga minyak menguat pada April ke level tertinggi tahunan karena anggota OPEC yaitu Iran dan Israel hampir berperang.
Para pedagang mengalihkan fokus kembali ke fundamental pasar setelah ketegangan mereda, menghilangkan premi risiko yang telah mengangkat harga minyak mentah berjangka.
“Meskipun banyak pelaku pasar menganggap konflik ini sebagai hal yang tidak penting, kami terus memperingatkan bahwa konfrontasi Israel-Hizbullah dapat menjadi pemicu keterlibatan langsung Iran dalam perang tersebut, mengingat dukungan kuat Teheran terhadap proksi bersenjatanya yang paling penting,” jelas kepala analis RBC Capital Markets Helima Croft.
Advertisement