Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah terbatas pada perdagangan Jumat (15/2/2025). Pergerakan harga minyak itu seiring prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina yang dapat meredakan gangguan pasokan global dengan mengakhiri sanksi terhadap Moskow. Namun kerugian dibatasi oleh penundaan tarif timbal balik langsung Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Sabtu (15/2/2025), harga minyak Brent ditutup turun 28 sen atau 0,37 persen menjadi USD 74,74 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup merosot 55 sen atau 0,77 persen ke posisi USD 70,74. Kedua kontrak berbeda di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 1 persen.
Baca Juga
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pejabat Amerika Serikat (AS) pekan ini untuk memulai pembicaraan tentang mengakhiri perang di Ukraina setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan keinginan untuk perdamaian dalam panggilan telepon terpisah.
Advertisement
Adapun menghapus sanksi terhadap Moskow jika terjadi kesepakatan damai akan meningkatkan pasokan energi global. Dalam laporan pasar minyak terbaru Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan ekspor minyak Rusia dapat dipertahankan jika solusi untuk paket sanksi AS terbaru ditemukan.
Pada pekan ini, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pejabat perdagangan dan ekonomi untuk mempelajari tarif timbal balik terhadap negara-negara yang mengenakan tarif pada barang-barang AS dan mengembalikan rekomendasi paling lambat 1 April.
"Perkembangan positif di bidang perdagangan mengingat penundaan tarif AS membuka jalan bagi pemulihan harga minyak pagi ini, karena lingkungan risiko menghangat terhadap prospek tercapainya konsensus perdagangan lebih lanjut,” ujar IG Market Strategist Yean Jun Rong.
Permintaan Minyak Global
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga membatasi kerugian. Dalam sebuah wawancara, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuturkan, AS dapat memberikan tekanan ekonomi maksimal kepada Iran.
Donald Trump telah mendorong ekspor minyak Iran mendekati nol selama masa jabatan pertamanya setelah memberlakukan kembali sanksi.
Permintaan minyak global telah melonjak menjadi 103,4 juta barel per hari (bph), naik 1,4 juta bph dari tahun sebelumnya, kata analis JPMorgan pada hari Jumat.
“Permintaan yang awalnya lesu untuk bahan bakar mobilitas dan pemanas meningkat pada minggu kedua Februari, yang menunjukkan kesenjangan antara permintaan aktual dan yang diproyeksikan akan segera menyempit,” kata bank tersebut.
Advertisement
Harga Minyak Melemah Terbatas Dipicu Tarif Dagang Donald Trump
Sebelumnya, harga minyak stabil pada perdagangan Kamis, 13 Februari 2025. Harga minyak memangkas koreksi lebih dari 1 persen pada awal sesi perdagangan. Pergerakan harga minyak seiring potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina terus memberikan tekanan ke bawah tetapi harapan tentang jeda tarif baru AS memicu optimisme.
Mengutip CNBC, Jumat (14/2/2025), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 16 sen atau 0,21 persen ke posisi USD 75,02 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (harga minyak WTI) ditutup susut 8 sen atau 0,11 persen menjadi USD 71,29.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, Presiden AS Donald Trump berencana mengumumkan tarif timbal balik pada Kamis pekan ini yang dapat ditujukan pada setiap negara yang mengenakan bea atas impor AS.
Namun, pelaku pasar mengatakan memahami jeda penerapan tarif akan memungkinkan negosiasi hingga kuartal kedua.
"Kami melihat pemulihan besar dalam harga tarif yang tidak akan berlaku hingga April. Itu akan memberi waktu untuk negosiasi,” ujar Analis Senior Price Future Group, Phil Flynn.
Harga minyak Brent dan WTI telah turun lebih dari 2 persen pada perdagangan Rabu, 12 Februari 2025 setelah Donald Trump menuturkan, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy ingin berdamai. Donald Trump pun memerintahkan pejabat AS untuk memulai pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Penurunan harga minyak selama 24 jam terakhir tampaknya didorong oleh perubahan dari kekhawatiran pasokan menjadi pasokan yang cukup," ujar Analis UBS Giovanni Staunovo.
Ia menambahkan, beberapa pelaku pasar berharap peningkatan ekspor energi Rusia.
Ekspor minyak Rusia dapat dipertahankan jika solusi untuk paket sanksi AS terbaru ditemukan setelah produksi minyak mentah Rusia sedikit naik bulan lalu. Demikian disampaikan Badan Energi Internasional atau the International Energy Agency (IEA).
Persediaan Minyak Mentah di AS
Analis PVM John Evans menuturkan, berita Ukraina dan data persediaan minyak pada Rabu pekan ini mengimbangi inflasi AS yang lebih tinggi yang dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) untuk mengambil pendekatan hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga pada 2025.
Adapun Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan sanksi yang dijatuhkan pada ekspor minyak mentahnya setelah invasi ke Ukraina hampir tiga tahun lalu telah mendukung harga lebih tinggi.
Analis ANZ mengatakan pada Kamis kalau harga minyak turun karena berita tentang potensi perundingan damai karena "optimisme bahwa risiko terhadap pasokan minyak mentah akan berkurang", merujuk pada sanksi AS dan UE.
Meningkatnya persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen minyak mentah terbesar di dunia, juga membebani pasar. Stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu, data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada Rabu.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)