Erick Thohir Sebut Gen Z Indonesia Masih Bergantung ke Orang Tua

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut banyak kalangan Gen Z masih bergantung kepada orang tuanya. Sementara itu, kalangan serupa di luar negeri sudah bisa memiliki tumpuan ekonomi sendiri.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 10 Jul 2024, 17:15 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2024, 17:15 WIB
Kejaksaan Agung Serahkan Aset Perkara Jiwasraya dan Asabri ke Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) bersama Jaksa Agung ST Burhanuddin (kiri) saat menyampaikan keterangan usai pertemuan terkait penyerahan pengelolaan aset perkara Jiwasraya dan Asabri dari Kejaksaan Agung kepada Kementerian BUMN di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, Senin (6/3/2023). Dalam pertemuan tersebut, Erick Thohir mengungkapkan ada penemuan kasus baru untuk diproses dan diselidiki oleh Kejaksaan Agung. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir menyebut banyak kalangan Gen Z masih bergantung kepada orang tuanya. Sementara itu, kalangan serupa di luar negeri sudah bisa memiliki tumpuan ekonomi sendiri.

Erick Thohirmenyampaikan Gen Z di luar negeri sudah bergerak menjadi pengusaha-pengusaha baru. Ini berkaitan dengan adanya pemerataan pendapatan di tiap generasi.

"Dari data-data kita bisa lihat Gen Z yang hari ini comparable dengan yang ada di luar negeri. Gen Z yang di luar negeri itu sudah bisa menopang hidup ekonominya sendiri, bahkan banyak yang menjadi pengusaha-pengusaha baru," ujar Erick dalam peluncuran TikTok-PosAja! Creator House di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

"Nah, di Indonesia kita bisa lihat Gen Z kita masih tergantung dengan orang tua," imbuhnya.

Erick pun melihat adanya solusi yang bisa dilakukan. Misalnya melalui investasi yang dilakukan, baik oleh BUMN maupun perusahaan swasta.

Dia menginginkan perusahaan swasta atau investor asing tidak setengah hati dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Harapannya, itu bisa berdampak pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat, termasuk Gen Z yang disinggung sebelumnya.

"Nah, inilah yang tadi saya sampaikan, kami dari BUMN, dan saya juga mengetuk private sector atau foreign investment yang percaya market Indonesia, jangan setengah-setengah berinvestasi di Indonesia, apalagi membandingkan Indonesia dengan Thailand, Malaysia, Singapura, salah besar," tegas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Hanya Jadi Pasar

Konferensi Pers Erick Thohir Mengenai Piala Dunia U-17 2023
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir memberikan keterangan kepada media saat konferensi pers mengenai Piala Dunia U-17 2023 di Menara Danareksa, Jakarta, Sabtu (24/06/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Lebih lanjut Erick menegaskan Indonesia tak ingin hanya dipandang sebagai pasar. Tapi, dia ingin ada investasi nyata yang masuk dan bisa berdampak, melihat adanya peluang pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun kedepan.

"Kita ini sudah jadi ekonomi terbesar, dan saya meminta swasta investasi asing, kalau berinvestasi di Thailand satu, ya di Indonesia mesti tiga. Jangan hanya Indonesia dijadikan market saja, lalu investasi dibawa ke luar negeri, lalu diinvestasiin negara lain. Lebih baik jangan," urainya.

Dia mengatakan, Indonesia tidak anti terhadap investasi asing. Satu tujuannya adalah menghadirkan investasi yang sehat di dalam negeri.

"Kita tidak anti-investment, tapi kita mau alih komitmen investasi yang sehat untuk Indonesia, sehingga kita bisa memastikan pembukaan lapangan pekerjaan bisa terjamin, tumbuhnya pengusaha-pengusaha UMKM yang baru," pungkasnya.

 


Colek Bos TikTok

Erick Thohir
Ketua PSSI, Erick Thohir. (Bola.com/Alit Binawan)

Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menguraikan potensi ekonomi digital Indonesia menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Untuk itu, dia turut menyinggung bos perusahaan teknologi, seperti TikTok untuk meningkatkan investasinya.

Erick mencatat, potensi ekonomi sigital Indonesia bisa tembus hingga Rp 4.500 triliun di 2030 mendatang. Dia juga enggan Indonesia dibandingkan dengan Thailand maupun Vietnam.

"Nah, tadi saya bilang Indonesia is the bigest economy in Asia Tenggara, and we will the bigest economy in the world. Saya berharap TikTok jangan jadi stranger untuk Indonesia, karena tadi potensi of economy-nya kalau TikTok bilang ‘oh di Bangkok ada, di Vietnam ada’ di Indonesia harus lebih, karena Indonesia bukan Thailand, bukan Vietnam," ungkap Erick dalam peluncuran TikTok-PosAja! Creator House di kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Dia mengingkan TikTok menanamkan investasi lebih banyak dari negara lain. Lantaran potensi ekonomi digital yang diprediksi semakin meningkat hingha 2045 mendatang.

"Jadi tolong sampaikan bos TikTok, saya sudah pernah ketemu semua, jangan jadi stranger di Indoensia. Karena apa? Tadi potensi ekonominya jauh lebih besar dari yang lain. Jadi kalau yang lain kasih 1, Indonesia harus kasih 4, nah gitu," pintanya.

Erick menegaskan, hal tersebut bisa menjadi upaya untuk mengerek pertumbuhan ekonomi nasional bersama-sama. Bukan cuma bagi Indonesia, tapi juga ada manfaat bagi investor.

"Karena kenapa? Tadi kita ingin membangun yang namanya pertumbuhan ekonomi bersama ya, dan jadi win-win," tegas dia.

 


Bukan Cuma TikTok

Menteri BUMN Erick Thohir dalam peluncuran TikTok-PosAja! Creator House, di Kota Tua, Jakarta, Rabu (10/7/2024)
Menteri BUMN Erick Thohir dalam peluncuran TikTok-PosAja! Creator House, di Kota Tua, Jakarta, Rabu (10/7/2024) (dok; Arief)

Lebih lanjut, Erick mengatakan penambahan investasi itu tak hanya diminta kepada TikTok. Tapi juga berlaku bagi semua investor asing yang berencana menanamkan modalnya di Indonesia.

"Enggak, yang saya bilang bukan hanya buat TikTok. Dengan semua investasi yang ada di Indonesia, jangan jadi stranger di Indonesia," ujarnya.

"Karena tadi marketnya kita paling gede, jadi kalau mereka taruh di negara lain satu, di kita cuma satu, padahal uangnya dari Indonesia, ya tentu saya keberatan," imbuhnya.

Erick menyebut, jika investor meyakini pasar Indonesia, maka harus membangun ekosistem usaha juga di dalam negeri. Dia enggan investor membangun pabrik di luar negeri tapi mengirim barangnya ke Indonesia.

"Itu yang saya mendorong, kalau percaya market Indonesia, jangan juga bandingkan Indonesia dengan negara lain. Jadi kalau tadi banyak yang bikin pabrik di luar ngeri, ya barangnya nggak usah masuk ke Indonesia. Nah, kalau bikin di sini. karena marketnya kita gede, jadi kita bukan arogansi, kan kita melihat dari pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya