Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung mengungkapkan tugas khusus yang diembannya. Yakni, mengejar target investasi dan memuluskan transisi ke pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Diketahui, Yuliot Tanjung dilantik menempati jabatannya hanya berselang sekitar 3 bulan sebelum masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selesai di Oktober 2024 nanti. Dia bilang, kesempatan ini digunakan untuk mengejar target investasi Rp 1.650 triliun sepanjang tahun.
"Tugas khususnya memastikan untuk Rp 1.650 triliun itu bisa tercapai dan bagaimana kedepan pertumbuhan ekonomi dari investasi bisa tercapai. Jadi dari 2 sisi, yang sekarang dan yang ke depan," ungkap Yuliot, di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, dikutip Selasa (30/7/2024).
Advertisement
Dia menyebut, seiring dengan target investasu tadi, ada upaya memastikan penanaman modal itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tahun ini dibidik mencapai 5 persen, sementara itu, target Prabowo-Gibran mencapai 8 persen.
"Kemudian kita juga harus konsoldiasi karena target pertumbuhan yang ada sekarang kan 5 persen. Sedangkan untuk kita kejar pertumbuhan mendekati 8 persen kan motor utamanya itu adalah investasi," jelasnya.
Guna mengejar hal tersebut, Yuliot bakal memetakan berbagai aspek. Mulai dari regulasi yang mengatur investasi, hingga berbagai kemudahan bagi calon investor.
"Kita harus melihat dan konsolidasikan apa-apa saja sektor yang berikan kontribusi besar, lalu dari sisi kebijakan dan insentifnya bagaimana. Itu juga bagian dari pekerjaan kami untuk bagaimana ke depan mengantarkan investasi bisa tumbuh mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen," bebernya.
Â
Gibran Soroti Regulasi
Sebelumnya, Wakil Presiden Terpilih, Gibran Rakabuming Raka menyambangi kantor Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ada sejumlah hal yang dibahas, termasuk soal regulasi atau aturan yang dinilai menghambat investasi.
Diketahui, Gibran bertemu langsung dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia. Menurut Gibran, ada yang perlu lebih diperkuat lagi kedepannya.
"Harus ada improvement, tadi kan saya bicara masalah regulasi dan lain-lain, banyak yang perlu digenjot," ungkap Gibran di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (29/7/2024).
Dia mengatakan, beberapa hal yang dibahas dengan Menteri Bahlil adalah soal mendorong tingkat produksi atau lifting minyak bumi di Indonesia. Dia turut menyinggung soal aturan yang dinilainya masih menghambat investasi masuk ke Indonesia.
Di sisi lain, dia juga meminta sektor investasi ini tak melupakan UMKM Tanah Air. Menurut informasi, Gibran tiba di Kantor BKPM sekitar pukul 9.00 WIB, kemudian dia meninggalkan tempat itu sekitar 10.40 WIB.
"Tadi kita bicara masalah lifting minyak dan lain-lain, lalu masalah regulasi-regulasi yang masih sedikit memperlambat investasi tapi sudah di follow up oleh pak Menteri dan yang paling penting ini jangan melupakan UMKM," tuturnya.
Soal regulasi tadi, dia mengaku telah menyambangi kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sebelumnya. Pada lawatan itu, disinggung soal regulasi investasi sektor digital.
"Kan kemarin kita ke Kementerian Kominfo itu ada beberapa regulasi juga yang mungkin memperlambat investasi digital kedepan harus ditindaklanjuti," paparnya.
Â
Advertisement
Hilirisasi Hingga UMKM
Anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini menyampaikan sejumlah poin yang jadi perhatian untuk lebih diperhatikan lagi kedepannya. Pada aspek investasi ini, Gibran menyoroti juga soal hilirisasi nikel yang dinilai sukses, serta bakal diperluas ke komoditas mineral lainnya.
"Ada beberapa sektoe yang memang perlu digenjot tapi saya sudah bilang masalah lifting minyak, lalu masalah hilirisasi, itu kan sering saya sampaikan di masa debat kampanye, tembaga ke bauksit, nikel yang udah jalan sekarang dan sudah terbukti meningkatkan pendapatan negara," ujarnya.
"Sekali lagi jangan melupakan UMKM dan juga regulasi-regulasi yang masih emmperlambat investasi ini perlu dikejar lagi," sambung Gibran Rakabuming Raka.