Cara Pabrikan Rokok Bantu Tekan Emisi Karbon

PT Bentoel Prima atau yang lebih dikenal sebagai Bentoel Group berkomitmen untuk mengimplementasikan prinsip ESG dalam setiap program dan seluruh bagian operasionalnya. Di bidang lingkungan, perusahaan fokus dalam upaya penurunan emisi karbon, manajemen pengelolaan limbah, hingga konservasi air.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Agu 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 09:30 WIB
Bentoel Group meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap (solar panel) tahap kedua dengan kapasitas 0,8 MW inverter.
Bentoel Group meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap (solar panel) tahap kedua dengan kapasitas 0,8 MW inverter.

Liputan6.com, Jakarta PT Bentoel Prima atau yang lebih dikenal sebagai Bentoel Group berkomitmen untuk mengimplementasikan prinsip ESG dalam setiap program dan seluruh bagian operasionalnya. Di bidang lingkungan, perusahaan fokus dalam upaya penurunan emisi karbon, manajemen pengelolaan limbah, hingga konservasi air.

Sementara dalam lingkup sosial, perusahaan turut membantu program pemerintah dalam peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Sederet program ESG yang dilaksanakan oleh Bentoel Group sebagian terkonsentrasi di Malang, Jawa Timur yang merupakan area operasional pabrik Bentoel Group yang menjadi export hub untuk bagi BAT Group. 

Salah satunya, dalam rangka memperingati Hari Sungai Nasional yang jatuh pada tanggal 27 Juli, Bentoel Group melaksanakan program penanaman pohon dan pembersihan sungai di area Sungai Kalimewek, Kota Malang.

"Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, kami ingin bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk menciptakan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat," kata Head of Sustainability Bentoel Group, Eva Sulistiawaty dikutip Sabtu (3/8/2024).

Kegiatan ini menjadi bagian dari agenda ESG perusahaan dalam upaya mendapatkan sertifikasi Alliance for Water Stewardship (AWS). Bekerjasama dengan Bantuan Sosial dan Komunikasi Masyarakat (BASKOMAS) dan didukung oleh Pemerintah Kota Malang, Bentoel Group menanam 500 bibit pohon di wilayah IWRA (Important Water-Related Area), diharapkan dapat melestarikan sumber air bagi wilayah resapan air di Malang Raya.

Keberlanjutan

Eva juga menuturkan bahwa inisiatif  Bentoel Group dalam bidang keberlanjutan akan terus berlanjut sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam memastikan keberlanjutan bisnis yang menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.

“Komitmen kami dalam bidang keberlanjutan akan terus kami jaga. Kami fokus untuk melakukan akselerasi keberlanjutan melalui kolaborasi antara komunitas, pelaku usaha, dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan di Indonesia,” tegas Eva.

Bentoel Group pun nkembali sukses meraih penghargaan Piala Penghargaan Khusus untuk Sektor Barang Konsumen Primer atas komitmennya dalam menerapkan prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG).

“Penghargaan ini adalah yang ketiga bagi kami setelah sebelumnya kami memperoleh Sustainability Awards selama dua tahun berturut-turut. Pengakuan ini menjadi bukti komitmen Bentoel Group dalam menempatkan ESG sebagai bagian terdepan dan terpenting di seluruh aspek bisnis kami," tutup dia.

 

Menko Luhut Kebut Aturan Turunan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan usai peresmian operasional Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jumat, (26/7/2024). (Gagas/Liputan6.com)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan usai peresmian operasional Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jumat, (26/7/2024). (Gagas/Liputan6.com)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tengah menyiapkan aturan turunan mengenai kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) di Indonesia. Tujuannya, memberikan kepastian hukum bagi kemudahan investasi di sektor ini.

Dia mengatakan, teknologi CCS di Indonesia akan matang sekitar 2027 atau 3 tahun dari saat ini. Guna mengejar implementasinya, perlu disiapkan berbagai regulasi. Menyusul terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyiapan Karbon.

"Itu menunjukkan komitmen dan keseriusan kami dalam mengimplementasikan teknologi ini sebagai bagian dari inisiatif dekarbonisasi," ungkap Menko Luhut dalam International and Indonesia CCS Forum 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (31/7/2024).Dia menjelaskan, sejumlah aturan turunan akan disusun untuk mendukung implementasinya nanti. Misalnya, aturan soal area injeksi karbon yang akan disusun oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.

Kemudian, izin investasi yang diatur Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Serta standar implementasi CCS yang diatur Badan Standardisasi Nasional.

"Kami memahami bahwa CCS membutuhkan dukungan dari banyak kantor di Indonesia, itulah sebabnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan memimpin pasukan implementasi CCS di Indonesia untuk mempercepat peraturan derivatif yang diperlukan," tegasnya.

Tantangan

Menko Luhut mengakui dalam pengalaman di pemerintahan, terkadang ditemukan satu aturan yang berbenturan dengan aturan lainnya. Maka diperlukan adanya langkah sinkronisasi agar aturan tersebut selaran.

"Saya mengerti juga pengalaman saya 10 tahun terakhir dalam pemerintahan. Kadang-kadang satu peraturan berseberangan terhadap peraturan lain. Jadi, kami ingin menyelaraskan peraturan yang paling mudah untuk investasi di Indonesia," tutur Luhut.

 

Bidik 15 Proyek CCS-CCUS di 2030

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan  menghadiri Marine Spatial Planning and Expo Service 2023, di Pullman Central Park, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Menko Luhut angkat bicara soal Rempang. (Tira/Liputan6.com)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menghadiri Marine Spatial Planning and Expo Service 2023, di Pullman Central Park, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Menko Luhut angkat bicara soal Rempang. (Tira/Liputan6.com)

Sebelumnya, Indonesia terus berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca, salah satunya dari sektor energi, melalui pengembangan energi terbarukan, implementasi konservasi energi, maupun penerapan teknologi bersih.

Salah satu upaya yang ditempuh dalam penerapan teknologi bersih adalah pengembangan dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage dan Carbon Capture Utilisation and Storage (CCS/CCUS).

"Saat ini, Indonesia memiliki total sekitar 15 proyek potensial CCS/CCUS dengan target onstream tahun 2026 - 2030. Dua cekungan yang sedang didorong Pemerintah untuk dijadikan CCS Hub di wilayah Asia Timur dan Australia yaitu cekungan Sunda Asri dan cekungan Bintuni," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto saat Oil and Gas Session pada pertemuan Indonesia - Norway Bilateral Energy Consultation (INBEC) di Hotel Pullman Jakarta, Senin, 1 Juli 2024, seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (2/7/2024).

Indonesia dikenal memiliki cekungan sedimen terbesar di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki potensi sumber daya penyimpanan karbon di 20 cekungan dengan kapasitas 573 Giga ton Saline Aquifer dan 4,8 Giga Ton depleted oil and gas reservoir yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya