Harga Minyak Hari Ini Naik ke USD 75 per Barel, Apa Sebabnya?

Kontrak berjangka minyak mentah AS pada hari Rabu bangkit kembali dari level terendah enam bulan

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 08 Agu 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Kontrak berjangka minyak mentah AS pada hari Rabu bangkit kembali dari level terendah enam bulan karena persediaan minyak mentah turun dan ketegangan tetap tinggi di Timur Tengah.

Persediaan minyak mentah di AS turun sebesar 3,7 juta barel minggu lalu, sementara persediaan bensin naik sebesar 1,3 juta barel, menurut Administrasi Informasi Energi.

Harga minyak ditutup lebih tinggi pada hari Rabu meskipun reli pasar saham terhenti.

Daftar Harga Energi

Berikut adalah harga penutupan energi, dikutip dari CNBC, Kamis (8/8/2024):

  • West Texas Intermediate
    • Kontrak September: USD 75,23 per barel, naik USD 2,03, atau 2,77%. Sejak awal tahun, minyak mentah AS telah naik sekitar 5%.
  • Brent:
    • Kontrak Oktober: USD 78,33 per barel, naik USD 1,85, atau 2,42%. Sejak awal tahun, patokan global naik sekitar 1,67%.
  • RBOB Gasoline:
    • Kontrak September: USD 2,35 per galon, naik hampir 3 sen, atau 1,34%. Sejak awal tahun, bensin naik 12%.
  • Gas Alam:
    • Kontrak September: USD 2,11 per seribu kaki kubik, naik 10 sen, atau 5,07%. Sejak awal tahun, gas turun sekitar 16%.

Ketakutan akan resesi telah menekan pasar minyak, tetapi ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan pemotongan produksi yang sedang berlangsung oleh OPEC+ telah memberikan dasar bagi harga.

 

Prediksi Harga Minyak

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Menurut catatan Goldman Sachs minggu ini, Brent harus mempertahankan dasar USD 75 per barel dan akan mendapatkan dukungan karena risiko resesi terbatas dan permintaan minyak tetap kuat di Barat dan solid di India.

Israel telah bersiap untuk serangan yang diharapkan dari Iran setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu.

Pejabat Gedung Putih mengatakan kepada The Washington Post bahwa Iran mungkin sedang mempertimbangkan kembali serangan besar terhadap Israel di tengah tekanan diplomatik dan pengiriman aset militer AS ke wilayah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya