Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 1 persen pada Kamis, 8 Agustus 2024 hingga menyentuh posisi USD 76 per barel. Kenaikan harga minyak seiring data tenaga yang positif meredakan kekhawatiran resesi dan ketegangan Timur Tengah yang memanas mendorong kenaikan harga minyak.
Mengutip CNBC, Jumat (9/8/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kembali naik setelah persediaan minyak mentah turun selama enam minggu berturut-turut. Data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang mungkin menandakan permintaan positif, untuk sementara waktu menutupi kekhawatiran resesi yang mendorong harga minyak mentah AS ke posisi terendah dalam enam minggu pada awal pekan ini.
Baca Juga
Klaim pengangguran mingguan turun menjadi 233.000 pada minggu yang berakhir 3 Agustus 2024, menurut Departemen Tenaga Kerja pada Kamis pekan ini. Klaim itu turun 17.000 dibandingkan minggu sebelumnya dan di bawah angka yang diharapkan di wall street.
Advertisement
Pasar minyak sekarang menanti untuk melihat apakah Iran akan menindaklanjuti ancamannya untuk menyerang Israel setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada pekan lalu.
Berikut penutupan harga energi pada Kamis pekan ini:
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September tercatat USD 76,19 per barel, naik 96 sen atau 1,28 persen. Sejak awal tahun, harga minyak AS melonjak 6,34 persen.
- Harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober tercatat USD 79,16 per barel, menguat 83 sen atau 1,06 persen. Sejak awal tahun, harga minyak global ini bertambah 2,75 persen.
- Harga bensin RBOB untuk kontrak September tercatat USD 2,39 per gallon, naik 4 sen atau 1,78 persen. Sejak awal tahun, harga bensin sudah naik 14,1 persen.
- Harga gas alam untuk kontrak September tercatat USD 2,12 per ribuan kaki kubik atau bertambah 1 sen atau 0,71 persen. Sejak awal tahun, harga gas alam sudah merosot 15,39 persen.
Sentimen Timur Tengah
Beberapa maskapai internasional telah membatalkan penerbangan ke Israel karena ketegangan di kawasan itu semakin memanas.
“Minyak terus menjadi cerita yang menarik untuk risiko geopolitik,” ujar Analis Strategas, Ryan Grabinski.
Ia menambahkan, terlepas dari konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah terutama dengan Iran dan Israel, tidak ada gangguan yang berarti terhadap aliran minyak mentah di kawasan itu.
Advertisement
Harga Minyak Naik ke USD 75 per Barel, Apa Sebabnya?
Sebelumnya, kontrak berjangka minyak mentah AS pada hari Rabu bangkit kembali dari level terendah enam bulan karena persediaan minyak mentah turun dan ketegangan tetap tinggi di Timur Tengah.
Persediaan minyak mentah di AS turun sebesar 3,7 juta barel minggu lalu, sementara persediaan bensin naik sebesar 1,3 juta barel, menurut Administrasi Informasi Energi.
Harga minyak ditutup lebih tinggi pada hari Rabu meskipun reli pasar saham terhenti. Daftar Harga Energi
Berikut adalah harga penutupan energi, dikutip dari CNBC, Kamis (8/8/2024):
West Texas Intermediate:
Kontrak September: USD 75,23 per barel, naik USD 2,03, atau 2,77%. Sejak awal tahun, minyak mentah AS telah naik sekitar 5%.
Brent:
Kontrak Oktober: USD 78,33 per barel, naik USD 1,85, atau 2,42%. Sejak awal tahun, patokan global naik sekitar 1,67%.
RBOB Gasoline:
Kontrak September: USD 2,35 per galon, naik hampir 3 sen, atau 1,34%. Sejak awal tahun, bensin naik 12%.
Gas Alam:
Kontrak September: USD 2,11 per seribu kaki kubik, naik 10 sen, atau 5,07%. Sejak awal tahun, gas turun sekitar 16%.
Ketakutan akan resesi telah menekan pasar minyak, tetapi ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dan pemotongan produksi yang sedang berlangsung oleh OPEC+ telah memberikan dasar bagi harga.
Prediksi Harga Minyak
Menurut catatan Goldman Sachs minggu ini, Brent harus mempertahankan dasar USD 75 per barel dan akan mendapatkan dukungan karena risiko resesi terbatas dan permintaan minyak tetap kuat di Barat dan solid di India.
Israel telah bersiap untuk serangan yang diharapkan dari Iran setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu.
Pejabat Gedung Putih mengatakan kepada The Washington Post bahwa Iran mungkin sedang mempertimbangkan kembali serangan besar terhadap Israel di tengah tekanan diplomatik dan pengiriman aset militer AS ke wilayah tersebut.
Advertisement