Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Jumat, 17 Januari 2025. Akan tetapi, harga minyak membukukan kenaikan selama empat minggu berturut-turut. Hal ini karena sanksi terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap perdagangan energi Rusia menambah kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak.
Mengutip CNBC, Sabtu (18/1/2025), harga minyak mentah Brent turun 50 sen atau 0,6 persen menjadi USD 80,79 per barel. Namun, harga minyak Brent naik 1,3 persen pada pekan ini. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 80 sen atau 1 persen menjadi USD 77,88 per barel, setelah naik 1,7 persen selama sepekan.
Advertisement
Baca Juga
"Sanksi terhadap Rusia menyebabkan ketatnya pasokan di Eropa, India, dan China,” ujar Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.
Advertisement
Adapun Pemerintah Joe Biden mengumumkan sanksi yang lebih luas pekan lalu yang menargetkan produsen minyak dan kapal tanker Rusia.
Investor juga menilai implikasi potensial dari kembalinya Presiden Terpilih AS Donald Trump ke Gedung Putih pada Senin pekan depan. Pemerintahan Trump ke depan juga siap untuk menjatuhkan sanksi lebih keras ke Rusia terkait minyak.
Di sisi lain, spekulan menaikkan posisi gabungan kontrak berjangka dan opsi di New York dan London sebesar 8.038 kontrak menjadi 215.193.
Namun, hal yang bebani harga minyak adalah harapan penghentian serangan oleh milisi Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah setelah kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Serangan Houthi telah menganggu pengiriman global, memaksa kapal melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika Selatan selama lebih dari setahun.
Adapun harapan peningkatan permintaan memberikan sedikit dukungan pada pasar minyak pada Jumat sebelumnya. Data pekan ini menunjukkan inflasi mereda di Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia yang memperkuat harapan penurunan suku bunga.
Data Ekonomi China Jadi Perhatian
Pelaku pasar juga menilai data terbaru dari China, importir minyak terbesar di dunua. Ekonomi China memenuhi ambisi pemerintah untuk pertumbuhan 5 persen tahun lalu.
Namun, produksi kilang minyak China pada 2024 turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade kecuali tahun pandemi 2022. Hal itu ditunjukkan data pemerintah pada Jumat pekan ini. Hal tersebut karena pabrik-pabrik mengurangi operasi sebagai respons terhadap permintaan bahan bakar yang stagnan dan margin yang tertekan.
Sementara itu, jumlah rig minyak AS, indikator produksi masa depan, turun dua menjadi 478 minggu ini, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Hembusan udara Arktik akan menyelimuti sebagian besar Amerika Serikat dengan suhu di bawah titik beku mulai Jumat hingga minggu depan, dan akan meningkatkan permintaan minyak pemanas. Hal itu kemungkinan akan memengaruhi beberapa operasi produksi.
Advertisement
Harga Minyak Tergelincir Usai Houthi Bakal Hentikan Serangan
Sebelumnya, harga minyak turun pada Kamis, 16 Januari 2025. Koreksi harga minyak terjadi seiring milisi Houthi Yaman akan hentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Selain itu, investor juga mencermati data penjualan eceran Amerika Serikat (AS) yang kuat. Demikian mengutip dari Yahoo Finance, Jumat (17/1/2025).
Harga minyak Brent berjangka ditutup melemah 74 sen atau 0,9 persen ke posisi USD 81,29 per barel, setelah naik 2,6 persen pada sesi sebelumnya ke harga tertinggi sejak 26 Juli.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot USD 1,36 atau 1,7 persen menjadi USD 78,68 per barel, usai naik 3,3 persen pada Rabu ke level tertinggi sejak 19 Juli. Harga minyak mentah AS turun lebih dari USD 2 pada beberapa waktu selama sesi tersebut.
Sementara itu, pejabat keamanan maritim memperkirakan milisi Houthi akan mengumumkan serangannya terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Hal ini setelah kesepakatan gencatan senjata dalam perang di Gaza antara Israel dan kelompok militant Palestina Hamas.
Serangan tersebut telah menganggu pengiriman global, dan memaksa perusahaan untuk melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika Selatan selama lebih dari setahun.
"Perkembangan Houthi dan gencatan senjata di Gaza membantu kawasan tersebut tetap tenang, mengurangi sebagian premi keamanan dari harga minyak,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.
“Ini semua tentang aliran minyak,” Kilduff menambahkan.
Namun, investor tetap berhati-hati karena pemimpin Houthi mengatakan kelompoknya akan memantau penerapan kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan serangannya terhadap kapal atau Israel jika kesepakatan itu dilanggar.
"Gencatan senjata di Jalur Gaza akan dimulai pada Minggu sesuai rencana, meskipun negosiator perlu menyelesaikan "masalah yang belum terselesaikan," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Data Ekonomi AS
Sebelumnya pada Kamis, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel AS meningkat pada Desember. Hal ini seiring rumah tangga membeli lebih banyak kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya, yang menunjukkan permintaan yang kuat dalam perekonomian.
Harga minyak mentah berjangka AS memperpanjang kerugian setelah investor menafsirkan data tersebut sebagai penguatan pendekatan hati-hati Federal Reserve (the Fed) untuk memangkas suku bunga tahun ini.
Namun, harga kembali menguat setelah Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan inflasi kemungkinan akan terus mereda dan mungkin memungkinkan bank sentral AS memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.
"Komentar Waller benar-benar mengimbangi data ekonomi pagi ini, dalam hal membuatnya tampak seperti ada ruang bagi Fed untuk memangkas," kata Kilduff dari Again Capital.
Suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Advertisement