Trump Tekan OPEC, Harga Minyak Jadi Makin Murah

Harga minyak turun pada pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Jan 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2025, 11:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Harga minyak mentah Brent berjangka naik 21 sen atau 0,27% ditutup pada USD 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4 sen atau 0,05% dan ditutup pada USD 74,66 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada perdagangan hari Jumat tetapi jika dihitung dalam sepekan ini harga minyak mengalami penurunan. Pelemahan harga minyak pada pekan ini menghentikan kenaikan dalam empat minggu berturut-turut.

Harga minyak turun pada pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

Mengutip CNBC, Sabtu (25/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik 21 sen atau 0,27% ditutup pada USD 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4 sen atau 0,05% dan ditutup pada USD 74,66 per barel.

Harga minyak Brent telah kehilangan 2,83% sepanjang minggu ini dan harga minyak WTI turun 4,13%.

Donald Trump pada hari Jumat menegaskan kembali seruannya kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas harga minyak guna merugikan keuangan Rusia yang kaya minyak dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.

"Salah satu cara untuk menghentikannya dengan cepat adalah dengan meminta OPEC berhenti menghasilkan begitu banyak uang dan menurunkan harga minyak. Perang itu akan segera berhenti," kata Trump saat ia mendarat di North Carolina untuk melihat kerusakan akibat badai.

Analis StoneX Alex Hodes dalam sebuah catatan pada hari Jumat menuliskan bahwa ancaman sanksi keras AS terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, dapat merusak tujuan Trump untuk menurunkan biaya energi.

"Trump mengetahui hal ini dan telah menekan OPEC untuk menutupi kekosongan yang akan ditimbulkannya," kata Hodes.

Pada hari Kamis, Trump mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia bahwa ia akan menuntut OPEC dan pemimpin de facto-nya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak mentah.

OPEC+, yang di dalamnya ada Rusia, belum bereaks., Delegasi dari kelompok tersebut memastikan bahwa kesepakatan yang ada saat ini adalah untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April 2025.

"Saya tidak benar-benar berharap OPEC akan mengubah kebijakan kecuali ada perubahan fundamental," kata analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.

"Pasar akan relatif tenang sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan sanksi dan tarif."

 

 

 

Peningkatan Produksi

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Chevron pada Jumat mengatakan akan memulai meningkatkan produksi dengan adanya perluasan ladang minyak raksasa Tengiz senilai USD 48 miliar. Dengan beroperasinya perluasan ladang minyak ini maka akan meningkatkan produksi menjadi sekitar 1% dari pasokan minyak mentah global. Hal ini dapat semakin menekan upaya OPEC dalam beberapa tahun terakhir untuk membatasi produksi.

Trump mengumumkan keadaan darurat energi nasional pada hari Senin, mencabut pembatasan aturan lingkungan pada infrastruktur energi sebagai bagian dari rencananya untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas dalam negeri.

Analis pasar senior Tradu Nikos Tzabouras mengatakan, pembatalan ini dapat mendukung permintaan minyak tetapi berpotensi memperburuk kelebihan pasokan.

Sedangkan Hodes dari StoneX mengatakan bahwa Kebijakan Trump sejauh ini sebagian besar mengikuti prediksi di sisi pasokan, termasuk memangkas birokrasi untuk mendorong pertumbuhan pasokan dalam negeri,

 

Tarif

Presiden AS berjanji pada hari Rabu untuk memukul Uni Eropa dengan tarif dan menaikkan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko. Dia juga mengatakan pemerintahannya sedang mempertimbangkan bea masuk hukuman 10% pada Tiongkok.

Analis IG Yeap Jun Rong menjelaskan, jika kebijakan tarif sudah dijalankan, kehati-hatian kemungkinan akan tetap ada di pasar, mengingat potensi implikasi negatif bagi pertumbuhan global dan prospek permintaan minyak.

Pelaku pasar memperkirakan harga minyak berkisar antara USD 76,50 dan USD 78 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya