Donald Trump Bakal Terapkan Tarif ke Meksiko dan Kanada, Harga Minyak Tergelincir

Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) lesu di tengah ancaman pemberlakuan tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari 2025.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Feb 2025, 08:48 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2025, 08:48 WIB
Donald Trump Bakal Terapkan Tarif ke Meksiko dan Kanada, Harga Minyak Tergelincir
Harga minyak turun pada perdagangan Jumat, 31 Januari 2025. Demikian juga selama sepekan, kinerja harga minyak lesu seiring investor menanti tarif 25 persen oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Kanada dan Meksiko. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Jumat, 31 Januari 2025. Demikian juga selama sepekan, kinerja harga minyak lesu seiring investor menanti tarif 25 persen oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Kanada dan Meksiko yang akan berlaku pada Sabtu, 1 Februari 2025.

Mengutip CNBC, harga minyak Brent pada Maret merosot 11 sen ke posisi USD 76,76 per barel. Harga minyak mentah berjangka bulan kedua yang lebih aktif diperdagangkan turun 31 sen ke posisi USD 75,58.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun 20 sen atau 0,3 persen ke posisi USD 72,53. Selama sepekan, harga minyak Brent dan WTI masing-masing turun 2,1 persen dan 2,9 persen. Hal ini menunjukkan harga minyak turun dalam dua minggu berturut-turut.

Adapun Donald Trump akan memasukkan proses bagi Kanada dan Meksiko untuk mencari pengecualian khusus untuk impor tertentu, menurut sumber kepada Reuters. Sumber juga mengatakan kalau tarif baru akan berlaku pada 1 Maret 2025.

Namun, Gedung Putih mengatakan batas waktu pada Sabtu berlaku dan tidak ada pembaruan tentang pengecualiaan untuk impor tertentu.

Wakil Presiden BOK Financial, Dennis Killer menuturkan, harga minyak mentah terus bergerak seiring pelaku pasar menunggu hasil dari ancaman tarif Donald Trump.

"Minyak mentah Kanada digunakan oleh banyak kilang minyak di Midwest AS dan aliran yang dibatasi kemungkinan akan mendukung harga bahan bakar,” ia menambahkan.

Kanada dan Meksiko adalah dua pengekspor minyak mentah terbesar ke Amerika Serikat, tetapi tidak jelas apakah minyak akan dimasukkan ke dalam tarif. Pada Kamis, Trump menuturkan akan segera memutuskan apakah akan mengecualikan impor minyak dari tarif.

 

 

Kanada Bakal Segera Tanggapi AS

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP... Selengkapnya

Analis Energi Livia Gallarati menuturkan, tarif kemungkinan mengakibatkan pemotongan besar-besaran pada kilang minyak Amerika Serikat.

"Kasus dasar kami adalah jika tarif diumumkan, tarif tersebut akan mencakup masa tenggang untuk negosiasi dan minyak kemungkinan besar pada akhirnya akan dikecualikan dari tarif apa pun,” ujar Gallarati.

Pada Jumat, Perdana Menteri Justin Trudeau menuturkan, Kanada akan segera menanggapi dengan tegas jika Amerika Serikat mengenakan tarif. Ia memperingatkan warga Kanada kalau mungkin hadapi masa-masa sulit.

Pasar juga tengah menanti pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada Senin.

OPEC+ tidak mungkin mengubah rencana untuk menaikkan produksi secara bertahap saat bertemu pada hari Senin, delegasi dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters, meskipun Trump mendesak OPEC dan pemimpin de facto-nya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga.

Sementara itu, jumlah rig minyak AS, indikator produksi masa depan, naik tujuh menjadi 479 minggu ini.

Ancaman Tarif Dagang Donald Trump Batasi Kenaikan Harga Minyak

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)... Selengkapnya

Sebelumnya,  harga minyak naik tipis pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025. Kenaikan harga minyak tertahan oleh ancaman tarif Amerika Serikat (AS) terhadap impor minyak mentah Kanada dan Meksiko yang dapat berlaku akhir pekan ini.

Mengutip CNBC, Jumat (31/1/2025), harga minyak Brent berjangka ditutup menguat 0,4 persen atau 29 sen ke posisi USD 76,87 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS ditutup naik 11 sen atau 0,2 persen ke posisi USD 72,73 per barel.

“Kita semakin dekat dengan tenggat waktu dan orang-orang mulai gelisah,” ujar Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn.

Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan mengenakan tarif 25 persen paling cepat pada Sabtu, 1 Februari 2025 karena ekspor Kanada dan Meksiko ke Amerika Serikat (AS), jika kedua negara itu tidak menghentikan pengiriman fentanyl melintasi perbatasan AS.

Pada Selasa lalu, Gedung Putih kembali menegaskan rencana Trump untuk mengenakan tarif. Sementara pada Rabu, calon presiden untuk mengepalai Departemen Perdagangan mengatakan kedua negara dapat menghindari hal ini jika mereka bertindak cepat untuk menutup perbatasan mereka terhadap fentanil.

Analis IG Tony Sycamore menuturkan, pelaku pasar telah memperhitungkan tarif Donald Trump. “Ini adalah alasan utama mengapa minyak mentah diperdagangkan di tempatnya saat ini,”

Adapun badai musim menghantam permintaan AS pekan lalu, dengan stok minyak mentah di AS naik 3,5 juta barel karena penyulingan memangkas produksi. Analis ptelah perkirakan peningkatan 3,2 juta barel, menurut jajak pendapat Reuters.

Di sisi pasokan, sanksi terbaru AS terhadap Moskow menekan ekspor minyak mentah dari Pelabuhan barat Rusia, yang akan turun 8 persen pada Februari dari rencana Januari. Hal ini seiring Rusia meningkatkan penyulingan, menurut pelaku pasar dan perhitungan Reuters.

Menanti Pertemuan OPEC

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Investor juga menantikan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang disebut OPEC+, yang dijadwalkan pada 3 Februari.

Kelompok tersebut akan membahas upaya Trump untuk meningkatkan produksi minyak AS dan mengambil sikap bersama terkait masalah tersebut, Kazakhstan mengatakan itu pada Rabu.

Trump telah meminta OPEC dan anggota utamanya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak, dengan mengatakan hal itu akan mengakhiri konflik di Ukraina. Ia juga telah menetapkan agenda untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas di AS, yang sudah menjadi produsen terbesar di dunia dan mencapai rekor tertinggi.

Namun, analis yakin perang harga antara AS dan OPEC+ tidak mungkin terjadi karena dapat merugikan keduanya. "Perang harga dengan AS akan melibatkan produsen OPEC+ yang memaksimalkan produksi mereka untuk melemahkan harga dan mendorong produksi serpih menurun," kata analis di BMI, divisi Fitch Group, dalam sebuah catatan.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya